Show simple item record

dc.contributor.advisorHubeis, Aida Vitayala S
dc.contributor.advisorSaleh, Amiruddin
dc.contributor.advisorAsngari, Pang S.
dc.contributor.authorAkrab
dc.date.accessioned2017-08-15T07:59:41Z
dc.date.available2017-08-15T07:59:41Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/87911
dc.description.abstractAir sebagai sumber daya alam yang vital bagi kehidupan manusia, semakin langka dan semakin terbatas ketersediaannya untuk pertanian. Bagi usahatani, ketersediaan air irigasi merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat produktivitas sawah, namun pemanfaatan air irigasi belum merata dan tidak efisien, tercermin dari intensitas tanaman pangan (padi dan palawija) yang rendah. Pengaturan air irigasi untuk tanaman padi sawah cenderung masih konvensional, boros dan kurang mempertimbangkan pola tanam dalam setahun. Akibatnya, ketika terjadi kemarau panjang, stok air di waduk atau bendungan tidak cukup untuk mengairi tanaman padi. Ketika musim hujan tiba air sangat melimpah, bahkan menimbulkan bencana banjir, air tidak terdistribusi secara merata ke seluruh jaringan irigasi, sehingga musim tanam berikutnya mengalami keterlambatan. Lebih jauh, upaya yang dilakukan oleh pihak Kementerian Pertanian untuk menyusun program pola tanam yang serentak dilakukan di berbagai daerah agar supaya dapat terkendali dalam menanam padi dan palawija menjadi berhasil, karena ketersediaan air mencukupi. Penelitian tentang keberdayaan dan penguatan kelembagaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) mampu menjawab hal-hal yang berkaitan dengan kenyataan, khususnya di Irigasi Awo, yang menunjukkan bahwa sumber-sumber air dan jaringan irigasi tidak terpelihara dan terkelola dengan baik. Tujuan penelitian adalah (1) untuk menganalisis karakteristik anggota, dukungan pada kelembagaan, dan peningkatan kapasitas anggota P3A; (2) untuk menganalisis penguatan kelembagaan dalam pengelolaan air irigasi, dan kaitannya dengan faktor karakteristik anggota, dukungan pada kelembagaan dan peningkatan kapasitas anggota P3A; (3) untuk menganalisis tingkat keberdayaan dalam pengelolaan air irigasi dan korelasinya dengan peningkatan kapasitas dan penguatan kelembagaan P3A; dan (4) untuk merumuskan strategi penguatan kelembagaan menuju keberdayaan P3A dalam pengelolaan air irigasi. Penelitian dirancang sebagai penelitian survei deskriptif korelasional untuk menjelaskan dan menguji karakteristik anggota P3A, dukungan pada kelembagaan, dan kapasitas pengurus yang diduga berhubungan dengan penguatan kelembagaan P3A. Lokasi penelitian dipilih secara (purposive) di irigasi Awo. Irigasi Awo tersebar pada sepuluh desa, dua Kecamatan, Pitumpanua dan Keera Kabupaten Wajo di Sulawesi Selatan yang terbagi dalam dua jaringan, mengambil masing-masing sebagai berikut: Awo I 15 P3A dan Awo II 15 P3A, setelah melalukan pra survei ke lokasi penelitian, ada 30 kelompok P3A yang relatif aktif dan produktivitas lahan pertanian sangat tinggi. Populasi penelitian adalah pengurus dan anggota P3A yang berjumlah 895 orang dari 30 kelompok P3A. Sampel penelitian adalah pengurus (Ketua, Sekretaris, Bendahara, pelaksana teknis, dan satu orang anggota) sehingga jumlahnya adalah masing-masing 5 x 30 P3A atau 150 orang petani. Responden tersebar di sepuluh desa, yaitu Desa Alesilurung, Benteng, Tobarakka, Lompoloang, Awota, Kaluku, Pangi, Simpellu, Bulete, dan Desa Lauwa. Analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif (frekuensi, persentase, rataan skor), analisis statistik inferensial dengan uji korelasi tau Kendall, dan analisis SWOT. Hasil analisis statistik deskriptif terhadap karakteristik anggota P3A, dukungan kelembagaan P3A, dan peningkatan kapasitas P3A menunjukkan bahwa anggota P3A memiliki karakteristik pendidikan non formal dan lama berusahatani dalam kategori tinggi, dukungan dari pemerintah, penyuluh, dan swasta dalam kategori sedang, dan peningkatan kapasitas dari pemerintah, penyuluh dan swasta dalam kategori sedang. Berdasarkan analisis korelasi, karakteristik anggota, dukungan pada kelembagaan, dan peningkatan kapasitas P3A berkorelasi dengan penguatan kelembagaan untuk indikator pendidikan nonformal dengan sosialisasi aturan, pendidikan nonformal dengan tingkat kepatuhan, dukungan pemerintah dengan peningkatan penyuluhan, dukungan penyuluh dengan penerapan sanksi, dukungan swasta dengan tingkat kepatuhan, dukungan pemerintah dengan penerapan sanksi, dukungan swasta dengan sosialisasi aturan, pendampingan oleh pemerintah dengan penerapan sanksi, pelatihan oleh pemerintah dengan sosialisasi aturan, pelatihan oleh pemerintah dengan tingkat kepatuhan, dan pendampingan oleh swasta dengan sosialisasi aturan. Analisis statistik deskriptif terhadap peningkatan kapasitas dan penguatan kelembagaan dengan menuju keberdayaan P3A juga menunjukkan hasil dalam kategori sedang. Berdasarkan analisis korelasi, peningkatan kapasitas dan penguatan kelembagaan berkorelasi dengan keberdayaan P3A untuk indikator pelatihan oleh pemerintah dengan tingkat partisipasi, pelatihan oleh pemerintah dengan tingkat pemerataan air irigasi, pendampingan pemerintah dengan tingkat partisipasi, pendampingan dengan sinergi bermitra, pendampingan swasta dengan tingkat kompetensi, pendampingan penyuluh dengan tingkat pemerataan air irigasi, sosialisasi aturan dengan tingkat partisipasi, peningkatan penyuluhan dengan tingkat partisipasi, tingkat kepatuhan dengan tingkat partisipasi, tingkat kepatuhan dengan sinergi kemitraan, tingkat kepatuhan dengan tingkat pemerataan air irigasi, dan tingkat kepatuhan dengan tingkat kompetensi. Penguatan kelembagaan P3A dapat dilakukan dengan membangun sinergitas para pihak seperti Puang/Ata, anggota P3A, pemerintah dan penyuluh, serta swasta. Selain itu, penguatan kelembagaan juga dapat didorong dengan menciptakan dan merumuskan strategi pengelolaan sumber daya air sebagai sumber daya milik bersama dan membuat aturan penggunaan yang tepat dalam pengelolaan air irigasi. Oleh karena itu, strategi penguatan kelembagaan mencapai keberdayaan kelembagaan P3A dapat dilakukan dengan; (1) memperkuat peran P3A dalam koordinasi dan sinkronisasi, (2) meningkatkan partisipasi aktif anggota P3A, (3) memperkuat sinergitas antar pemangku kepentingan, (4) menjadikan tradisi tudangsipulung (duduk bersama) sebagai media pengambilan keputusan, (5) melakukan pemantauan dan pengendalian secara rutin serta membangun kesepakatan dengan pemangku kepentingan, (6) memperkuat mekanisme resolusi konflik dan memperkuat aturan penggunaan air irigasi secara partisipatif, dan (7) mewujudkan sumber daya air irigasi sebagai milik bersama dan merancang aturan penggunaan yang tepat.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcRural Engineeringid
dc.subject.ddcIrrigationid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcAwo, Sulawesi Selatanid
dc.titlePenguatan Kelembagaan Perkumpulan Petani Pemakai Air dalam Pengelolaan Irigasi Awo di Sulawesi Selatanid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keyworddukungan pada kelembagaanid
dc.subject.keywordkapasitas anggotaid
dc.subject.keywordkarakteristik anggotaid
dc.subject.keywordpenguatan kelembagaanid
dc.subject.keywordpetani pemakai airid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record