Show simple item record

dc.contributor.advisorSulistidjorini
dc.contributor.advisorEko Baroto Walujo
dc.contributor.authorAqilah, Cut Syarifah
dc.date.accessioned2017-07-03T08:05:14Z
dc.date.available2017-07-03T08:05:14Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/87396
dc.description.abstractPenggunaan dan pengelolaan lahan merupakan salah satu contoh proses yang dilakukan oleh masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya hayati yang ada di lingkungan sekitar tempat mereka tinggal. Pada umumnya masyarakat memanfaatkan lahan di sekitar pemukimannya berdasarkan pada bentuk dan fungsinya. Sementara itu yang menjadi fokus perhatian pada penelitian etnobotani adalah tentang persepsi dan konsepsi masyarakat terhadap dunia tetumbuhan di lingkungan tempatnya bermukim. Pengetahuan ini secara bersamaan dapat dijadikan sebagai dasar dalam melakukan penelitian tentang Etnoekologi dan Etnobotani masyarakat suku Aceh, melalui telaah yang lebih spesifik mengenai tumbuhan rempah. Seperti halnya masyarakat-masyarakat lain di Nusantara, tumbuhan rempah memiliki peran yang cukup penting yang menjadi salah satu penjati diri dalam hal masakan yang khas, dan tidak terkecuali bagi masyarakat Aceh. Oleh karena itu penelitian ini ditujukan untuk menganalisis dan mengevaluasi berbagai jenis tumbuhan rempah yang tersebar di berbagai unit lansekap di Desa Babah Dua-Aceh Jaya. Pengenalan unit lansekap dilakukan berdasarkan informasi dari informan kunci yang dianggap mengetahui sejarah terbentuknya unit-unit lansekap. Setelah itu, kemudian dilakukan analisis tutupan vegetasi setiap unit lansekap yang dikenali masyarakat. Pada unit lansekap alami (kebun tua) metode yang digunakan adalah menggunakan kombinasi petak dan transek yang diletakkan secara purposive sampling berdasarkan informasi dari informan kunci. Kemudian pada unit lansekap buatan (ladang, kebun, pekarangan) sampling dilakukan dengan metode jelajah. Selain itu, faktor lingkungan yang berupa suhu udara, kelembaban udara, intensitas cahaya, suhu tanah, kelembaban tanah, pH di setiap unit lansekap juga dicatat dan diamati. Untuk keperluan wawancara dilakukan dengan menentukan narasumber, yang terdiri atas Informan Kunci yang jumlahnya 10 orang, tersebar di 3 dusun. Kemudian Responden sebanyak 30% dari jumlah kepala keluarga setiap dusun. Analisis data yang dilakukan untuk menentukan Indeks Nilai Penting, Indeks Keanekaragaman (H'), dan Index Evennes (E). Analisis data pemanfaatan untuk tumbuhan rempah dilakukan dengan menghitung nilai kepentingan suatu jenis dengan menggunakan Local User’s Value Index dan indeks kepentingan budaya (Indeks of Cultural significance). Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui ada 4 kategori unit lansekap yang dikenali oleh masyarakat Desa Babah Dua yaitu: pekarangan, ladang, kebun, dan kebun tua (hutan). Dari ke empat unit lansekap ini dicatat tidak kurang dari 69 jenis tumbuhan terdiri atas 43 suku dengan total 3577 individu.. Masing-masing unit lansekap memiliki ciri dengan kekayaan jenis yang berbeda-beda. Pada unit lansekap pekarangan yang diwakili 42 pekarangan terpilih, dicatat sebanyak 46 jenis tumbuhan terdiri atas 32 suku atau 896 individu. Kemudian berturut-turut pada unit lansekap ladang memiliki 9 jenis tumbuhan dari 8 suku atau 153 jumlah individu. Selanjutnya pada unit lansekap kebun, tercatat sebanyak 14 jenis 5 tumbuhan dari 12 suku atau 884 individu. Diantara ke empat unit lansekap pekarangan merupakan salah satu unit lansekap yang dianggap cukup penting bagi kehidupan masyarakat Desa Babah Dua. Kebun tua yang menurut kategori lokal disebut hutan, tercatat sebanyak 24 jenis tumbuhan terdiri atas 20 suku atau 1644 jumlah individu. Pekarangan adalah unit lansekap yang memiliki nilai indeks keanekargaman tertinggi H‟=3.36 selanjutnya unit lansekap kebun tua H‟=2.96, unit lansekap kebun H‟=2.30, dan unit lansekap ladang H‟=2.00. Hasil analisis indeks kemerataan unit lansekap kebun tua e‟=0.93, unit lansekap ladang e‟=0.91, unit lansekap pekarangan memiliki nilai e‟=0.90, unit lansekap kebun e‟=0.87. Dari total jenis tumbuhan yang dicatat dalam empat unit lansekap, ada 10 kategori pemanfaatan, antara lain tumbuhan untuk kepentingan pangan utama, pangan tambahan, sumber obat-obatan, ritual, rempah, perabotan, minuman, kosmetika, pewarna dan untuk pembuatan racun. Khususnya untuk kategori rempah, 58% berperan penting dalam memberikan cita rasa khas masakan Aceh, kemudian 30% menimbulkan aroma spesifik, dan 12% memberi warna yang khas. Sementara itu total jenis tumbuhan rempah yang berhasil dihimpun dan dicatat sebanyak 28 jenis terdiri atas 17 suku. Jenis-jenis tersebut adalah Allium cepa, Allium sativum, Anethum graveolens, Coriandrum sativum, Cuminum cyminum, Cocos nucifera, Pleomele angustifolia, Aleurites moluccanus, Tamarindus indica, Cinnamomum burmanni, Myristica fragrans, Syzygium aromaticum, Syzygium polyanthum, Averrhoa bilimbi, Pandanus amaryllifolius, Papaver somniferum, Piper nigrum, Cymbopogon citratus, Citrus hystrix, Murraya koenigii, Illicium verum, Capsicum annum, Alpinia galanga, Amomum compactum, Curcuma longa, Etlingera elatior, dan Zingiber officinale. Hasil analisis LUVI untuk menentapkan jenis tumbuhan rempah yang secara lokal dianggap penting memperlihatkan ada 3 jenis yang nilai rata-rata LUVI nya tinggi (0.659-0.406%) yaitu Cocos nucifera, Capsicum annum, Allium cepa, nilai sedang (0.405-0.203%) yaitu tiga terbesar adalah: Allium sativum, Capsicum frutescens, Murraya koenigii, dan nilai rendah (0.202-0.050%) dengan jenis tiga terbesar adalah: yaitu Cymbopogon citratus, Myristica fragrans, Tamarindus indica. Hasil analisis ICS, ada 7 jenis rempah dengan nilai ICS tertinggi (ICS=24), dengan kategori tidak bisa digantikan (q=4) oleh jenis lain, sering digunakan (q=3), dan sangat disukai (q=2). Jenis-jenis tersebut adalah Allium cepa, Allium sativum, Averrhoa bilimbi, Cocos nucifera, Capsicum annum, Murraya koenigii, Papaver somniferum. dengan nilai ICS paling tinggi (ICS=24). Sebaliknya Alpinia galaga, Syzygium polyanthum, Aleurites moluccana, Etlingera elatior dan Pleomele angustifolia merupakan jenis yang memiliki nilai ICS terendah dengan kategori hanya digunakan sebagai bahan pengganti (q=2), jarang digunakan (i=1), namun tetap disukai oleh masyarakat (e=1). Hubungan keterkaitan antar anggota masyarakat Babah Dua dalam mengelola lingkungannya menghasilkan empat unit lansekap. Masing-masing unit lansekap memiliki ciri tutupan vegetasi berbeda antara satu dengan lainnya. Pada umumnya jenis rempah yang dibudidayakan atau ditanam adalah jenis-jenis yang berkaitan dengan selera masakan khas masing-masing masyarakat yang beranekaragam.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcBotanyid
dc.subject.ddcPlant Botanyid
dc.subject.ddc2015id
dc.subject.ddcLamna, Aceh Jayaid
dc.titleEtnoekologi dan entobotani tumbuhan rempah masyarakat acehid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordMasyarakat Acehid
dc.subject.keywordLansekapid
dc.subject.keywordTumbuhan Rempahid
dc.subject.keywordPekaranganid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record