dc.description.abstract | Ketidakpatuhan berobat pada penderita TB Paru adalah terkait dengan
kurangnya pengetahuan penderita TB Paru terhadap strategi Directly Observed
Treatment, Short- Course (DOTS) yang sedang dijalani, di mana petugas
kesehatan atau Pengawas Minum Obat (PMO) yang menangani pengobatan TB
Paru kurang menerapkan komunikasi interpersonal dalam penyampaian informasi
yang rinci tentang pengobatan, serta kurang menginformasikan pentingnya
pengobatan TB Paru sampai tuntas. Kurang memberikan himbauan atau bujukan
untuk mengubah sikap maupun pandangan penderita TB Paru agar sadar dalam
menjalani pengobatan. Selain itu petugas kesehatan atau PMO kurang
memberikan instruksi yang tegas ataupun isyarat dini pada penderita TB Paru agar
penderita TB Paru mengikuti program pengobatan dan apabila tidak patuh untuk
berobat akan berakibat buruk terhadap penderita TB.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kemampuan komunikasi
interpersonal PMO berperspektif gender dengan kepatuhan berobat penderita TB
dan menganalisis hubungan antara komunikasi interpersonal PMO berperspektif
gender dengan kepatuhan berobat penderita TB. Penelitian bersifat explanatory
research, dengan rancangan cross sectional. Analisis data dengan menggunakan
statistik deskriptif dan uji statistik inferensia korelasi Chi-Square. Pengumpulan
data dilakukan dengan kuesioner kepada 82 responden (PMO). Hasil penelitian
menunjukkan karakteristik umur PMO sebagian besar lebih dari 35 tahun (tua),
paling banyak perempuan, tingkat pendidikannya rendah (SD/SMP), tingkat
pengetahuannya sedang, kurang berpengalaman, emosinya baik, motivasinya
tinggi dan memiliki hubungan yang baik/dekat dengan penderita TB. Perspektif
gender (peran domestik, peran publik, peran sosial) semuanya tinggi. Kemampuan
komunikasi interpersonal (keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif,
kesetaraan) semuanya tinggi/baik. Secara keseluruhan tingkat kepatuhan di tiga
Puskesmas di Kabupaten bogor adalah patuh.
Karakteristik PMO (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman,
hubungan dengan penderita TB) tidak memiliki hubungan yang nyata dengan
kemampuan komunikasi interpersonal PMO (keterbukaan, empati, sikap
mendukung, sikap positif, kesetaraan). Karakteristik PMO (tingkat pengetahuan
dan emosi) memiliki hubungan yang nyata dengan kemampuan komunikasi
interpersonal PMO. Motivasi memiliki hubungan yang nyata dengan kemampuan
komunikasi interpersonal PMO (empati, sikap mendukung, sikap positif, sikap
mendukung, kesetaraan). Perspektif PMO tentang peran gender (peran domestik,
peran publik dan peran sosial) semuanya berhubungan nyata dengan kemampuan
komunikasi interpersonal PMO. Tingkat kemampuan komunikasi interpersonal
PMO memiliki hubungan yang nyata dengan tingkat kepatuhan penderita TB
untuk minum obat. | id |