Studi Pengembangan Daerah Penyangga Cagar Alam Gunung Nyiut Provinsi Kalimantan Barat Berbasis Masyarakat
View/ Open
Date
2017Author
Setyaningsih, Dian
Rustiadi, Ernan
Kolopaking, Lala M
Metadata
Show full item recordAbstract
Cagar Alam (CA) merupakan suatu kawasan perlindungan yang memiliki
ciri khas tumbuhan, binatang dan ekosistem yang harus dilindungi dan dibiarkan
mengalami perubahan secara alamiah. CA memiliki peranan, fungsi dan manfaat
yang sangat penting bagi kehidupan manusia utamanya untuk perlindungan sistem
penyangga kehidupan dan pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya.
Kelestarian CA sangat didukung oleh daerah penyangga yang ada di
sekitarnya. Daerah penyangga dapat didefinisikan sebagai wilayah yang berada di
luar kawasan konservasi. Fungsi daerah penyangga adalah pendukung kawasan
konservasi dalam mempertahankan kelestarian ekosistem dan keanekaragaman
hayati.
Kelestarian CA saat ini terancam kehilangan biodiversitas serta luasan hutan
primernya. Hal ini diakibatkan karena adanya tekanan yang berasal dari aktivitas
masyarakat di daerah penyangga. Aktivitas masyarakat yang membahayakan
kelestarian CA antara lain: penggarapan lahan kawasan, pengambilan kayu,
perburuan satwa liar dan penambangan yang dilakukan secara ilegal.
CA Gunung Nyiut yang terletak di Provinsi Kalimantan Barat merupakan
salah satu contoh CA yang terancam kelestariannya. CA Gunung Nyiut memiliki
luas 91.756 Ha dan berbatasan langsung dengan area konsesi, area pemukiman,
ladang, serta aktivitas penduduk lainnya. CA ini memiliki berbagai jenis anggrek
alam dan Nephenthes serta flora langka yaitu Rafflesia tuan-mudae serta beberapa
jenis satwa dilindungi seperti orangutan.
Tujuan dari penelitian ini yaitu (1) Menganalisis perubahan tutupan lahan
CA Gunung Nyiut dan daerah penyangganya; (2) Mengkaji perilaku masyarakat
desa penyangga terhadap fungsi dan manfaat CA Gunung Nyiut sebagai kawasan
konservasi; dan (3) Memodelkan pengembangan dan pengelolaan daerah
penyangga CA Gunung Nyiut.
Penelitian menggunakan data kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh dari
wawancara masyarakat, kutipan pustaka, hasil-hasil penelitian terdahulu, instansi
terkait atau dari berbagai sumber lainnya. Analisis dilakukan dengan
menggunakan metode interpretasi visual citra satelit dengan klasifikasi tidak
terbimbing, analisis perilaku responden terhadap fungsi dan manfaat CA sebagai
kawasan konservasi dan analisis pembobotan.
Hasil interpretasi visual citra Landsat tahun 2000 dan 2016 menunjukkan
CA Gunung Nyiut dan daerah penyangga mengalami penurunan luas tutupan
hutan sebesar 16,95% (58.392,59 ha dari total 344.480,25 ha). Hutan lahan kering
primer mengalami penurunan yang cukup tinggi yaitu seluas 50.016,23 ha.
Penurunan luas tutupan hutan lahan kering primer terjadi akibat perubahan
menjadi hutan lahan kering sekunder (24.268,15 ha), pemukiman (106,59 ha),
perkebunan (10.315,20 ha) dan pertanian lahan kering (15.195,24 ha).
Berdasarkan analisis perilaku masyarakat dengan jumlah responden
sebanyak 100 orang yang berasal dari desa Pisak, desa Sahan, desa Engkangin,
desa Sukamaju dan desa Kelayu, dapat diketahui bahwa masyarakat memahami
bahwa kerusakan kawasan CA dapat memberikan dampak terhadap kehidupan
masyarakat dan lingkungan yang ada di dalam dan di luar kawasan hutan, serta
memahami fungsi dan manfaat CA. Namun di sisi lain, responden juga memiliki
kebutuhan hariannya yang lebih mendesak, sehingga dalam tindakannya terjadi
ketidakselarasan antara pengetahuan dan sikap dengan tindakan yang
dilakukannya.
Zonasi dalam pengembangan daerah penyangga CA Gunung Nyiut
membagi wilayah ke dalam tiga zona yaitu zona hijau, interaksi dan budidaya.
Pendekatan model zonasi dibangun berdasarkan total nilai yang didapat dari tiga
faktor utama. Hasil zonasi setiap model memberikan luasan pola pemanfaatan
ruang yang berbeda pada setiap desa penyangga. Pengelolaan daerah penyangga
ditinjau dari faktor ekologi, sosial-budaya dan ekonomi antara lain
memaksimalkan fungsi jalur hijau, interaksi dan budidaya, peningkatan kapasitas
masyarakat, pemberdayaan masyarakat melalui program peningkatan nilai tambah
hasil pertanian dan pembentukan koperasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pengembangan dan pengelolaan
daerah penyangga melalui sistem zonasi dapat membantu pengguna atau
pengambil keputusan dalam penggunaan/pemanfaatan lahan yang sesuai untuk
menunjang kelestarian CA dan mengurangi konflik penggunaan lahan di masa
mendatang.
Collections
- MT - Agriculture [3696]