Show simple item record

dc.contributor.advisorRiani, Etty
dc.contributor.advisorEffendi, Hefni
dc.contributor.authorNursanto, Jefri
dc.date.accessioned2017-01-31T04:38:32Z
dc.date.available2017-01-31T04:38:32Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/82877
dc.description.abstractPencemaran perairan merupakan masalah global utama yang hingga saat ini banyak memberikan dampak negatif terhadap bidang akuakultur namun budidaya perikanan juga turut memberikan dampak negatif terhadap kualitas air di lingkungan perairan. Budidaya perikanan yang dilakukan dengan menggunakan air yang tercemar limbah akan menurunkan produksi organisme budidaya dan berdampak langsung pada aspek sosial dan ekonomi. Secara garis besar, budidaya perikanan juga menghasilkan limbah yang berasal dari kegiatan budidaya berupa feses, hasil metabolisme tubuh, sisa pakan yang tidak tercerna oleh organisme budidaya, maupun organisme yang mati di dasar perairan yang dapat menurunkan kualitas air budidaya ikan khususnya di waduk cirata. Tingginya unsur hara, terutama nitrogen (N) dan fosfor (P) yang menyebabkan kandungan kedua zat tersebut menjadi sangat melimpah di dalam perairan. Di lain pihak, tingginya kedua unsur hara tersebut akan mengakibatkan perairan menjadi sangat subur (eutrofikasi) yang seringkali ditandai oleh terjadinya blooming algae di dalam perairan, terjadi kondisi anoksia, sehingga perairan dapat membahayakan makhluk hidup yang ada di dalamnya Fitoremediasi merupakan salah satu cara untuk dekontaminasi limbah dengan menggunakan tanaman dan bagian-bagiannya, secara in situ atau ex situ. Salah satu jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk itu adalah vetiver (Chrysopogon zizanioides). Vetiver mampu bertahan hidup di daerah tergenang dan daerah bersalinitas moderat. Truong et al. (2008) menyatakan bahwa rumput vetiver ini mampu tumbuh di wetland area dan efektif mengurangi air limbah. Penelitian bertujuan untuk mempelajari kemampuan vetiver dalam mereduksi limbah organik terlarut dalam air dan menganalisis laju pertumbuhannya. Pada penelitian terdapat tiga perlakuan, yakni vetiver dengan bobot 15 g dan 30 g serta control, dengan ulangan sebanyak tiga kali, selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap air waduk yang banyak dicemari oleh limbah anorganik dan limbah organik khususnya dari kegiatan karamba jaring apung. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa vetiver bobot 15g dan 30 g tidak berbeda nyata pada waktu yang sama untuk memperbaiki kualitas air, tetapi dalam setelah satu bulan memperlihatkan perbedaan yang signifikan, yakni vetiver 30 g lebih baik dari 15 g. Vetiver tidak mempengaruhi secara nyata kualitas air, namun cenderung memperbaiki kualitas air. Vetiver mampu tumbuh dengan baik pada media limbah cair organik. Vetiver yang untuk fitoremediasi, idealnya adalah vetiver yang masih mudaid
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultral University (IPB)id
dc.subject.ddcEnvironmental scienceid
dc.subject.ddcWater pollutionid
dc.subject.ddc2015id
dc.subject.ddcBandung-Jawa Baratid
dc.titleAnalisis Kapasitas Fitoremediasi Tanaman Vetiver (Chrysopogon Zizanioides) Dalam Mereduksi Limbah Cair Organik Studi Kasus Kerambak Jaring Apung Di Waduk Cirataid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordVetiver (Chrysopogon zizanioides)id
dc.subject.keywordLimbah organikid
dc.subject.keywordKualitas airid
dc.subject.keywordFitoremediasiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record