Show simple item record

dc.contributor.advisorKusharto, Clara M
dc.contributor.advisorDwiriani, Cesilia M
dc.contributor.authorNursilmi
dc.date.accessioned2018-01-08T06:53:57Z
dc.date.available2018-01-08T06:53:57Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/88744
dc.description.abstractKualitas hidup merupakan persepsi individu yang dijalani seseorang atau ditetapkan sebagai kepuasan hidup (WHO 1997). Instrumen untuk mengukur kualitas hidup yang dikembangkan oleh WHO (2004) yaitu kuesioner WHO Quality of Life-BREF. Menurut Salim et al. (2007) instrumen ini merupakan instrumen yang valid dan reliable untuk mengukur kualitas hidup lansia di Indonesia, namun masih perlu dikembangkan dan dimodifikasi. Kualitas hidup yang baik dari sisi kesehatan dilihat dari status gizi, kesehatan dan Angka Harapan Hidup. Peningkatan kualitas pelayanan dan fasilitas kesehatan dalam suatu daerah mempengaruhi Angka Harapan Hidup (BPS 2015). Pos Pembinaan Terpadu merupakan wadah pelayanan kesehatan untuk lansia. Kegiatan di Pos Pembinaan Terpadu dapat menambah pengetahuan lansia mengenai cara hidup sehat, terutama dari aktivitas fisik dan kebiasaan makan (Istiany dan Rusilanti 2012). Kebiasaan makan yang tidak sehat dan aktivitas fisik yang kurang mempengaruhi kesehatan dan status gizi yang akhirnya berdampak pada kualitas hidup lansia. Penelitian ini bertujuan mengkaji hubungan kebiasaan makan, aktivitas fisik, status gizi dan kesehatan dengan kualitas hidup lansia di di dua lokasi berbeda. Tujuan khusus penelitian ini yaitu 1) Mengidentifikasi perbedaan karakteristik individu, kebiasaan makan, aktivitas fisik, status gizi, status kesehatan dan kualitas hidup lansia di dua lokasi berbeda; 2) Mengkaji hubungan karakteristik individu, kebiasaan makan, aktivitas fisik, dan status kesehatan dengan status gizi lansia di dua lokasi berbeda; 3) Mengkaji hubungan karakteristik individu dengan kualitas hidup lansia di dua lokasi berbeda; 4) Mengkaji hubungan kebiasaan makan dengan kualitas hidup lansia di dua lokasi berbeda; 5) Mengkaji hubungan aktivitas fisik dan kebiasaan merokok dengan kualitas hidup lansia di dua lokasi berbeda; 6) Mengkaji hubungan status gizi dan kesehatan dengan kualitas hidup lansia di dua lokasi berbeda dan 7) Mengkaji faktor yang mempengaruhi kualitas hidup lansia di dua lokasi berbeda. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional. Penelitian dilakukan di Desa Ciherang Kecamata Dramaga Kota Bogor dan di Desa Jambu Kecamatan Merigi Kelindang Bengkulu Tengah. Penelitian ini menggunakan sebagian data dari Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi (PUPT) Minyak Ikan Lele (Clarias gariepinus) sebagai Suplement Alternatif Pencegah Alzheimer pada Lansia di Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga Bogor (Kusharto et al. 2016). Penelitian dilakukan sejak Agustus 2016 sampai Januari 2017. Contoh pada penelitian ini berjumlah 148 lansia yang terdiri dari 74 lansia di masing-masing desa. Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square, Mann Whitney, korelasi Spearman dan regresi logistik. Berdasarkan analisis Mann Whitney terdapat perbedaan signifikan status perkawinan, pekerjaan, dan pengeluaran/kapita/bulan, frekuensi makan, kebiasaan sarapan, minum kopi, teh, aktivitas fisik (p<0.01) dan activity of daily living/kemandirian (p<0.05) antara lansia di Desa Ciherang dan Desa Jambu. Terdapat perbedaan signifikan kualitas hidup domain kesehatan fisik (p<0.05), lingkungan (p<0.01), hubungan sosial (p<0.05) dan kualitas hidup keseluruhan (p<0.01) antara lansia di Desa Ciherang dan Desa Jambu. Terdapat hubungan negatif antara usia (p=0.000; r=-0.459) dan status gizi lansia di Desa Ciherang, artinya lansia yang berusia muda memiliki status gizi normal. Terdapat hubungan positif antara asupan energi (p=0.018; r=0.274), protein (p=0.037; r=0.242) dan status gizi lansia di Desa Ciherang. Artinya lansia yang memiliki asupan energi dan protein yang baik memiliki status gizi normal. Terdapat hubungan positif frekuensi makan (p=0.001; r=0.382), asupan energi (p=0.002; r=0.347) dan tingkat kecukupan energi (p=0.026; r=0.259) dengan status gizi lansia di Desa Jambu. Artinya lansia dengan frekuensi makan 3 kali/hari, memiliki asupan energi, dan tingkat kecukupan energi yang baik, memiliki status gizi normal. Berdasarkan hasil analisis korelasi Spearman antar variabel dengan kualitas hidup di Desa Ciherang yaitu terdapat hubungan negatif antara usia, kualitas hidup domain lingkungan (p=0.020; r=-0.271) dan kualitas hidup keseluruhan (p=0.003; r=-0.346). Artinya lansia yang berusia muda memiliki kualitas hidup yang baik pada domain lingkungan dan kualitas hidup keseluruhan. Terdapat hubungan positif pekerjaan dengan kualitas hidup domain hubungan sosial (p=0.013; r=0.289) dan pendapatan dengan kualitas hidup domain lingkungan (p=0.022; r=0.267). Artinya lansia yang bekerja dan memiliki pendapatan yang cukup memiliki kualitas hidup yang baik. Terdapat hubungan positif frekuensi makan dengan kualitas hidup domain hubungan sosial (p=0.038; r=0.242), kebiasaan sarapan dengan kualitas hidup domain psikologis (p=0.008; r=0.306), lingkungan (p=0.048; r=0.231), domain hubungan sosial (p=0.001; r=0.373) dan kualitas hidup keseluruhan (p=0.001; r=0.386), serta aktivitas fisik dan kualitas hidup domain hubungan sosial (p=0.042; r=0.237). Artinya lansia dengan frekuensi makan 3 kali/hari, biasa sarapan, dan aktivitas fisik sedang, memiliki kualitas hidup yang baik. Hasil analisis korelasi Spearman antar variabel dengan kualitas hidup di Desa Jambu yaitu terdapat hubungan positif antara pendidikan, kualitas hidup domain psikologis (p=0.029; r=0.254), lingkungan (p=0.005; r=0.325), hubungan sosial (p=0.014; r=0.284) dan kualitas hidup keseluruhan (p=0.002; r=0.361), serta pekerjaan dengan kualitas domain kesehatan fisik (p=0.010; r=0.298). Artinya lansia dengan pendidikan yang tinggi dan bekerja memiliki kualitas hidup yang baik. Terdapat hubungan positif aktivitas fisik dengan kualitas hidup domain lingkungan (r=0.044; r=0.235) dan kualitas hidup keseluruhan (p=0.013; r=2.388), status gizi dengan kualitas hidup domain kesehatan fisik (p=0.024; r=0.262), lingkungan (p=0.009; r=0.301), hubungan sosial (p=0.021; r=0.268) dan kualitas hidup keseluruhan (p=0.008; r=0.308), serta terdapat hubungan riwayat sakit dengan kualitas hidup domain hubungan sosial (p=0.011; r=0.293). Artinya lansia dengan aktivitas fisik sedang, status gizi normal dan tidak ada riwayat sakit, memiliki kualitas hidup yang baik. Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup lansia di Desa Ciherang adalah kebiasaan sarapan, sedangkan di Desa Jambu adalah usia, jenis kelamin dan status gizi.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcNutritionid
dc.subject.ddcNutritional statusid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcBogor-JABARid
dc.titleHubungan Kebiasaan Makan, Aktivitas Fisik, Status Gizi dan Kesehatan dengan Kualitas Hidup Lansia di Dua Lokasi Berbedaid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordaktivitas fisikid
dc.subject.keywordkebiasaan makanid
dc.subject.keywordkualitas hidupid
dc.subject.keywordlansiaid
dc.subject.keywordstatus gizikesehatanid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record