dc.description.abstract | Perubahan status Bandar Udara Militer Halim Perdanakusuma menjadi bandar
udara komersil memberikan eksternalitas positif dan negatif bagi masyarakat yang
bermukim di sekitar kawasan bandar udara. Adanya eksternalitas positif perubahan
status bandar udara ini membuat banyak masyarakat memilih tinggal di sekitar
kawaan bandar udara dan mengabaikan eksternalitas negatif yang timbul dari
penambahan slot penerbangan di Bandar Udara Halim Perdanakusuma. Masyarakat
cenderung pasrah dan mengganggap kebisingan adalah resiko yang harus
ditanggung karena memilih tinggal di sekitar kawasan bandar udara. Padahal
kebisingan adalah salah satu bahan pencemar dan memiliki dampak atas
pencemaran tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk (1)
mengidentifikasi dampak negatif yang dirasakan masyarakat dari kebisingan akibat
aktivitas penerbangan di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, (2) mengestimasi
penilaian masyarakat terhadap kebisingan akibat aktivitas penerbangan, (3)
mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi besar penilaian masyarakat terhadap
kebisingan akibat aktivitas penerbangan, dan (4) merumuskan rekomendasi
alternatif kebijakan yang sebaiknya diterapkan untuk mengatasi permasalahan ini.
Hasil analisis menunjukkan bahwa masyarakat mengalami berbagai gangguan
psikologis dan fisiologis akibat paparan kebisingan aktivitas penerbangan di Bandar
Udara Halim Perdanakusuma. Dugaan nilai rata-rata Willingness to Pay (WTP)
seluruh responden adalah sebesar Rp18.125 per bulan per KK. Faktor yang secara
signifikan berpengaruh terhadap besar WTP responden antara lain pendapatan,
lama pendidikan, status kependudukan, status rumah, getaran yang dirasakan,
waktu lama tinggal, jenis kelamin, dan kenyaman responden. Pengendalian
kebisingan yang dinilai paling baik untuk mengendalikan kebisingan di Bandar
Udara Halim Perdanakusuma adalah dengan pembuatan rekayasa hambatan berupa
pagar vegetasi. | id |