Show simple item record

dc.contributor.advisorSudarsono
dc.contributor.advisorMulyanto, Budi
dc.contributor.advisorIskandar
dc.contributor.authorYatno, Edi
dc.date.accessioned2017-03-01T05:05:58Z
dc.date.available2017-03-01T05:05:58Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/83445
dc.description.abstractKakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan petani dan devisa negara. Kendala utama dalam pengembangan kakao di Indonesia adalah produktivitas kakao rendah. Kegiatan intensifikasi dan ektensifikasi lahan untuk mencapai produktivitas optimal akan dapat dilakukan dengan baik, apabila melalui tahap evaluasi lahan dengan kriteria yang mencerminkan persyaratan tumbuh tanaman untuk berproduksi optimal. Kriteria kesesuaian lahan yang ada di Indonesia masih bersifat umum karena disusun berdasarkan kompilasi data terhadap penggunaan lahan yang tidak spesifik lokasi. Oleh karena itu, untuk perbaikan kriteria kesesuaian lahan yang ada diperlukan penelitian mengenai kriteria kesesuaian lahan berdasarkan pada tingkat produksi untuk tipe penggunaan lahan kakao yang dikelola dengan input rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sifat-sifat mineralogi, fisika, dan kimia tanah terbentuk dari bahan induk skis, batupasir, batuan ultramafik dan aluvium; mempelajari hubungan keragaman bahan induk tanah dengan karakteristik lahan dan produksi tanaman kakao; mengidentifikasi karakteristik lahan yang menjadi pembeda produksi kakao di sentra produksi kakao Kolaka dan Kolaka Timur; menetapkan kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman kakao pada tipe penggunaan lahan kakao yang dikelola dengan input rendah berdasarkan karakteristik lahan dan produksi tanaman. Penelitian dilaksanakan dalam 6 tahap kegiatan, yaitu : (1) identifikasi tipe penggunaan lahan, (2) penentuan satuan lahan pengamatan, (3) karakterisasi lahan, (4) pengamatan komponen produksi kakao, (5) identifikasi karakteristik lahan pembeda produksi kakao, dan (6) penyusunan kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman kakao. Sebanyak 24 satuan lahan pengamatan ditetapkan berdasarkan perbedaan bahan induk tanah, kemiringan lereng, dan jenis tanah. Kriteria kesesuaian lahan tanaman kakao yang dikelola dengan input rendah disusun berdasarkan karakteristik lahan yang sangat berpengaruh terhadap produksi. Hubungan karakteristik lahan terhadap produksi diuji dengan analisis korelasi dan regresi, sedangkan identifikasi karakteristik lahan yang membedakan produksi kakao diuji dengan analisis regresi bertatar (stepwise) sehingga diperoleh karakteristik lahan yang sangat berpengaruh terhadap produksi kakao dan menjadi pembeda kelas kesesuaian lahan kakao yang dikelola dengan input rendah. Hasil penelitian menunjukkan susunan mineral klei pada tanah terbentuk dari batuan skis didominasi oleh ilit, diikuti oleh vermikulit, interstratifikasi ilit-vermikulit, dan kaolinit dalam jumlah sedang, sedangkan tanah dari batupasir tersusun dari kaolinit dalam jumlah banyak, ilit dan interstratifikasi ilit-vermikulit dalam jumlah sedang. Tanah dari batuan ultramafik didominasi oleh oksida-oksida besi, sedangkan tanah aluvium tersusun dari kaolinit dalam jumlah banyak, interstratifikasi ilit-vermikulit, dan smektit dalam jumlah sedang. 4 Keragaman bahan induk tanah mempengaruhi keragaman karakteristik lahan pHH2O, C organik, P2O5 (ekstrak Bray 1/Olsen), K2O (ekstrak HCl 25%), Ca, Mg, Na, dan Al dapat dipertukarkan, KTK tanah, kejenuhan basa, kandungan pasir, debu, klei, permeabilitas, dan tingkat produktivitas tanaman kakao. Tanah dari batuan skis memiliki nilai rata-rata pHH2O, kandungan P2O5 dan K2O (ekstrak HCl 25%) pada kedalaman 0-30 cm lebih tinggi dibandingkan tanah dari bahan induk lainnya. Tanah dari aluvium memiliki kandungan C organik, Ca dan Mg, KTK tanah lebih tinggi dibandingkan tanah dari bahan induk lainnya, namun pH tanah dari aluvium lebih rendah dibandingkan tanah lainnya, sedangkan tanah dari batuan ultramafik memiliki kandungan klei, ruang pori total, dan permeabilitas lebih tinggi dibandingkan tanah lainnya. Tingkat produksi kakao di Kolaka dan Kolaka Timur berkorelasi sangat nyata secara positif dengan karakteristik lahan pHH2O, K2O (ekstrak HCl 25%), Na dapat dipertukarkan, dan kejenuhan basa. Namun, karakteristik lahan yang sangat berpengaruh terhadap produksi dan menjadi pembeda kelas dalam kriteria kesesuaian lahan untuk TPL tanaman kakao input rendah adalah reaksi tanah (pHH2O) dan kandungan K2O potensial (ekstrak HCl 25%). Kebutuhan data karakteristik lahan yang relatif sedikit memungkinkan proses evaluasi kesesuaian lahan dapat dilakukan lebih mudah, cepat dan murah dengan hasil yang akurat. Satuan lahan dengan tanah yang berkembang dari batuan skis dengan topografi agak datar memiliki produksi kakao paling tinggi dan sangat sesuai (S1) untuk tanaman kakao. Satuan lahan dengan tanah yang terbentuk dari batuan skis dengan lereng curam cukup sesuai (S2) hingga sesuai marginal (S3) untuk kakao, namun lahan-lahan tersebut memiliki tingkat bahaya erosi tinggi dan erosi aktual lebih besar dari erosi yang dapat ditoleransi sehingga tidak memenuhi aspek keberlanjutan atau sustainability untuk budidaya kakao. Satuan lahan pengamatan dengan tanah terbentuk dari batuan ultramafik dan aluvium tidak sesuai (N) dan tidak memberikan manfaat ekonomi (B/C < 1) untuk usahatani kakao yang dikelola dengan input rendah. Kriteria kesesuaian lahan yang dibangun berdasarkan karakteristik lahan dan produksi tanaman pada TPL kakao yang dikelola dengan input rendah di lokasi penelitian bersifat kuantitatif sehingga hasil penilaian kesesuaian lahan menggunakan kriteria ini telah sejalan atau sesuai dengan produktivitas lahannya. Namun, penggunaan kriteria ini masih harus mempertimbangkan tingkat bahaya erosi untuk budidaya kakao. Pembukaan lahan baru untuk pengembangan tanaman kakao dengan menggunakan kriteria kesesuaian lahan yang dibangun sebaiknya diarahkan pada tanah-tanah yang terbentuk dari bahan induk batuan skis dengan lereng kurang dari 15%. Tanah yang tidak sesuai dan tidak memberikan manfaat ekonomi untuk usahatani kakao yang dikelola dengan input rendah di lokasi penelitian, sebaiknya diarahkan untuk penggunaan lainnya antara lain padi sawah irigasi pada tanah yang terbentuk dari bahan aluvium dan perkebunan kelapa pada tanah yang terbentuk dari batupasir, dan kelapa sawit pada tanah yang terbentuk dari batuan ultramafik.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcSoil scienceid
dc.subject.ddcLand suitabilityid
dc.titleKriteria Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kakao Di Kabupaten Kolaka Dan Kolaka Timur, Sulawesi Tenggaraid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordbahan induk tanahid
dc.subject.keywordkarakteristik lahanid
dc.subject.keywordkriteria kesesuaian lahanid
dc.subject.keywordproduksi kakaoid
dc.subject.keywordtipe penggunaan lahanid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record