Komunikasi Partisipatif Dalam Pengelolaan Hutan Nagari Di Sumatera Barat
View/ Open
Date
2016Author
Tanjung, Nala Sari
Sadono, Dwi
Wibowo., Cahyono Tri
Metadata
Show full item recordAbstract
Indonesia merupakan negara dengan tingkat kerusakan hutan paling parah
kedua di dunia setelah Brazil dan tercatat sebagai negara dengan laju deforestasi
paling tinggi di dunia yaitu dua juta hektar per tahun (CIFOR 2015). Salah satu
penyebab terbesar adalah buruknya kebijakan serta implementasi pengelolaan
hutan. Diluncurkannya Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
menjadi salah satu jalan keluar bobroknya pengelolaan hutan masa lalu dengan
pergeseran dari paradigma lama pengelolaan hutan berbasis produksi menjadi
pengelolaan hutan yang berpihak pada kesejahteraan masyarakat. Permasalahan
pemberdayaan masyarakat sebagai basis utama dari pengelolaan hutan berbasis
masyarakat (PHBM) ini terdapat pada PP 6/2007 yang secara khusus dibahas pada
Bagian Kesebelas “Pemberdayaan Masyarakat Setempat”. Berdasarkan PP
tersebut, pengelolaan hutan diadopsi melalui tiga skema, yaitu Hutan Desa, Hutan
Kemasyarakatan, dan kemitraan. Namun, tidak semua wilayah mencapai
keberhasilan atas program PHBM, seperti hasil temuan Sanudin et al. (2015),
Wilujeng (2015), Ngabdani et al. (2015), Gunawan et al. (2014), Guniastuti et al.
(2014), Anomsari (2013), dan Nugroho (2011).
Komunikasi pembangunan berkelanjutan merupakan salah satu isu
komunikasi pembangunan dunia berupa pendekatan komunikasi partisipatif secara
dialogis yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Sebagai salah satu
bentuk pembangunan dengan konsep berkelanjutan, PHBM mengusung prinsip
partisipatif yang berpihak pada pemberdayaan masyarakat (Peraturan Menteri
Kehutanan 2014). Sehubungan dengan prinsip tersebut, Fuad (2000) menemukan
bahwa kesenjangan komunikasi yang lebar antara lembaga desa dan kelompokkelompok
masyarakat lainnya di desa menyebabkan implementasi pengelolaan
hutan desa menjadi terhambat, sehingga sejalan dengan temuan Wilujeng (2015)
bahwa salah satu faktor keberhasilan PHBM adalah komunikasi yang
mensyaratkan implementor mengetahui apa yang harus dilakukan dengan
melibatkan seluruh pelaku terkait.
Hutan Desa merupakan salah satu bentuk skema PHBM. Berdasarkan
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 89 Tahun 2014 (P.89/Menhut-II/2014) dan
Suwarti et al. (2015), Hutan Desa merupakan salah satu bentuk kebijakan untuk
pemberdayaan masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan dengan
memberikan akses kepada desa melalui lembaga desa dalam mengelola
sumberdaya hutan secara adil dan lestari. Sumatera Barat merupakan salah satu
Provinsi yang menerapkan PHBM dalam bentuk Hutan Desa yang diistilahkan
dengan Hutan Nagari. Dalam pelaksanaannya, pengelolaan Hutan Nagari serupa
dengan Hutan Desa. Pelaksanaan setiap aktivitas pada pengelolaan Hutan Nagari
harus berdasarkan prinsip partisipatif untuk pemberdayaan masyarakat. Oleh
karena itu, komunikasi partisipatif diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut
sebagaimana tertera dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999. Seperti dalam
latar belakang masalah di atas, Fuad (2000) dan Wilujeng (2015) menyatakan
bahwa kurangnya keikutsertaan masyarakat dalam proses komunikasi dalam
pelaksanaan program pengelolaan hutan menyebabkan implementasinya menjadi
kurang optimal. Hal ini mengindikasikan bahwa tanpa melibatkan komunikasi
yang partisipatif dalam setiap aktivitas pengelolaan Hutan Nagari, diduga
pemberdayaan masyarakat khususnya masyarakat sekitar hutan tidak berjalan
secara optimal.
Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan proses komunikasi
partisipatif dalam pengelolaan Hutan Nagari, mendeskripsikan tingkat partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan Hutan Nagari, dan mengalisa hubungan
komunikasi partisipatif dengan pengelolaan Hutan Nagari secara berkelanjutan.
Penelitian ini didesain menggunakan pendekatan survei eksplanatif (analitik)
dengan metode campuran, yaitu kuantitatif dan kualitatif. Pengambilan sampel
dilakukan secara sensus, yaitu 52 orang anggota LPHN Sungai Buluh dan 21
orang anggota LPHN Paru. Data dikumpulkan menggunakan metode survei,
wawancara mendalam, focus group discussion (FGD) dan observasi. Analisa data
menggunakan statistik deskriptif dengan tabel frekuensi dan persentase; dan
statistik infrensia menggunakan uji korelasi chi square dan Rank Spearman, serta
uji beda menggunakan analisa Mann-Whitney.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses komunikasi dalam pengelolaan
Hutan Nagari Sungai Buluh dan Hutan Nagari Paru secara umum sudah
berlangsung partisipatif. Aktivitas komunikasi partisipatif dalam kegiatan
pengelolaan di Hutan Nagari Sungai Buluh dan Hutan Nagari Paru paling
dominan berada pada aktivitas pelaksanaan kegiatan. Terdapat perbedaan
signifikan pada indikator dialog, voice, dan liberating pedagogy antara LPHN
Sungai Buluh dan LPHN Paru. Anggota masyarakat pengelola di Hutan Nagari
Sungai Buluh cukup berpartisipasi dalam pengelolaan Hutan Nagari, sedangkan di
Hutan Nagari Paru kurang berpartisipasi. Hal tersebut terjadi karena masyarakat
kurang dilibatkan dalam kegiatan pengelolaan. Anggota masyarakat pengelola di
Sungai Buluh terutama kurang dilibatkan pada aktivitas penetapan batas areal
kerja dan monitoring evaluasi, sedangkan anggota masyarakat pengelola di Paru
kurang terlibat pada aktivitas perencanaan, penetapan batas areal kerja,
pelaksanaan kegiatan, dan monitoring dan evaluasi. Terdapat perbedaan signifikan
pada indikator perencanaan, penetapan batas areal kerja, dan pelaksanaan kegiatan
antara LPHN Sungai Buluh dan LPHN Paru. Pengelolaan Hutan Nagari di LPHN
Sungai Buluh dan LPHN Paru sudah berkelanjutan. Secara umum, hal tersebut
didukung oleh komunikasi yang partisipatif. Selain itu juga didorong oleh
tingginya dukungan pemerintah, dukungan tokoh nagari, dan bantuan berupa
sumberdaya; dan partisipasi anggota masyarakat dalam pengelolaan Hutan Nagari.
Di LPHN Sungai Buluh, pengelolaan Hutan Nagari secara berkelanjutan paling
dominan berhubungan dengan tingkat partisipasi dalam pengelolaan Hutan
Nagari. Di LPHN Paru, pengelolaan Hutan Nagari paling dominan berhubungan
dengan tingkat dukungan dari pemerintah dan tokoh nagari, serta komunikasi
partisipatif.
Collections
- MT - Human Ecology [2394]
