Dampak Perubahan Pemanfaatan Kawasan Karst Gunungsewu Terhadap Resiliensi Ekonomi Rumahtangga Di Kabupaten Gunungkidul
View/ Open
Date
2017Author
Khairina, Fadiah
Putri, Eka Intan Kumala
Ismail, Ahyar
Metadata
Show full item recordAbstract
Indonesia memiliki kawasan karst yang mencakup luas sekitar 15,4 juta
hektar dan tersebar hampir di seluruh Indonesia, salah satu kawasan karst tersebut
adalah kawasan karst Gunungsewu. Kawasan karst Gunungsewu terbentang dari
daerah Wonosari-Yogyakarta-Wonogiri sampai Pacitan, dan mencakup tiga
daerah provinsi yaitu provinsi D.I. Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Kawasan karst Gunungsewu di provinsi D.I. Yogyakarta sendiri tersebar di
Kabupaten Gunungkidul. Kawasan karst Gunungsewu sebagai sumberdaya yang
potensial untuk mendukung kehidupan di satu sisi memiliki kekayaan potensi dan
sumberdaya yang berlimpah akan tetapi disisi lain sangat rentan terhadap resiko
kerusakan lingkungan. Berbagai kepentingan ekonomi membuat masyarakat
melakukan berbagai kegiatan untuk memanfaatkan kawasan karst.
Penelitian dilakukan di dua desa yang memanfaatkan kawasan karstnya
secara berbeda, yaitu Desa Bedoyo dan Desa Bejiharjo. Kawasan karst di Desa
Bedoyo dimanfaatkan untuk kawasan pertambangan karena kualitas batuan
karbonatnya merupakan yang terbaik sehingga kegiatan pertambangan terpusat di
desa tersebut. Kawasan karst di Desa Bejiharjo dimanfaatkan untuk kegiatan
wisata alam, dimana kegiatan wisatanya merupakan wisata susur sungai yang
melewati sebuah goa yang cukup terkenal di kalangan wisatawan, yaitu Goa
Pindul. Perbedaan pemanfaatan kawasan karst di kedua desa tersebut memberikan
dampak yang berbeda pula kepada masyarakatnya. Penelitian ini melibatkan 80
responden rumahtangga dari kedua desa. Tujuan khusus penelitian ini yaitu
Mengidentifikasi dampak perubahan penggunaan kawasan karst menjadi kawasan
pertambangan dan kawasan wisata bagi masyarakat di sekitarnya, menganalisis
perubahan penghasilan rumahtangga masyarakat yang terjadi akibat perubahan
penggunaan kawasan karst menjadi kawasan pertambangan dan kawasan wisata,
mengidentifikasi kerentanan ekonomi rumahtangga akibat perubahan penggunaan
kawasan karst menjadi pertambangan dan yang menjadi kawasan wisata, dan
mengidentifikasi resiliensi ekonomi rumahtangga masyarakat akibat perubahan
penggunaan kawasan karst menjadi kawasan pertambangan dan kawasan wisata
serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya. Metode analisis yang
digunakan adalah analisis deskriptif, Change of Productivity, Loss of Earnings,
Livelihood Vulnerability Index, dan analisis regresi linear berganda.
Hasil analisis menunjukkan bahwa perubahan penggunaan kawasan karst
di kedua desa memberikan dampak yang berbeda kepada masyarakat di sekitarnya.
Secara umum, tingkat kesejahteraan rumahtangga di kedua desa mengalami
peningkatan karena tersedianya sumber penghasilan yang baru. Namun terdapat
dampak negatif yang dirasakan di Desa Bedoyo, yaitu terjadinya penurunan suplai
air dan terganggunya kesehatan masyarakat akibat kegiatan pertambangan. LVI
Desa Bedoyo yaitu sebesar 0,35 lebih tinggi apabila dibandingkan dengan LVI
Desa Bejiharjo yaitu sebesar 0,21. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Desa
Bedoyo lebih rentan terhadap perubahan kawasan karst daripada Desa Bejiharjo.
Secara umum perubahan penggunaan kawasan karst berdampak pada
perubahan penghasilan di kedua desa, khususnya pada sektor non-farm. Sektor ini
mengalami peningkatan penghasilan yang sangat signifikan karena adanya
pembukaan kawasan pertambangan dan kawasan wisata, sehingga dapat dikatakan
bahwa perubahan penggunaan kawasan karst telah berhasil meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Rata-rata nilai resiliensi di Desa Bedoyo masih rendah,
sementara di Desa Bejiharjo sudah cukup tinggi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai resiliensi rumahtangga yaitu usia, jenis kelamin kepala
rumahtangga, pendidikan, penghasilan, sumber pangan, dan jumlah tindakan
resiliensi yang dilakukan.
Collections
- MT - Economic and Management [2875]