Show simple item record

dc.contributor.advisorKrisnatuti, Diah
dc.contributor.advisorSimanjuntak, Megawati
dc.contributor.authorSopiah, Neneng Nurul
dc.date.accessioned2017-03-03T03:31:27Z
dc.date.available2017-03-03T03:31:27Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/83568
dc.description.abstractKenakalan remaja yang berujung meningkatnya kejahatan pidana cukup mengkhawatirkan. Akibatnya anak harus berhadapan dengan hukum dan mendapatkan sanksi pidana berupa penahanan di dalam penjara. Narapidana harus menjalani lama hukuman dalam jangka waktu tertentu sebagai konsekuensi dari tindak pidana yang telah dilakukan. Akan tetapi, pengalaman tinggal di penjara sering dikaitkan dengan lingkungan yang penuh stres. Di dalam penjara narapidana mengalami berbagai masalah atau tekanan termasuk hilangnya otonomi diri, kurangnya privasi, keamanan, dan harga diri yang rendah. Selain itu, adanya isolasi sosial dan jauh dari keluarga mengharuskan narapidana memiliki strategi koping tertentu untuk dapat mentoleransi stres dan mampu menyesuaikan diri di lingkungan penjara. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh karakteristik anak didik lapas (andikpas), sosial ekonomi keluarga, lama tahanan, kunjungan keluarga, kerentanan dalam penjara, dan strategi koping terhadap penyesuaian anak di dalam penjara. Penelitian ini dilakukan menggunakan disain cross sectional study di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas I Tangerang. Waktu penelitian termasuk persiapan, pengumpulan data, pengolahan, analisis, dan penulisan laporan terhitung mulai Desember 2015 sampai November 2016. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh narapidana anak yang terdaftar di LPKA Kelas I Tangerang. Contoh dalam penelitian ini adalah narapidana anak laki-laki berusia 12-18 tahun. Teknik penarikan contoh dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria narapidana anak sedang menjalani tahanan ≤ 1 tahun yang berjumlah 55 orang. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner meliputi: 1) karakteristik andikpas (usia anak, lama pendidikan, dan jenis pelanggaran); 2) karakteristik sosial ekonomi keluarga (lama pendidikan orangtua dan pekerjaan orangtua); 3) kerentanan di dalam penjara diukur menggunakan item dari Fear of Victimization Scale dan Prison Stresses Scale (Maitland dan Sluder‟s 1996) dengan nilai cronbach’s alpha 0.713; 4) strategi koping diukur menggunakan kuesioner dari The COPE Inventory (Carver 1997) dengan nilai cronbach’s alpha 0.960; 4) penyesuaian anak diukur menggunakan The Weinberger Adjustment Inventory (WAI) dari Weinberger dan Schwartz (1990) dengan nilai cronbach’s alpha 0.806. Sementara itu, data sekunder diperoleh dari LPKA Kelas 1 Tangerang berupa: 1) lama tahanan berupa data rasio dihitung sesuai jumlah bulan ditahan sebelum penelitian dilakukan; 2) frekuensi kunjungan berupa data rasio dihitung berdasarkan jumlah kunjungan yang diterima sebelum penelitian. Data dianalisis menggunakan regresi linier berganda. Rata-rata usia andikpas saat pertama kali ditahan adalah 16.33 tahun (±1.12), berada pada rentang 14-18 tahun. Sementara itu, rata-rata usia andikpas saat penelitian adalah 16.84 tahun (±1.33) dan berada pada rentang 14-20 tahun. Di lihat dari lama pendidikan anak, rata-rata andikpas menyelesaikan pendidikan kurang lebih selama 10 tahun (9.25±2.61) setara dengan lulusan SMP atau kelas 1 SMA dan berada pada rentang 4-12 tahun. Rata-rata lama tahanan yang sedang dijalani andikpas adalah 6.38 bulan (±3.88) dengan lama tahanan minimal I bulan dan lama tahanan maksimal 12 bulan. Berdasarkan rata-rata kunjungan keluarga adalah 4.76 kali (±4.11) dengan rentang kunjungan 0-12 kali. Berdasarkan jenis pelanggaran yang dilakukan andikpas, lebih dari sepertiga (30.9%) andikpas terlibat kasus tindak kekerasan dan pelecehan, lebih dari seperempat (27.3%) andikpas terlibat kasus pencurian dan perampokan, kurang dari seperempat (23.6%) andikpas terlibat kasus pengederan narkotika, dan masing-masing 5.5 persen terlibat kasus pembunuhan dan pemerasan, serta 3.6 persen masing-masing terlibat kasus penganiayaan berat dan ketertiban. Hasil penelitian menemukan bahwa rataan tertinggi pada aspek stres penjara yang dialami andikpas adalah kehilangan keluarga dan teman. Pada aspek perasaan takut, andikpas menyatakan cukup aman dan cukup khawatir akan diserang ketika berada di dalam lapas. Pada aspek dukungan internal, rataan tertinggi andikpas memiliki banyak teman didalam lapas. Pada aspek kontrol penjara, LPKA Kelas I Tangerang memiliki sistem kontrol penjara termasuk kategori tinggi. Selain itu, lebih dari separuh andikpas melakukan strategi koping termasuk kategori tinggi dengan rataan tertinggi berada di koping berfokus pada emosi. Sekitar lima dari sepuluh andikpas melakukan penyesuaian termasuk kategori tinggi dengan rataan tertinggi pada dimensi menahan diri. Hasil penelitian juga menemukan bahwa salah satu aspek kerentanan dalam penjara yaitu stres dan kontrol penjara memiliki hubungan negatif signifikan dengan dimensi menahan diri dan dimensi kesulitan menyesuaikan. Hampir seluruh aspek strategi koping meliputi koping berfokus pada masalah, koping berfokus pada emosi, koping menghindar, dan koping mencari dukungan sosial memiliki hubungan negatif signifikan dengan kedua dimensi penyesuaian. Berdasarkan uji regresi linear berganda, salah satu aspek kerentanan dalam penjara yaitu dukungan internal memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap penyesuaian anak didalam penjara. Selain itu, salah satu aspek strategi koping yaitu koping menghindar memiliki pengaruh yang negatif signifikan dengan penyesuaian anak didalam penjara. Hasil penelitian ini merekomendasikan kepada Pemerintah melalui Kementrian Hukum dan HAM, Komisi Perlindungan Anak Indonesia didalam menyusun upaya atau program strategis untuk meningkatkan keterampilan koping dan penyesuaian yang positif bagi narapidana anak. Pentingnya kerjasama lembaga baik pemerintah maupun non pemerintah untuk melakukan model pendampingan dan layanan konseling kepada narapidana anak untuk mengarahkan terhadap pengembangan perilaku yang pro sosial atau memberikan model peran dewasa yang positif pada anak. Selain itu, peran penting staf dalam menciptakan iklim yang positif diantara narapidana anak yang dapat mendorong terjadinya interaksi sosial yang baik, rasa stabilitas, dan lingkungan yang aman.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcHealth and Hygieneid
dc.subject.ddcChildren Healthid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcTangerangid
dc.titlePenyesuaian Anak Berhadapan Dengan Hukum Di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Tangerangid
dc.typeThesisid
dc.subject.keyworddukungan internalid
dc.subject.keywordkerentanan penjaraid
dc.subject.keywordnarapidana anakid
dc.subject.keywordpenyesuaian anakid
dc.subject.keywordstrategi kopingid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record