dc.description.abstract | Ikan patin merupakan salah satu komoditas perikanan nasional yang
potensial. Produksi ikan patin Indonesia masih jauh di bawah Vietnam sebagai
produsen patin terbesar di dunia. Indonesia memiliki potensi dalam pengembangan
industri fillet patin, karena ketersediaan sumberdaya. Industri fillet ikan patin di
Indonesia baru tumbuh beberapa tahun belakangan sejak pembatasan impor patin
pada tahun 2011. Momentum tersebut dijadikan kesempatan untuk membenahi
industri fillet patin dari berbagai berbagai aspek mulai dari hulu hingga ke hilir.
Kajian dengan memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal sebagai
pertimbangan sangat dibutuhkan dalam menentukan strategi pengembangan ke
depan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik fillet patin
Indonesia, mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
penguatan daya saing, menentukan strategi melalui analisis Strength Weakness
Opportunity Threat (SWOT) dan menyusun strategi penguatan daya saing melalui
analisis Analytical Hirearchy Process (AHP).
Pengujian karakteristik fillet patin dilakukan dengan menguji pengaruh
penundaan fillet setelah bleeding pasca panen terhadap warna, kandungan
karotenoid, nilai TVB. Berdasarkan uji nilai b (kekuningan) dan karotenoid
didapatkan bahwa kondisi fillet yang berasal dari bahan baku setelah 0, 6, dan 12
jam menunjukkan perbedaan yang signifikan (P<0.01). Nilai b pada penundaan 12
jam adalah 20.09±1.01 dengan kandungan karotenoid 117.78±4.49 ng/g. Hasil
tersebut berada dibawah nilai kontrol fillet patin impor Vietnam yang memiliki nilai
b 4.54±0.30 dan kandungan karotenoid 64.46±7.24 ng/g, yang tampak lebih putih
dan memiliki preferensi tinggi di pasar luar negeri. Identifikasi faktor internal dan
eksternal menghasilkan faktor-faktor antara lain : produksi patin yang cukup besar,
ketersediaan sumber daya manusia, dukungan pemerintah, kurangnya penerapan
standar dalam produksi fillet patin indonesia, biaya produksi bahan baku yang
tinggi, infrastruktur yang belum memadai, daya saing bahan baku lokal rendah,
permintaan yang cukup besar, konsumen domestik yang potensial, persaingan
dengan kompetitor/importir Vietnam.
Hasil analisis SWOT menunjukkan kekuatan internal dengan skor 2.645 dan
kekuatan eksternal 2.505 yang berarti strategi yang disarankan adalah kategori hold
and maintain.
Analisis AHP menunjukkan bahwa strategi utama lebih diarahkan kepada
pengembangan teknologi budidaya untuk bahan baku yang bermutu dan efisien
(28.70%), diikuti secara berturut-turut : penguatan kelembagaan pembudidaya dan
pemasok bahan baku (26.60%), diversifikasi dan inovasi produk (19%), mendorong
investasi pada integrasi industri fillet patin (15.40%), dan branding fillet kuning
Indonesia (10.30%). | id |