dc.description.abstract | Kualitas hidup merupakan persepsi individu yang dijalani seseorang atau
ditetapkan sebagai kepuasan hidup (WHO 1997). Instrumen untuk mengukur
kualitas hidup yang dikembangkan oleh WHO (2004) yaitu kuesioner WHO
Quality of Life-BREF. Menurut Salim et al. (2007) instrumen ini merupakan
instrumen yang valid dan reliable untuk mengukur kualitas hidup lansia di
Indonesia, namun masih perlu dikembangkan dan dimodifikasi. Kualitas hidup
yang baik dari sisi kesehatan dilihat dari status gizi, kesehatan dan Angka Harapan
Hidup. Peningkatan kualitas pelayanan dan fasilitas kesehatan dalam suatu daerah
mempengaruhi Angka Harapan Hidup (BPS 2015). Pos Pembinaan Terpadu
merupakan wadah pelayanan kesehatan untuk lansia. Kegiatan di Pos Pembinaan
Terpadu dapat menambah pengetahuan lansia mengenai cara hidup sehat, terutama
dari aktivitas fisik dan kebiasaan makan (Istiany dan Rusilanti 2012). Kebiasaan
makan yang tidak sehat dan aktivitas fisik yang kurang mempengaruhi kesehatan
dan status gizi yang akhirnya berdampak pada kualitas hidup lansia.
Penelitian ini bertujuan mengkaji hubungan kebiasaan makan, aktivitas fisik,
status gizi dan kesehatan dengan kualitas hidup lansia di di dua lokasi berbeda.
Tujuan khusus penelitian ini yaitu 1) Mengidentifikasi perbedaan karakteristik
individu, kebiasaan makan, aktivitas fisik, status gizi, status kesehatan dan kualitas
hidup lansia di dua lokasi berbeda; 2) Mengkaji hubungan karakteristik individu,
kebiasaan makan, aktivitas fisik, dan status kesehatan dengan status gizi lansia di
dua lokasi berbeda; 3) Mengkaji hubungan karakteristik individu dengan kualitas
hidup lansia di dua lokasi berbeda; 4) Mengkaji hubungan kebiasaan makan dengan
kualitas hidup lansia di dua lokasi berbeda; 5) Mengkaji hubungan aktivitas fisik
dan kebiasaan merokok dengan kualitas hidup lansia di dua lokasi berbeda; 6)
Mengkaji hubungan status gizi dan kesehatan dengan kualitas hidup lansia di dua
lokasi berbeda dan 7) Mengkaji faktor yang mempengaruhi kualitas hidup lansia di
dua lokasi berbeda.
Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional. Penelitian dilakukan di
Desa Ciherang Kecamata Dramaga Kota Bogor dan di Desa Jambu Kecamatan
Merigi Kelindang Bengkulu Tengah. Penelitian ini menggunakan sebagian data
dari Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi (PUPT) Minyak Ikan Lele (Clarias
gariepinus) sebagai Suplement Alternatif Pencegah Alzheimer pada Lansia di Desa
Ciherang, Kecamatan Dramaga Bogor (Kusharto et al. 2016). Penelitian dilakukan
sejak Agustus 2016 sampai Januari 2017. Contoh pada penelitian ini berjumlah 148
lansia yang terdiri dari 74 lansia di masing-masing desa. Data dianalisis
menggunakan uji Chi-Square, Mann Whitney, korelasi Spearman dan regresi
logistik.
Berdasarkan analisis Mann Whitney terdapat perbedaan signifikan status
perkawinan, pekerjaan, dan pengeluaran/kapita/bulan, frekuensi makan, kebiasaan
sarapan, minum kopi, teh, aktivitas fisik (p<0.01) dan activity of daily
living/kemandirian (p<0.05) antara lansia di Desa Ciherang dan Desa Jambu.
Terdapat perbedaan signifikan kualitas hidup domain kesehatan fisik (p<0.05),
lingkungan (p<0.01), hubungan sosial (p<0.05) dan kualitas hidup keseluruhan
(p<0.01) antara lansia di Desa Ciherang dan Desa Jambu.
Terdapat hubungan negatif antara usia (p=0.000; r=-0.459) dan status gizi
lansia di Desa Ciherang, artinya lansia yang berusia muda memiliki status gizi
normal. Terdapat hubungan positif antara asupan energi (p=0.018; r=0.274), protein
(p=0.037; r=0.242) dan status gizi lansia di Desa Ciherang. Artinya lansia yang
memiliki asupan energi dan protein yang baik memiliki status gizi normal. Terdapat
hubungan positif frekuensi makan (p=0.001; r=0.382), asupan energi (p=0.002;
r=0.347) dan tingkat kecukupan energi (p=0.026; r=0.259) dengan status gizi lansia
di Desa Jambu. Artinya lansia dengan frekuensi makan 3 kali/hari, memiliki asupan
energi, dan tingkat kecukupan energi yang baik, memiliki status gizi normal.
Berdasarkan hasil analisis korelasi Spearman antar variabel dengan kualitas
hidup di Desa Ciherang yaitu terdapat hubungan negatif antara usia, kualitas hidup
domain lingkungan (p=0.020; r=-0.271) dan kualitas hidup keseluruhan (p=0.003;
r=-0.346). Artinya lansia yang berusia muda memiliki kualitas hidup yang baik
pada domain lingkungan dan kualitas hidup keseluruhan. Terdapat hubungan positif
pekerjaan dengan kualitas hidup domain hubungan sosial (p=0.013; r=0.289) dan
pendapatan dengan kualitas hidup domain lingkungan (p=0.022; r=0.267). Artinya
lansia yang bekerja dan memiliki pendapatan yang cukup memiliki kualitas hidup
yang baik. Terdapat hubungan positif frekuensi makan dengan kualitas hidup
domain hubungan sosial (p=0.038; r=0.242), kebiasaan sarapan dengan kualitas
hidup domain psikologis (p=0.008; r=0.306), lingkungan (p=0.048; r=0.231),
domain hubungan sosial (p=0.001; r=0.373) dan kualitas hidup keseluruhan
(p=0.001; r=0.386), serta aktivitas fisik dan kualitas hidup domain hubungan sosial
(p=0.042; r=0.237). Artinya lansia dengan frekuensi makan 3 kali/hari, biasa
sarapan, dan aktivitas fisik sedang, memiliki kualitas hidup yang baik.
Hasil analisis korelasi Spearman antar variabel dengan kualitas hidup di
Desa Jambu yaitu terdapat hubungan positif antara pendidikan, kualitas hidup
domain psikologis (p=0.029; r=0.254), lingkungan (p=0.005; r=0.325), hubungan
sosial (p=0.014; r=0.284) dan kualitas hidup keseluruhan (p=0.002; r=0.361), serta
pekerjaan dengan kualitas domain kesehatan fisik (p=0.010; r=0.298). Artinya
lansia dengan pendidikan yang tinggi dan bekerja memiliki kualitas hidup yang baik.
Terdapat hubungan positif aktivitas fisik dengan kualitas hidup domain lingkungan
(r=0.044; r=0.235) dan kualitas hidup keseluruhan (p=0.013; r=2.388), status gizi
dengan kualitas hidup domain kesehatan fisik (p=0.024; r=0.262), lingkungan
(p=0.009; r=0.301), hubungan sosial (p=0.021; r=0.268) dan kualitas hidup
keseluruhan (p=0.008; r=0.308), serta terdapat hubungan riwayat sakit dengan
kualitas hidup domain hubungan sosial (p=0.011; r=0.293). Artinya lansia dengan
aktivitas fisik sedang, status gizi normal dan tidak ada riwayat sakit, memiliki
kualitas hidup yang baik. Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup lansia di Desa
Ciherang adalah kebiasaan sarapan, sedangkan di Desa Jambu adalah usia, jenis
kelamin dan status gizi. | id |