Show simple item record

dc.contributor.advisorKinseng, Rilus A
dc.contributor.advisorSunito, Satyawan
dc.contributor.authorSholihah, Fasih Vidiastuti
dc.date.accessioned2017-08-09T04:23:21Z
dc.date.available2017-08-09T04:23:21Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/87794
dc.description.abstractPisang (Musa parasidiaca) adalah komoditas hortikultura yang memiliki reputasi internasional, masuk ke dalam empat besar bahan baku tanaman panenan dunia, dan salah satu pencipta keuntungan terbesar di pasar membuat pisang menjadi komoditas kritis untuk ekonomi. Pisang merupakan salah satu buah unggulan di Indonesia yang mendapat prioritas untuk dikembangkan secara intensif. Kabupaten Cianjur merupakan sentra produksi utama pisang di Jawa Barat yang masih bertumpu kepada pengembangan skala rakyat. Bertambahnya ketertarikan masyarakat dunia terhadap konsumsi pisang membuat pisang dijadikan sebagai salah satu komoditas yang dikembangkan untuk menjadi harapan perbaikan kesejahteraan ekonomi masyarakat pedesaan melalui keberlanjutan nafkah (sustainable livelihood) petani pisang skala rakyat. Pengembangan pisang tidak hanya terbatas pada peningkatan produksi namun juga harus diikuti dengan pertimbangan pertanian pisang berkelanjutan. Kebijakan yang selama ini dilakukan masih terbatas pada peningkatan produksi yaitu dengan pemberian modal usaha. Sehingga dibutuhkan formula untuk pengembangan pisang skala rakyat. Dengan demikian menjadi penting untuk meneliti ruang kosong pada pembahasan aspek sosial-ekonomi komoditas pisang skala rakyat. Fokus penelitian ini untuk menganalisis: 1) perkembangan komoditas pisang skala rakyat; 2) aktivitas dalam produksi hingga distribusi dan siapa saja aktor yang terlibat di dalamnya; 3) bentuk-bentuk kelembagaan yang terdapat dalam pertanian pisang; 4) kontribusinya terhadap sustainable livelihoods kepada rumahtangga petani pisang skala rakyat. Penelitian ini menggunakan paradigma post positivisme yang menggabungkan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus dan kuantitatif dengan 100 orang contoh petani pisang yang dipilih secara acak. Petani pisang yang dimaksud adalah petani yang menanam pisang baik sebagai tanaman utama maupun sampingan. Informasi juga digali dari pihak yang terlibat dalam sistem pertanian pisang. Data kualitatif dikumpulkan dengan mewawancarai orang-orang yang terlibat dalam proses pengembangan pisang di kedua desa ini. Selain itu, wawancara dilakukan kepada beberapa pemerintah daerah setempat. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara purposif yaitu di Desa Talaga dan Sarampad, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Hal ini dikarenakan daerah tersebut merupakan sentra pengembangan komoditas pisang skala rakyat. Adapun waktu penelitian dilaksanakan dari bulan April-Juni 2016. Pisang merupakan tanaman lokal di Desa Talaga dan Desa Sarampad. Sejak awal, masyarakat menanam pisang sebagai salah satu tanaman pangan untuk mencukupi kebutuhan pangan rumahtangga. Masyarakat kedua desa tersebut menanam pisang dengan pengetahuan mengenai cara produksi yang didapatkan secara turun-temurun. Pengembangan pisang terjadi secara massif sejak dilaksanakannya program PRIMATANI sebagai program pengembangan hortikultura nasional. Pelaksanaan pengembangan pisang merupakan respon dari inisiatif lokal masyarakat yang ingin mengembangkan pisang sebagai tanaman komersial setempat. Pisang yang merupakan tanaman tidak mengenal musim menjadi harapan masyarakat untuk hadir sebagai alternatif dalam menghadapi krisis ketika musim kemarau tiba. Perubahan yang terjadi adalah perubahan cara produksi (menggunakan Standart Operational Procedure pisang), pembentukan kelembagaan formal, dan orientasi penanaman pisang ke arah orientasi pasar. Pengadaan program ini pun telah membuka pasar untuk bersentuhan langsung dengan para petani. Proses distribusi komoditas ini melalui tujuh tipe value chain yang menghubungkan petani sampai ke konsumen akhir. Tipe-tipe tersebut merupakan gambaran dari proses interaksi sosial yang terjadi pada satu desa secara keseluruhan sekaligus menggambarkan interaksi antar tipe dan dalam tipe. Relasi yang dibentuk antar aktor adalah persaingan dan kerjasama berdasarkan aliran informasi, input, dan keuangan. Relasi yang dibentuk antar aktor adalah persaingan dan kerjasama. Kelembagaan yang teridentifikasi di sistem pertanian pisang skala rakyat yaitu kelembagaan pada sistem produksi yaitu kelembagaan penguasaan lahan, kelembagaan kelompok tani sebagai kelembagaan untuk penyebarluasan inovasi dan teknologi; kelembagaan hubungan kerja yang mencakup sistem kerja dan upah kerja; serta kelembagaan distribusi sebagai kelembagaan untuk pengaturan output produksi. Kelembagaan ini terbentuk atas dasar kerjasama pertukaran materi dengan asas saling menguntungkan antar aktor. Kelembagaan-kelembagaan ini dimaksudkan untuk mempermudah kerja para aktor dalam setiap proses pada sistem pertanian pisang. Kelembagaan kelompok tani merupakan kelembagaan formal. Komoditas pisang memberikan sumbangan berupa financial capital dan social capital. Petani menjadikan pisang sebagai asset yang dapat dijaminkan untuk mendapatkan pinjaman uang kepada para tengkulak. Social capital yang terbentuk menjadi pembuka jalan bagi tercapainya empat modal lainnya. Modal sosial yang terdapat di tempat penelitian ini adalah dalam bentuk kelembagaan dari proses produksi hingga distribusi.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcSociologyid
dc.subject.ddcRural Sociologyid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcCianjur, Jawa Baratid
dc.titleDinamika Sosial Ekonomi Usaha Komoditas Pisang Skala Rakyat di Jawa Barat (Kasus Komunitas Petani Pisang Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat)id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordinteraksiid
dc.subject.keywordkelembagaanid
dc.subject.keywordpertanianid
dc.subject.keywordnafkah berkelanjutanid
dc.subject.keywordrantai nilaiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record