Intervensi Minyak Ikan Lele (Clarias gariepinus) Pengaruhnya terhadap Profil Lipid dan Kadar Malondialdehida Tikus Jantan (Sprague dawley) Hiperkolesterolemia
View/ Open
Date
2017Author
Laksitoresmi, Dyah Raysa
Kusharto, Clara M.
Sinaga, Tiurma
Sulaeman, Ahmad
Metadata
Show full item recordAbstract
Hiperkolesterolemia adalah penyakit gangguan metabolisme kolesterol
yang disebabkan oleh tingginya kolesterol dalam darah (Stapleton et al, 2010).
Kondisi ini juga merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit jantung
koroner (PJK) dan atherosklerosis (Stapleton et al. 2010; Onyeike et al. 2012;
Aronow 2013; Rantung et al. 2014). Valko et al. (2006) menyatakan bahwa
hiperkolesterolemia mengindikasikan adanya akumulasi radikal bebas dalam
tubuh.Hal ini dapat menstimulasi proses peroksidasi lipid dan mengakibatkan
stres oksidatif yang dapat ditentukan dengan mengukur salah satu parameter yakni
malondialdehida (MDA). Hiperkolesterolemia disebabkan oleh rendahnya asupan
asam lemak esensial dalam tubuh akibat pola makan yang tidak baik, obesitas
serta kurangnya aktivitas fisik (Malik et al. 2013; Mulder et al. 2014).
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan komoditas air tawar yang tingkat
produksinya tinggi. Jenis ikan ini banyak dibudidayakan karena kemudahannya
dalam pemeliharaan, pemberian pakan, serta reproduksi. Selain dimanfaatkan
sebagai produk pangan, hasil samping pengolahan tepung ikan lele berupa minyak
ikan lele juga berpotensi sebagai salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan
sebagai sumber asam lemak esensial. Minyak ikan lele memiliki kandungan lemak
esensialyang tinggi yakni 11,17% asam lemak linoleat (omega 6) dan 0,39% asam
lemak linolenat (omega 3). Minis et al (2006) menyatakan bahwa minyak ikan
selama ini telah terbukti bermanfaat untuk kesehatan dengan adanya kandungan
omega 3, EPA dan DHA.
Hasil pemurnian minyak ikan lele telah dua kali diujicobakan kepada
hewan, Ngadiarti et al. (2013) menyatakan bahwa intervensi minyak ikan
leleselama dua bulandapat menurunkan kadar kolesterol, tetapi masih ada
kecenderungan meningkatkan kadar LDL, dan menurunkan kadar HDL. Hal ini
senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rifqi et al. (2013).
Berdasarkan fakta tersebut, maka perlu dilakukan upaya untuk memperbaiki
kualitas minyak ikan lele. Perbaikan minyak ikan lele dapat dilakukan dari dua
aspek, yaitu perbaikan proses pengolahan (Suseno 2011) dan perbaikan komposisi
asam lemak (Estiasih 2009). Oleh karena itu, omega 3 komersial dan juga vitamin
E (alfatokoferol) menjadi komponen yang ditambahkan ke dalam minyak ikan lele
murni sebagai upaya peningkatan kualitas.
Tujuan umum dari penelitian ini untuk menganalisis pengaruh pemberian
minyak ikan leledalam pengendalian profil lipid dan kadar malondialdehida
(MDA) pada tikus jantan (Sprague dawley). Secara khusus penelitian ini
bertujuan untuk 1) menganalisis pengaruh minyak ikan dengan penambahan
omega 3 dan tanpa penambahan omega 3 terhadap profil lipid darah tikus; 2)
menganalisis pengaruh minyak ikan dengan penambahan vitamin E dan tanpa
penambahan vitamin E terhadap stres oksidatif yang dilihat dari kadar
malondialdehida (MDA).
4
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payungberjudul “ Minyak
Ikan Lele (Clarias gariepinus) sebagai Suplemen Alternatif Pencegah Alzheimer
Pada Lansia”. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan
pada tikus jantan strain Sprague dawleydengan menggunakan desain Randomized
Controlled Trial (RCT). Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan
Microsoft Excell for Windows, kemudian dianalisis menggunakan program SPSS
System for Windows 16.0. Data hasil analisis diuji secara statistik denganAnalysis
of Variance (ANOVA). Apabila hasilnya menunjukkan adanya perbedaan yang
nyata pada taraf 5% maka dilakukan uji jarak berganda Duncan.Intervensi yang
dilakukan pada penelitian ini dikelompokkan menjadi empat perlakuan,
diantaranya adalah A1 : perlakuan dengan tidak memberikan minyak ikan lele
(kontrol negatif); A2 : perlakuan dengan memberikan minyak ikan lele; A3 :
perlakuan dengan memberikan minyak ikan lele serta penambahan omega 3; A4 :
perlakuan dengan memberikan minyak ikan lele, omega 3 serta vitamin E.
Pemantauan berat badan dengan penimbangan dilakukan sebagai indikator
awal untuk mengetahui pengaruh pakan hiperkolesterol yang diberikan
terhadapberat badan tikus. Pada masa intervensi penimbangan dilakukan untuk
mengetahui minyak ikan lele memiliki pengaruh terhadap profil lipid dan MDA
tikus. Berdasarkan pemantauan berat badan tikus sejak aklimatisasi hingga akhir
intervensi diperoleh hasil yang tidak berbeda nyata p(<0.05), hal ini menunjukkan
bahwa kondisi berat badan tikus homogen. Selain itu, perubahan berat badan tikus
setelah diberikan pakan hiperkolesterol menunjukkan perbedaan yang signifikan
pada masing-masing kelompok artinya pemberian pakan hiperkolesterol
mempengaruhi berat badan tikus secara nyata.
Minyak ikan lele diberikan secara oral dalam bentuk cairan dengan metode
cekok selama 2 minggu, setiap cekok terdiri 0.8 ml minyak ikan lele dan pada hari
selanjutnya dilakukan analisis profil lipid (kolesterol total, LDL, HDL dan
trigliserida) pada hewan coba (Gani et al. 2013; Mona 2014; Matsushita et al.
2008).Pengambilan darah untuk analisis profil lipid dilakukan dengan cara, tikus
dibius dengan menggunakan xylazine dan ketamin hingga pingsan, lalu tikus
dibedah. Darah diambil melalui jantung dengan menggunakan disposable syringe
berukuran 3 mL sebanyak 2 mL. Darah dalam syringe disentrifugasi kemudian
disimpan dalam wadah es sampai siap dianalisis kadar lipid darah yang meliputi
kadar kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida (TG). Analisis kadar profil
lipiddan MDA dilakukan dengan mengukur serum darah tikus menggunakan
spektofotometer pada panjang gelombang 530 nm (Latifa 2015). Hasil kolesterol
totalyang diperoleh pada perlakuan kontrol negatif diketahui merupakan nilai
tertinggi dari semua perlakuan yakni 58.3±9.93 mg/dl. Hal ini menunjukkan
bahwa minyak ikan lele dapat memperbaiki profil lipid dan menurunkan kadar
kolesterol. Nilai MDA yang diperoleh diketahui sangat rendah berturut-turut
sebesar (A1 : 0.616±0.071, A2 : 0.835±0.223, A3: 0.832±0.160, A4 : 0.702±0.113
nm/l). Hal ini menunjukkan bahwa nilai MDA pada hewan coba masih normal
(<4nm/l) sehingga dapat diketahui bahwa peningkatan peroksidasi lipid tidak
terjadi.
Collections
- MT - Human Ecology [2394]
