Etnoekologi dan entobotani tumbuhan rempah masyarakat aceh
View/ Open
Date
2017Author
Aqilah, Cut Syarifah
Sulistidjorini
Eko Baroto Walujo
Metadata
Show full item recordAbstract
Penggunaan dan pengelolaan lahan merupakan salah satu contoh proses
yang dilakukan oleh masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya hayati yang
ada di lingkungan sekitar tempat mereka tinggal. Pada umumnya masyarakat
memanfaatkan lahan di sekitar pemukimannya berdasarkan pada bentuk dan
fungsinya. Sementara itu yang menjadi fokus perhatian pada penelitian etnobotani
adalah tentang persepsi dan konsepsi masyarakat terhadap dunia tetumbuhan di
lingkungan tempatnya bermukim. Pengetahuan ini secara bersamaan dapat
dijadikan sebagai dasar dalam melakukan penelitian tentang Etnoekologi dan
Etnobotani masyarakat suku Aceh, melalui telaah yang lebih spesifik mengenai
tumbuhan rempah. Seperti halnya masyarakat-masyarakat lain di Nusantara,
tumbuhan rempah memiliki peran yang cukup penting yang menjadi salah satu
penjati diri dalam hal masakan yang khas, dan tidak terkecuali bagi masyarakat
Aceh. Oleh karena itu penelitian ini ditujukan untuk menganalisis dan
mengevaluasi berbagai jenis tumbuhan rempah yang tersebar di berbagai unit
lansekap di Desa Babah Dua-Aceh Jaya.
Pengenalan unit lansekap dilakukan berdasarkan informasi dari informan
kunci yang dianggap mengetahui sejarah terbentuknya unit-unit lansekap. Setelah
itu, kemudian dilakukan analisis tutupan vegetasi setiap unit lansekap yang
dikenali masyarakat. Pada unit lansekap alami (kebun tua) metode yang
digunakan adalah menggunakan kombinasi petak dan transek yang diletakkan
secara purposive sampling berdasarkan informasi dari informan kunci. Kemudian
pada unit lansekap buatan (ladang, kebun, pekarangan) sampling dilakukan
dengan metode jelajah. Selain itu, faktor lingkungan yang berupa suhu udara,
kelembaban udara, intensitas cahaya, suhu tanah, kelembaban tanah, pH di setiap
unit lansekap juga dicatat dan diamati. Untuk keperluan wawancara dilakukan
dengan menentukan narasumber, yang terdiri atas Informan Kunci yang
jumlahnya 10 orang, tersebar di 3 dusun. Kemudian Responden sebanyak 30%
dari jumlah kepala keluarga setiap dusun. Analisis data yang dilakukan untuk
menentukan Indeks Nilai Penting, Indeks Keanekaragaman (H'), dan Index
Evennes (E). Analisis data pemanfaatan untuk tumbuhan rempah dilakukan
dengan menghitung nilai kepentingan suatu jenis dengan menggunakan Local
User’s Value Index dan indeks kepentingan budaya (Indeks of Cultural
significance).
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui ada 4 kategori unit lansekap
yang dikenali oleh masyarakat Desa Babah Dua yaitu: pekarangan, ladang, kebun,
dan kebun tua (hutan). Dari ke empat unit lansekap ini dicatat tidak kurang dari 69
jenis tumbuhan terdiri atas 43 suku dengan total 3577 individu.. Masing-masing
unit lansekap memiliki ciri dengan kekayaan jenis yang berbeda-beda. Pada unit
lansekap pekarangan yang diwakili 42 pekarangan terpilih, dicatat sebanyak 46
jenis tumbuhan terdiri atas 32 suku atau 896 individu. Kemudian berturut-turut
pada unit lansekap ladang memiliki 9 jenis tumbuhan dari 8 suku atau 153 jumlah
individu. Selanjutnya pada unit lansekap kebun, tercatat sebanyak 14 jenis
5
tumbuhan dari 12 suku atau 884 individu. Diantara ke empat unit lansekap
pekarangan merupakan salah satu unit lansekap yang dianggap cukup penting bagi
kehidupan masyarakat Desa Babah Dua. Kebun tua yang menurut kategori lokal
disebut hutan, tercatat sebanyak 24 jenis tumbuhan terdiri atas 20 suku atau 1644
jumlah individu. Pekarangan adalah unit lansekap yang memiliki nilai indeks
keanekargaman tertinggi H‟=3.36 selanjutnya unit lansekap kebun tua H‟=2.96,
unit lansekap kebun H‟=2.30, dan unit lansekap ladang H‟=2.00. Hasil analisis
indeks kemerataan unit lansekap kebun tua e‟=0.93, unit lansekap ladang e‟=0.91,
unit lansekap pekarangan memiliki nilai e‟=0.90, unit lansekap kebun e‟=0.87.
Dari total jenis tumbuhan yang dicatat dalam empat unit lansekap, ada 10
kategori pemanfaatan, antara lain tumbuhan untuk kepentingan pangan utama,
pangan tambahan, sumber obat-obatan, ritual, rempah, perabotan, minuman,
kosmetika, pewarna dan untuk pembuatan racun. Khususnya untuk kategori
rempah, 58% berperan penting dalam memberikan cita rasa khas masakan Aceh,
kemudian 30% menimbulkan aroma spesifik, dan 12% memberi warna yang khas.
Sementara itu total jenis tumbuhan rempah yang berhasil dihimpun dan dicatat
sebanyak 28 jenis terdiri atas 17 suku. Jenis-jenis tersebut adalah Allium cepa,
Allium sativum, Anethum graveolens, Coriandrum sativum, Cuminum cyminum,
Cocos nucifera, Pleomele angustifolia, Aleurites moluccanus, Tamarindus indica,
Cinnamomum burmanni, Myristica fragrans, Syzygium aromaticum, Syzygium
polyanthum, Averrhoa bilimbi, Pandanus amaryllifolius, Papaver somniferum,
Piper nigrum, Cymbopogon citratus, Citrus hystrix, Murraya koenigii, Illicium
verum, Capsicum annum, Alpinia galanga, Amomum compactum, Curcuma
longa, Etlingera elatior, dan Zingiber officinale.
Hasil analisis LUVI untuk menentapkan jenis tumbuhan rempah yang secara
lokal dianggap penting memperlihatkan ada 3 jenis yang nilai rata-rata LUVI nya
tinggi (0.659-0.406%) yaitu Cocos nucifera, Capsicum annum, Allium cepa, nilai
sedang (0.405-0.203%) yaitu tiga terbesar adalah: Allium sativum, Capsicum
frutescens, Murraya koenigii, dan nilai rendah (0.202-0.050%) dengan jenis tiga
terbesar adalah: yaitu Cymbopogon citratus, Myristica fragrans, Tamarindus
indica. Hasil analisis ICS, ada 7 jenis rempah dengan nilai ICS tertinggi
(ICS=24), dengan kategori tidak bisa digantikan (q=4) oleh jenis lain, sering
digunakan (q=3), dan sangat disukai (q=2). Jenis-jenis tersebut adalah Allium cepa,
Allium sativum, Averrhoa bilimbi, Cocos nucifera, Capsicum annum, Murraya koenigii,
Papaver somniferum. dengan nilai ICS paling tinggi (ICS=24). Sebaliknya Alpinia
galaga, Syzygium polyanthum, Aleurites moluccana, Etlingera elatior dan
Pleomele angustifolia merupakan jenis yang memiliki nilai ICS terendah dengan
kategori hanya digunakan sebagai bahan pengganti (q=2), jarang digunakan (i=1),
namun tetap disukai oleh masyarakat (e=1).
Hubungan keterkaitan antar anggota masyarakat Babah Dua dalam
mengelola lingkungannya menghasilkan empat unit lansekap. Masing-masing unit
lansekap memiliki ciri tutupan vegetasi berbeda antara satu dengan lainnya. Pada
umumnya jenis rempah yang dibudidayakan atau ditanam adalah jenis-jenis yang
berkaitan dengan selera masakan khas masing-masing masyarakat yang
beranekaragam.