Show simple item record

dc.contributor.advisorKamal, Mohammad Mukhlis
dc.contributor.advisorButet, Nurlisa A
dc.contributor.authorHidayati, Laely
dc.date.accessioned2017-08-14T04:04:48Z
dc.date.available2017-08-14T04:04:48Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/87876
dc.description.abstractDaerah Perlindungan Laut (DPL) didefinisikan sebagai no take zone area yang dimaksudkan untuk mengurangi kegiatan bersifat destruktif terhadap sumberdaya laut dan pesisir, merehabilitasi sumberdaya laut akibat aktifitas yang merusak, serta melindungi spesies langka dan habitatnya dan juga mengembangkan kegiatan yang dapat meningkatkan perekonomian bagi masyarakat lokal. Terumbu karang dan padang lamun merupakan habitat yang penting bagi ikan karang karena sebagai tempat pemijahan, daerah asuhan, daerah perlidungan serta tempat untuk menjadi dewasa. Kedua habitat ini saling berinteraksi salah satunya dapat dilihat dari keberadaan ikan sehingga membentuk konektivitas. Penelitian yang telah dilaksanakan pada bulan February 2015 di Desa Bahoi dibagi menjadi 3 stasiun pengamatan yaitu stasiun pemukiman yang mewakili zona umum, stasiun DPL yang mewakili zona inti dan stasiun tanjung yang mewakili zona pemanfaatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji konektivitas habitat terumbu karang dan padang lamun berdasarkan struktur komunitas ikan. Terdapat 17 famili yang ditemukan pada kedua habitat yaitu Acanthuridae, Apogonidae, Aulostomidae, Balistidae, Chaetodontidae, Cluepidae, Labridae, Mullidae, Nemipteridae, Ostracidae, Plotosidae, Pomacentridae, Scarridae, Serranidae, Siganidae, Tetraodontidae, Zanclidae. Hasil analisis pada jenis famili, menunjukkan bahwa Siganidae adalah famili yang paling banyak ditemukan pada kedua habitat. Frekuensi panjang ikan yang ditemukan di habitat terumbu karang berukuran lebih dari 5cm, sedangkan pada habitat padang lamun berukuran kurang dari 5cm. Hasil ini juga menunjukkan koefisien korelasi yang rendah antara populasi di terumbu karang dan padang lamun pada stadia juvenile dan dewasa. Kondisi ini juga mengindikasikan bahwa konektivitas populasi yang rendah diantara kedua habitat. Berdasarkan skoring dan cluster analysis, stasiun pemukiman (A) yang merupakan zona umum adalah lokasi yang terbaik untuk dijadikan perluasan zona inti DPL.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcFisheriesid
dc.subject.ddcSeagrassid
dc.subject.ddc2015id
dc.subject.ddcMinahasa, Sumatera Utaraid
dc.titlePengelolaan Daerah Perlindungan Laut Berdasarkan Konektivitas Habitat Padang Lamun dan Terumbu Karang (Studi Kasus DPL Desa Bahoi, Provinsi Sulawesi Utara)id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordkonektivitas habitatid
dc.subject.keywordDPLid
dc.subject.keywordhabitat ikanid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record