Kejadian Penyakit ISPA (pneumonia) oleh Pengaruh Kondisi Iklim dan Konsentrasi PM10 di Kota Padang
Abstract
Kepadatan penduduk dan kegiatan antropogenik berdampak pada
peningkatan konsentrasi PM10 di udara. Partikulat dengan ukuran kecil ini dapat
mempengaruhi kesehatan manusia, termasuk penyakit ISPA khususnya
pneumonia pada balita dan anak-anak. Kondisi iklim diduga sangat
mempengaruhi PM10, khususnya curah hujan dan kelembaban. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh cuaca terhadap konsentrasi PM10 serta
pengaruh cuaca dan PM10 terhadap angka kejadian ISPA (pneumonia). Analisis
hubungan antara PM10 dengan cuaca dan hubungan keduanya terhadap kejadian
pneumonia dilakukan dengan metode plotting data, analisis korelasi dan regresi,
serta analisis peluang. Jika curah hujan tinggi, konsentrasi PM10 cenderung
rendah dan begitu juga sebaliknya. Pola tahunan konsentrasi PM10 tertinggi
terjadi pada tahun 2015 dengan adanya kejadian El-Nino kuat, sedangkan
terendah pada tahun 2012. Rata-rata musiman PM10 tertinggi terjadi pada musim
JJA sebesar 63 μg/m3 dan terendah pada saat musim DJF sebesar 56 μg/m3, tetapi
ISPA (pneumonia) tertinggi terjadi pada musim SON. Kondisi konsentrasi PM10
pada kategori tidak sehat hanya terjadi pada kategori curah hujan kurang dari 150
mm dengan peluang terlampaui 10%. Katagori ISPU PM10 baik terjadi pada
semua kategori curah hujan, semakin tinggi kategori curah hujan peluang kondisi
sehat semakin besar. Peluang kejadian pneumonia juga hampir sama dengan
PM10 menurut kategori CH, semakin rendah curah hujan kasus pneumonia
semakin tinggi. Hasil analisis 3D surfaceplot menunjukkan kasus ISPA
(pneumonia) meningkat jika kelembaban dan curah hujan berkurang dan
konsentrasi PM10 meningkat. Di Kota Padang kasus ISPA (pneumonia) tertinggi
terjadi pada curah hujan kurang dari 150 mm, RH kurang dari 75%, dan PM10
lebih dari 100 μg/m3.