Show simple item record

dc.contributor.advisorSadono, Dwi
dc.contributor.advisorSusanto, Djoko
dc.contributor.authorWalangadi, Widiawati
dc.date.accessioned2017-01-30T07:30:17Z
dc.date.available2017-01-30T07:30:17Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/82716
dc.description.abstractKetidakpatuhan berobat pada penderita TB Paru adalah terkait dengan kurangnya pengetahuan penderita TB Paru terhadap strategi Directly Observed Treatment, Short- Course (DOTS) yang sedang dijalani, di mana petugas kesehatan atau Pengawas Minum Obat (PMO) yang menangani pengobatan TB Paru kurang menerapkan komunikasi interpersonal dalam penyampaian informasi yang rinci tentang pengobatan, serta kurang menginformasikan pentingnya pengobatan TB Paru sampai tuntas. Kurang memberikan himbauan atau bujukan untuk mengubah sikap maupun pandangan penderita TB Paru agar sadar dalam menjalani pengobatan. Selain itu petugas kesehatan atau PMO kurang memberikan instruksi yang tegas ataupun isyarat dini pada penderita TB Paru agar penderita TB Paru mengikuti program pengobatan dan apabila tidak patuh untuk berobat akan berakibat buruk terhadap penderita TB. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kemampuan komunikasi interpersonal PMO berperspektif gender dengan kepatuhan berobat penderita TB dan menganalisis hubungan antara komunikasi interpersonal PMO berperspektif gender dengan kepatuhan berobat penderita TB. Penelitian bersifat explanatory research, dengan rancangan cross sectional. Analisis data dengan menggunakan statistik deskriptif dan uji statistik inferensia korelasi Chi-Square. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner kepada 82 responden (PMO). Hasil penelitian menunjukkan karakteristik umur PMO sebagian besar lebih dari 35 tahun (tua), paling banyak perempuan, tingkat pendidikannya rendah (SD/SMP), tingkat pengetahuannya sedang, kurang berpengalaman, emosinya baik, motivasinya tinggi dan memiliki hubungan yang baik/dekat dengan penderita TB. Perspektif gender (peran domestik, peran publik, peran sosial) semuanya tinggi. Kemampuan komunikasi interpersonal (keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, kesetaraan) semuanya tinggi/baik. Secara keseluruhan tingkat kepatuhan di tiga Puskesmas di Kabupaten bogor adalah patuh. Karakteristik PMO (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman, hubungan dengan penderita TB) tidak memiliki hubungan yang nyata dengan kemampuan komunikasi interpersonal PMO (keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, kesetaraan). Karakteristik PMO (tingkat pengetahuan dan emosi) memiliki hubungan yang nyata dengan kemampuan komunikasi interpersonal PMO. Motivasi memiliki hubungan yang nyata dengan kemampuan komunikasi interpersonal PMO (empati, sikap mendukung, sikap positif, sikap mendukung, kesetaraan). Perspektif PMO tentang peran gender (peran domestik, peran publik dan peran sosial) semuanya berhubungan nyata dengan kemampuan komunikasi interpersonal PMO. Tingkat kemampuan komunikasi interpersonal PMO memiliki hubungan yang nyata dengan tingkat kepatuhan penderita TB untuk minum obat.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcSociologyid
dc.subject.ddcCommunicationid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcBogor-JABARid
dc.titleKomunikasi Interpersonal Pengawas Minum Obat Berperspektif Gender Dengan Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkulosis Di Kabupaten Bogorid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordkomunikasi interpersonalid
dc.subject.keywordPMOid
dc.subject.keywordperspektif genderid
dc.subject.keywordtuberkulosisid
dc.subject.keywordtingkat kepatuhanid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record