Fitoremediasi Limbah Budidaya Ikan Gurami (Osphronemus goramy) menggunakan Selada Romain (Lactuca sativa L. var. longifolia).
View/ Open
Date
2017Author
Purwandari, Yusrianti
Effendi, Hefni
Wardiatno, Yusli
Metadata
Show full item recordAbstract
Kegiatan budidaya yang semakin meningkat memicu tingginya dampak
negatif terhadap lingkungan. Salah satu upaya yang dapat diterapkan yaitu dengan
cara fitoremediasi dengan sistem akuaponik. Penelitian ini bertujuan untuk menilai
efektivitas fitoremediasi limbah budidaya ikan gurami menggunakan selada romain
pada sistem akuaponik, membandingkan pertumbuhan selada romain pada sistem
akuaponik dengan hidroponik dan menganalisis pengaruh air hasil fitoremediasi
terhadap performa ikan gurami selama pemeliharaan. Penelitian ini dilakukan pada
bulan Maret hingga Mei 2016 di Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Institut
Pertanian Bogor (PPLH IPB). Percobaan terdiri dari empat perlakuan dengan tiga
ulangan, tanpa tanaman sebagai kontrol (P1), akuaponik dengan 10 selada romain
(P2), akuaponik dengan 20 selada romain (P3) dan hidroponik dengan selada
romain (P4).
Hasil menunjukan bahwa perlakuan tidak memberikan pengaruh terhadap
perubahan konsentrasi TAN, amonia (NH3), amonium (NH4
+), nitrit (NO2
-) dan
nitrat (NO3
-) namun memberikan pengaruh terhadap perubahan konsentrasi
ortofosfat (PO4). Pertumbuhan relatif (Relatif Growth Rate) berdasarkan bobot
basah selada romain sebesar 0,003±0,001 g/hari pada P2; 0,002±0,002 g/hari pada
P3 dan 0,007±0,002 g/hari pada P4 sedangkan pertumbuhan harian (Daily Growth
Rate) selada romain berdasarkan tinggi tanaman sebesar 0,048±0,003 cm/hari pada
P2; 0,050±0,001 cm/hari pada P3 dan 0,056±0,001 cm/hari pada P4. Bobot basah
akhir ikan gurami berkisar 58,83-72,17 g. Pertumbuhan harian (Growth Rate) ikan
gurami sebesar 6,05±2,4 g/ekor/hari pada P1; 7,43±1,77 g/ekor/hari pada P2 dan
4,94±3,85 g/ekor/hari pada P3. Tingkat kelangsungan hidup (Survival Rate) ikan
gurami tertinggi berada pada P1 dan P2 sebesar 100% dan terendah pada P3 sebesar
66,67%.
Limbah organik dari pemeliharaan ikan gurami dapat diolah secara
fitoremediasi oleh selada romain. Bahan organik berupa sisa pakan dan feses
setelah mengalami proses dekomposisi dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan
selada romain. Secara deskriptif, pertumbuhan selada romain pada P2 (akuaponik
dengan 10 selada romain) lebih baik dibandingkan P3 (akuaponik dengan 20 selada
romain), namun secara statistik P2 dan P3 tidak signifikan berbeda, selanjutnya
apabila dibandingkan dengan pertumbuhan selada pada sistem hidroponik, secara
deskriptif maupun statistik, pertumbuhan selada romain dengan sistem hidroponik
masih lebih baik dibandingkan dengan sistem akuaponik. Ikan gurami dapat
tumbuh dengan baik pada sistem akuaponik. Secara deskriptif, performa ikan
dilihat dari pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup pada P2 lebih baik
dibandingkan dengan P1 dan P3 sedangkan secara statistik P1, P2 dan P3 tidak
signifikan berbeda.