Show simple item record

dc.contributor.advisorNindyantoro
dc.contributor.authorHakim, Fauzan
dc.date.accessioned2017-05-31T06:58:21Z
dc.date.available2017-05-31T06:58:21Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/86493
dc.description.abstractSurat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. 175 tahun 2003 mengenai perluasan kawasan TNGHS, yaitu dari luas kawasan 40.000 menjadi 113.357 ha. Oleh karena itu pengelolaan kawasaan TNGHS tidak dapat dipisahkan dari masyarakat yang berada di dalam dan di sekitar kawasan, yang memiliki tingkat ketergantungan tinggi terhadap sumber daya alam yang ada di dalam kawasan. Peningkatan jumlah penduduk yang mengakibatkan kebutuhan lahan semakin tinggi dan kebutuhan manusia pun meningkat. Akibatnya akan memberi tekanan terhadap hutan dalam bentuk perambahan hutan dan pencurian hasil hutan. Tekanan yang berlebihan menyebabkan kerusakan yang merugikan dari segi ekonomi dan sosial. Model Kampung Konservasi merupakan sebuah model di TNGHS yang didukung tiga pilar kegiatan, yaitu observasi partisipatif, restorasi/ rehabilitasi, dan peningkatan ekonomi masyarakat. Pada Model Kampung Konservasi, masyarakat mengharapkan adanya nilai manfaat berupa meningkatnya kesejahteraan hidup bagi masyarakat yang tinggal di sekitar hutan, khususnya dari aspek ekonomi. Kampung Sukagalih merupakan salah satu kampung di kawasan TNGHS yang menjalankan program MKK hingga saat ini. Adanya MKK Sukagalih masyarakat mengalami perubahan dari segi persepsi dan sudah banyak merasakan manfaat dari MKK. Untuk menganalisis persepsi dan pengaruh persepsi masyarakat terhadap partisipasi masyarakat analisis yang digunakan yaitu analisis deskripstif. Serta, untuk mengestimasi manfaat yang dirasakan masyarakat Kampung Sukagalih menggunakan metode analisis pendapatan. Selanjutnya, mengidentifikasi kegiatan MKK Sukagalih dalam mendukung keberlanjutan konservasi. Berdasarkan persepsi masyarakat, pengetahuan dan penerimaan masyarakat terhadap MKK yang dijalankan di Kampung Sukagalih sangat positif. Hal ini ditunjukkan oleh tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi, dimana hampir seluruh masyarakat ikut berpartispasi dalam program ini. Manfaat dalam usahatani cabe merah dan buncis sangat dirasakan oleh petani. Hasil R/C sebesar 2,07 menunjukan usahatani cabe merah dan buncis adalah layak. Pendapatan cabe merah dan buncis yang dicapai sebesar Rp. 9.282.127,95. Selain itu masyarakat mendapatkan tambahan pendapatan dari pengunjung dari beberapa sekolah dan universitas. Dalam keberlanjutan konservasi masyarakat Kampung Sukagalih sudah mampu melakukan kegiatan yang berdasarkan 3 pilar MKK yaitu seperti pengawasan hutan, menanam pohon, dan juga menggarap lahan di zona khusus.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcBusiness Managementid
dc.subject.ddcOperation Scheduleid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcSukabumi-Jawa Baratid
dc.titleAnalisis Manfaat Ekonomi Model Kampung Konservasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak (Studi Kasus : Kampung Sukagalih, Desa Cipeuteuy, Kec. Kabandungan, Kab. Sukabumi)id
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordHutanid
dc.subject.keywordModel Kampung Konservasiid
dc.subject.keywordKampung Sukagalihid
dc.subject.keywordTNGHSid
dc.subject.keywordManfaatid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record