dc.description.abstract | Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lempasing merupakan pelabuhan
perikanan terbesar di Provinsi Lampung. Pelabuhan perikanan ini tidak terlepas
dari kegiatan pemasaran hasil tangkapan. Kegiatan pemasaran hasil tangkapan ini
merupakan salah satu kegiatan usaha perikanan yang sangat penting di pelabuhan
perikanan. Hasil tangkapan di PPP Lempasing beragam mulai dari ikan demersal
dan ikan pelagis. Terdapat beberapa komoditas yang dipasarkan di PPP
Lempasing yaitu suatu komoditas ikan yang dominan dipasarkan seperti ikan
kurisi (Nemipterus sp), cumi-cumi (Loligo sp), ikan tongkol (Euthynnus affinis),
ikan kembung (Rastelliger spp) dan ikan kwee (Gnathanodon speciosus).
Kegiatan pemasaran ini berhubungan dengan pelaku atau lembaga pemasaran
yang terkait dalam pemasaran hasil tangkapan. Pola saluran pemasaran yang
panjang dan lokasi pemasaran yang jauh akan mempengaruh dari biaya pemasaran
hasil tangkapan yang menyebabkan suatu komoditas hasil tangkapan tidak efisien.
Selain itu juga dengan adanya suatu keterbatasan mengenai fasilitas, pelayanan
dan sistem informasi di PPP Lempasing dalam pemasaran hasil tangkapan akan
mempengaruhi kelancaran suatu aktivitas pemasaran sehingga diperlukan strategi
optimalisasi fungsi pelabuhan perikanan dalam pemasaran hasil tangkapan di PPP
Lempasing. Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk menyusun strategi
optimalisasi fungsi pelabuhan perikanan dalam pemasaran hasil tangkapan. Secara
khusus bertujuan (1) mendeskripsikan pola saluran pemasaran pada kelima
komoditas ikan beserta daerah lokasi pemasarannya, (2) menentukan tingkat
efisiensi saluran pemasaran pada lima komoditas ikan, dan (3) merumuskan
strategi optimalisasi fungsi pelabuhan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga September tahun 2016 di
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lempasing Bandar Lampung. Penelitian
dilaksanakan dengan metode survey dan metode wawancara. Data yang
digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui
wawancara dan observasi langsung di PPP Lempasing. Wawancara dilakukan
terhadap pihak-pihak atau lembaga yang terkait meliputi nelayan, agen, pedagang
besar 1, pedagang besar 2, pengolah dan pedagang pengecer. Pengambilan
responden dilakukan secara purposive sampling. Data sekunder diperoleh dari
PPP Lempasing mengenai harga dan jumlah hasil tangkapan yang masuk ke
pelabuhan dari pelabuhan lain, harga dan jumlah hasil tangkapan yang ditangkap
oleh nelayan PPP Lempasing, jumlah SDM pelaku atau lembaga pemasaran, data
fasilitas pelayanan dan sistem informasi di PPP Lempasing.
Komoditas hasil tangkapan di PPP Lempasing tidak hanya dari PPP
Lempasing saja namun, banyak hasil tangkapan yang masuk dari pelabuhan lain
melalui jalur darat yaitu berasal dari Jakarta, Medan, Sukabumi, dan Rembang.
Pemasaran hasil tangkapan ini tidak lepas dari lembaga atau pelaku pemasaran
yang meliputi nelayan/produsen, agen, pedagang besar 1, pedagang besar 2, dan
pedagang pengecer. Komoditas ikan kurisi, tongkol, kembung dan kwee memiliki
pola saluran pemasaran yang sama yaitu melalui nelayan, agen, pedagang besar 1,
pedagang besar 2 dan pedagang pengecer. Berbeda halnya dengan cumi-cumi
yang memiliki pola saluran pemasaran yang berbeda yaitu mulai dari nelayan,
agen, pedagang besar 1 dan pedagang pengecer. Lokasi pemasaran ini masih skala
lokal di Provinsi Lampung seperti Bandar Lampung, Tanggamus, Metro,
Pesawaran, Lampung Timur, Lampung Selatan, Lampung Utara dan Tulang
Bawang. Beberapa pemasaran dilakukan di Luar Provinsi Lampung seperti
Palembang, Bengkulu, Jakarta dan Rembang.
Saluran pemasaran yang panjang dan jarak tempuh yang dilalui oleh
pedagang akan membutuhkan biaya pengeluaran yang besar selama penanganan
hasil tangkapan. Cumi-cumi memiliki nilai efisiensi yang tinggi dari komoditas
ikan lainnya. Hanya cumi-cumi yang memiliki saluran pemasaran yang efisien
yaitu sebesar 3.33%, kemudian ikan kwee sebesar 5.06%, lalu ikan kembung
sebesar 5.41%, kemudian ikan tongkol sebesar 5.64% dan ikan kurisi sebesar
11.03%. Cumi-cumi melewati saluran pemasaran yang lebih pendek dari saluran
pemasaran ikan lainnya serta lokasi pemasaran cumi-cumi hanya di Provinsi
Lampung sehingga cumi-cumi tidak membutuhkan biaya pemasaran yang tinggi.
Ketidak efisienan yang terjadi pada komoditas ikan lainnya bisa disebabkan oleh
kualitas sumberdaya manusia yang rendah, biaya penanganan yang tinggi, fasilitas
yang masih sederhana dan lingkungan yang kurang higenis.
Strategi yang dapat diterapkan untuk optimalisasi fungsi pelabuhan
perikanan dalam pemasaran hasil tangkapan yang berkaitan dengan fasilitas,
pelayanan dan sistem informasi di PPP Lempasing antara lain (1) Peningkatan
fasilitas sarana transportasi pengangkutan hasil tangkapan di dalam pelabuhan, (2)
Peningkatan higenitas dan sanitasi di area sekitar TPI, (3) Peningkatan pelayanan
oleh pengelola pelabuhan saat ikan masuk dari pelabuhan lain, (4) Peningkatan
pelayanan koperasi, (5) Peningkatan sosialisasi mutu ikan kepada pedagang dan
nelayan, (6) Peningkatan akses jalan menuju pelabuhan, (7) Peningkatan
perluasan pemasaran hasil tangkapan, (8) Peningkatan ketersediaan air bersih, (9)
Meningkatkan ketersediaan layanan informasi di pelabuhan, (10) Peningkatan
akses permodalan nelayan, (11) Peningkatan jumlah kendaraan untuk memasarkan
ikan ke luar pelabuhan. | id |