Uji Potensi Dan Efikasi Vaksin Inaktif Terhadap Khv Dengan Penambahan Adjuvan Pada Ikan Koi (Cyprinus Carpio)
View/ Open
Date
2016Author
Sholichah, Lili
Yuhana, Munti
Lusiastuti, Angela Mariana
Metadata
Show full item recordAbstract
Koi Herpesvirus (KHV) adalah virus ganas yang menginfeksi ikan mas dan koi pada semua ukuran dan dapat menyebabkan kematian hingga 95%. Wabah KHV pertama kali dilaporkan terjadi di Israel dan Amerika Serikat pada tahun 1998. Penyakit KHV terjadi di Indonesia dilaporkan pertama kali pada bulan April 2002. KHV dapat menyerang berbagai stadia ikan dan menyebabkan mortalitas yang lebih tinggi pada benih dibandingkan ikan dewasa. Ikan yang terinfeksi KHV berwarna putih pucat dan terdapat nekrosis pada filamen insang, mata yang abnormal, produksi lendir yang berlebih, bintik pucat yang kasar pada kulit. Ikan sering berenang ke permukaan dan menunjukkan stress pernapasan, lesu, memisahkan diri pada inlet dan sisi kolam, hilangnya keseimbangan dan disorientasi renang. Pada beberapa kasus wabah KHV, beberapa ikan yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala klinis.
Penelitian ini menggunakan bahan tambahan adjuvan yang dicampurkan pada vaksin. Jenis adjuvant yang digunakan yaitu Complete Freund’s Adjuvant (CFA) dan Incomplete Freund’s Adjuvant (IFA). Adjuvan adalah bahan yang ditambahkan pada vaksin untuk merangsang respon imun. Perbedaan CFA dan IFA terdapat pada komposisi bahan penyusun dimana dalam satu mL CFA terkandung satu mg bakteri Mycobacterium tuberculosis dalam bentuk heat-killed /dried; 0.85 ml paraffin oil; dan 0.15 ml mannide monooleate. Bakteri M. tuberculosis tidak terdapat di dalam IFA.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji potensi dan efikasi vaksin inaktif terhadap KHV dengan penambahan adjuvan pada ikan koi. Vaksin yang digunakan dalam bentuk vaksin yang dilemahkan dengan 0,1% formalin dan adjuvan sedangkan perbanyakan virus dilakukan dengan menggunakan kultur sel KF-1. Ikan uji koi (10,38 ± 1,25 g) dipelihara dalam wadah plastik diaerasi dan diberi pakan dengan pelet dua kali sehari. Setelah 14 hari adaptasi, setiap ikan divaksinasi dengan menyuntikkan 0,1 ml vaksin, kemudian setelah 21 hari ikan diuji tantang dengan menyuntikkan 0,1 ml virus KHV 104,58 TCID50/mL. Penelitian ini terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan (A = vaksin; B = vaksin + Complete Freund’s Adjuvant / CFA; C = vaksin + Incomplete Freund Adjuvant / IFA; K + = kontrol positif, dan K- = kontrol negatif).
Parameter uji yang diamati dalam penelitian ini meliputi kelangsungan hidup uji tantang, relative percent survival, gejala klinis KHV, respon imun spesifik berupa titer antibodi dengan uji ELISA, hematologi darah yang diwakili hematokrit, imunitas non spesifik berupa lisosim dan respiratory burst. Analisa histologi juga dilakukan pada organ target insang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup ikan perlakuan B mencapai persentase tertinggi yaitu 82,22±3,84% dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (p<0,05). Sedangkan SR kumulatif tertinggi dicapai pada perlakuan B yaitu 78,94±4,55% dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (p<0,05). Selain itu titer antibodi yang dihasilkan perlakuan B juga lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya dan mencapai puncak pada 7hpv (hari pasca
vaksinasi) dan 28hpv yaitu 0,564 nm dan 0,532 nm. Nilai cut off value (CV) atau batas nilai yang menunjukkan positif terbentuknya antibodi protektif terhadap KHV yang diperoleh dalam pengujian ini sebesar 0.377 nm. Kadar hematokrit mencapai puncak tertinggi pada minggu ketiga (21hpv) berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (p <0,05) yaitu 60,36±0,17% dicapai pada perlakuan B. Aktivitas lisosim tertinggi dicapai perlakuan B pada 21hpv sebesar 217,46±1,76 UI/mL/menit dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (p <0,05). Sedangkan aktivitas respiratory burst mencapai puncak pada hari ke-14 pasca uji tantang (35hpv) sebesar 0,4200±0,001 nm dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (p<0,05).
Gejala klinis tingkah laku ikan uji setelah uji tantang KHV yang dapat teramati antara lain penurunan nafsu makan yang drastis, ikan berkumpul di permukaan air, pernafasan berlangsung cepat (megap-megap), dan bergerak tidak beraturan (hilang keseimbangan). Adapun perubahan morfologi pada ikan uji yang teramati antara lain perubahan warna ikan (discolouration), kulit ikan terasa kasar, mata ikan menjadi cekung (sunken eyes), geripis pada sirip ikan, pendarahan (hemorraghe) pada tubuh ikan, serta nekrosis pada filamen insang ikan terutama pada kontrol positif.
Pengamatan pada preparat histologi menunjukkan bahwa pada ikan kontrol positif (tidak divaksin, diuji tantang) mengalami kerusakan yang lebih parah bila dibandingkan dengan ikan yang divaksin, ditandai dengan banyak sel yang mengalami hiperplasia, kerusakan struktur lamela insang dan munculnya pembengkakan filamen insang sebagai ciri khas kerusakan jaringan yang disebabkan oleh serangan virus.
Kesimpulan penelitian yaitu pemberian vaksin inaktif yang mengandung 0,1% formalin dengan penambahan Complete Freund’s Adjuvant melalui metode suntik dengan volume larutan vaksin yang disuntikkan 0,1 mL per ikan pada 104.58 TCID50/mL menunjukkan hasil yang optimal dalam meningkatkan respon imunitas ikan koi terhadap infeksi KHV.
Collections
- MT - Fisheries [2934]