Show simple item record

dc.contributor.advisorRustiadi, Ernan
dc.contributor.advisorKolopaking, Lala M
dc.contributor.authorSetyaningsih, Dian
dc.date.accessioned2017-07-17T07:38:08Z
dc.date.available2017-07-17T07:38:08Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/87489
dc.description.abstractCagar Alam (CA) merupakan suatu kawasan perlindungan yang memiliki ciri khas tumbuhan, binatang dan ekosistem yang harus dilindungi dan dibiarkan mengalami perubahan secara alamiah. CA memiliki peranan, fungsi dan manfaat yang sangat penting bagi kehidupan manusia utamanya untuk perlindungan sistem penyangga kehidupan dan pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Kelestarian CA sangat didukung oleh daerah penyangga yang ada di sekitarnya. Daerah penyangga dapat didefinisikan sebagai wilayah yang berada di luar kawasan konservasi. Fungsi daerah penyangga adalah pendukung kawasan konservasi dalam mempertahankan kelestarian ekosistem dan keanekaragaman hayati. Kelestarian CA saat ini terancam kehilangan biodiversitas serta luasan hutan primernya. Hal ini diakibatkan karena adanya tekanan yang berasal dari aktivitas masyarakat di daerah penyangga. Aktivitas masyarakat yang membahayakan kelestarian CA antara lain: penggarapan lahan kawasan, pengambilan kayu, perburuan satwa liar dan penambangan yang dilakukan secara ilegal. CA Gunung Nyiut yang terletak di Provinsi Kalimantan Barat merupakan salah satu contoh CA yang terancam kelestariannya. CA Gunung Nyiut memiliki luas 91.756 Ha dan berbatasan langsung dengan area konsesi, area pemukiman, ladang, serta aktivitas penduduk lainnya. CA ini memiliki berbagai jenis anggrek alam dan Nephenthes serta flora langka yaitu Rafflesia tuan-mudae serta beberapa jenis satwa dilindungi seperti orangutan. Tujuan dari penelitian ini yaitu (1) Menganalisis perubahan tutupan lahan CA Gunung Nyiut dan daerah penyangganya; (2) Mengkaji perilaku masyarakat desa penyangga terhadap fungsi dan manfaat CA Gunung Nyiut sebagai kawasan konservasi; dan (3) Memodelkan pengembangan dan pengelolaan daerah penyangga CA Gunung Nyiut. Penelitian menggunakan data kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh dari wawancara masyarakat, kutipan pustaka, hasil-hasil penelitian terdahulu, instansi terkait atau dari berbagai sumber lainnya. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode interpretasi visual citra satelit dengan klasifikasi tidak terbimbing, analisis perilaku responden terhadap fungsi dan manfaat CA sebagai kawasan konservasi dan analisis pembobotan. Hasil interpretasi visual citra Landsat tahun 2000 dan 2016 menunjukkan CA Gunung Nyiut dan daerah penyangga mengalami penurunan luas tutupan hutan sebesar 16,95% (58.392,59 ha dari total 344.480,25 ha). Hutan lahan kering primer mengalami penurunan yang cukup tinggi yaitu seluas 50.016,23 ha. Penurunan luas tutupan hutan lahan kering primer terjadi akibat perubahan menjadi hutan lahan kering sekunder (24.268,15 ha), pemukiman (106,59 ha), perkebunan (10.315,20 ha) dan pertanian lahan kering (15.195,24 ha). Berdasarkan analisis perilaku masyarakat dengan jumlah responden sebanyak 100 orang yang berasal dari desa Pisak, desa Sahan, desa Engkangin, desa Sukamaju dan desa Kelayu, dapat diketahui bahwa masyarakat memahami bahwa kerusakan kawasan CA dapat memberikan dampak terhadap kehidupan masyarakat dan lingkungan yang ada di dalam dan di luar kawasan hutan, serta memahami fungsi dan manfaat CA. Namun di sisi lain, responden juga memiliki kebutuhan hariannya yang lebih mendesak, sehingga dalam tindakannya terjadi ketidakselarasan antara pengetahuan dan sikap dengan tindakan yang dilakukannya. Zonasi dalam pengembangan daerah penyangga CA Gunung Nyiut membagi wilayah ke dalam tiga zona yaitu zona hijau, interaksi dan budidaya. Pendekatan model zonasi dibangun berdasarkan total nilai yang didapat dari tiga faktor utama. Hasil zonasi setiap model memberikan luasan pola pemanfaatan ruang yang berbeda pada setiap desa penyangga. Pengelolaan daerah penyangga ditinjau dari faktor ekologi, sosial-budaya dan ekonomi antara lain memaksimalkan fungsi jalur hijau, interaksi dan budidaya, peningkatan kapasitas masyarakat, pemberdayaan masyarakat melalui program peningkatan nilai tambah hasil pertanian dan pembentukan koperasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pengembangan dan pengelolaan daerah penyangga melalui sistem zonasi dapat membantu pengguna atau pengambil keputusan dalam penggunaan/pemanfaatan lahan yang sesuai untuk menunjang kelestarian CA dan mengurangi konflik penggunaan lahan di masa mendatang.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcRegional Planningid
dc.subject.ddcRegional Developmentid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcGunung Nyiut, Kalimantan Baratid
dc.titleStudi Pengembangan Daerah Penyangga Cagar Alam Gunung Nyiut Provinsi Kalimantan Barat Berbasis Masyarakatid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordkawasan penyangga cagar alamid
dc.subject.keywordperubahan tutupan lahanid
dc.subject.keywordperilaku masyarakatid
dc.subject.keywordzonasiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record