Pengaruh Pemberian Dolomit dan Abu Sekam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai dan Jagung Dengan Sistem Tumpang Sari Pada Budi Daya Jenuh Air di Lahan Pasang Surut
Abstract
Permintaan kedelai dan jagung cenderung mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Pemenuhan permintaan tersebut masih dilakukan dengan cara impor. Hal
ini dapat diatasi dengan melakukan penanaman secara tumpang sari di lahan rawa
pasang surut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis dolomit dan
pengaruh penambahan abu sekam terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai dan
jagung pada budi daya jenuh air di lahan pasang surut. Penelitian dilakukan di Desa
Muliasari, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera
Selatan pada bulan April-Agustus 2016. Rancangan percobaan yang digunakan
adalah RKLT dua faktor dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah pemberian
dosis dolomit yang terdiri atas 4 taraf yaitu 0, 2, 4, dan 6 ton ha-1. Faktor kedua
adalah pemberian dosis abu sekam yang terdiri atas 2 taraf yaitu 0 dan 1 ton ha-1.
Hasil penelitian pada tanaman kedelai menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara
perlakuan dosis dolomit dan abu sekam. Pemberian dosis dolomit 6 ton ha-1 dan abu
sekam 1 ton ha-1 menghasilkan bobot kering batang tertinggi. Tanaman kedelai
yang diberikan dosis dolomit 4 ton ha-1 dan 6 ton ha-1 memiliki pertumbuhan yang
lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya meskipun produktivitasnya tidak
berbeda secara statistik. Pemberian abu sekam 1 ton ha-1 pada tanaman kedelai
berpengaruh terhadap jumlah daun dan bobot kering batang. Tanaman jagung yang
diberikan dolomit memiliki bobot kering akar dan batang yang lebih tinggi
dibandingkan tanpa pemberian. Perlakuan dosis dolomit tidak berpengaruh
terhadap komponen hasil produksi jagung. Pemberian dosis abu sekam 1 ton ha-1
berpengaruh terhadap bobot kering batang jagung. Tumpang sari kedelai dan
jagung memiliki nisbah kesetaraan lahan (NKL) >1 artinya pertanaman secara
tumpang sari lebih menguntungkan dibandingkan monokultur