Show simple item record

dc.contributor.advisorSuharno
dc.contributor.advisorTinaprilla, Netti
dc.contributor.authorDestiarni, Resti Prastika
dc.date.accessioned2017-01-30T07:45:11Z
dc.date.available2017-01-30T07:45:11Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/82763
dc.description.abstractDaging sapi merupakan komoditas yang diyakini permintaannya akan terus meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan penduduk Indonesia. Hal tersebut juga ditunjukkan dari tren konsumsi penduduk Indonesia yang meningkat setiap tahunnya. Namun peningkatan konsumsi tersebut belum dapat dipenuhi sepenuhnya oleh produksi lokal. Ada defisit antara konsumsi dan produksi daging sapi di Indonesia. Padahal tingkat konsumsi daging sapi penduduk Indonesia masih tergolong rendah sebesar 2.36 kg/kapita/tahun. Adanya defisit pemenuhan kebutuhan daging sapi tersebut mendorong pemerintah untuk melakukan kegiatan impor. Selain itu, Indonesia sebagai salah satu pemain global tidak bisa dilepaskan dari kegiatan perdagangan internasional. Adanya kebijakan swasembada daging sapi yang dilakukan pemerintah diharapkan dapat menjadi salah satu cara untuk mengurangi impor daging sapi apalagi tren impor daging sapi Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang negatif. Terdapat tiga negara yang menguasai pasar daging sapi impor Indonesia. Ketiga negara tersebut memiliki pangsa ratarata 84 persen. Secara tidak langsung, Indonesia menggantungkan kebutuhan daging sapi impornya pada tiga negara tersebut. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan analisis untuk menggambarkan keragaan permintaan daging sapi di Indonesia sehingga dapat membantu pemerintah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan impor daging sapi Indonesia. Tujuan penelitian ini secara khusus antara lain: 1) Menganalisis keragaan bisnis komoditas daging sapi di Indonesia; 2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor daging sapi di Indonesia; dan 3) Menganalisis posisi persaingan tiga negara sumber daging sapi impor Indonesia. Berdasarkan keragaan produksi daging sapi di Indonesia, jumlah produksi daging sapi di Indonesia meningkat rata-rata sebesar 3.05 persen per tahunnya dengan sentra produksi daging sapi di Indonesia adalah Provinsi Jawa Timur. Konsumsi daging sapi per kapita Indonesia meningkat dengan tingkat kelajuan konsumsi sebesar 1.40 persen per tahun. Tingkat konsumsi ini diramalkan akan meningkat sebesar 4.8 persen sampai tahun 2024 sehingga kebutuhan daging sapi akan meningkat setiap tahunnya. Adanya fluktuasi harga daging sapi dalam negeri berbanding terbalik dengan ketersediaan pasokan daging sapi dalam negeri. Ratarata kenaikan harga daging sapi di Indonesia mencapai 13.49 persen dan diprediksi akan terus meningkat jika pasokan daging sapi belum stabil. Salah satu penyebab tingginya harga daging sapi adalah panjangnya rantai pasok daging sapi dari peternak hingga ke tangan konsumen. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging sapi impor menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap volume impor daging sapi adalah tingkat konsumsi masyarakat Indonesia, harga domestik, dan harga daging sapi impor. Semakin tinggi tingkat konsumsi daging sapi di Indonesia akan menyebabkan peningkatan volume impor daging sapi terutama jika tidak diimbangi dengan pasokan dalam negeri. Harga daging sapi dalam negeri yang tinggi dan harga daging sapi impor yang lebih rendah akan menyebabkan peningkatan volume impor. Berdasarkan hasil analisis permintaan, Australia memiliki pangsa pasar (share) terbesar di pasar daging impor Indonesia. Diikuti oleh Selandia Baru, Rest of World (ROW), dan yang terakhir adalah Amerika Serikat dengan share terkecil. Elastisitas pengeluaran merupakan persentase perubahan pangsa atau share ekspor negara sebagai respon terhadap perubahan total impor Indonesia. Elastisitas pengeluaran Australia paling elastis. Untuk elastisitas harga sendiri, nilai elastisitas semua negara bernilai negatif. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan yang menyatakan bahwa ketika harga suatu komoditas meningkat, maka permintaan atau share terhadap produk tersebut akan turun. Nilai elastisitas silang antar negara tersebut menunjukkan bahwa komoditas ketiga negara saling bersubstitusi yang artinya antar negara sumber impor saling bersaing. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa perlu adanya upaya perbaikan sistem agribisnis komoditas daging sapi di Indonesia. Pemerintah dapat melakukan diversifikasi daging untuk mengantisipasi peningkatan konsumsi daging sapi sehingga konsumsi daging sapi yang meningkat dapat di diversifikasi pada komoditas daging lainnya. Selain itu, diperlukan kekonsistenan kebijakan dalam bentuk pengawasan yang diambil pemerintah untuk menjamin tidak ada oknum yang memanfaatkan peluang dengan melakukan penyimpangan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcEconomicsid
dc.subject.ddcAgribusinessid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcIndonesiaid
dc.titleAnalisis Permintaan Daging Sapi Impor Indonesiaid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordAIDSid
dc.subject.keyworddaging sapiid
dc.subject.keywordpermintaan imporid
dc.subject.keywordregresiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record