Show simple item record

dc.contributor.advisorSoelistyowati, Dinar Tri
dc.contributor.advisorAlimuddin
dc.contributor.authorFauzan, Agung Luthfi
dc.date.accessioned2017-01-30T06:52:47Z
dc.date.available2017-01-30T06:52:47Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/82546
dc.description.abstractIkan nila merupakan salah satu ikan konsumsi unggulan air tawar yang dibudidayakan secara intensif di Indonesia sejak tahun 2000. Ikan nila jantan tumbuh hampir dua kali lipat dibandingkan ikan nila betina dan cepat matang gonad. Kematangan dini pada ikan nila berakibat menghambat pertumbuhan, karena energi yang digunakan untuk pertumbuhan sel somatik sebagian terbagi untuk perkembangan dan kematangan gonad. Budidaya ikan nila jantan tunggal kelamin (monoseks) potensial dapat meningkatkan produksi dibandingkan dengan populasi campuran. Produksi monoseks jantan dapat diperoleh dengan teknologi maskulinisasi (sex reversal) pada masa sebelum terjadi diferensiasi kelamin. Metode maskulinisasi pada pengarahan diferensiasi kelamin jantan dilakukan dengan menambahkan hormon steroid eksogenous berupa androgen. Hormon androgen yang telah banyak digunakan adalah 17α-metiltestosteron (MT). Diferensiasi kelamin pada ikan dikendalikan oleh gen yang menghasilkan enzim aromatase yaitu enzim sitokrom P-450 yang mengkatalis perubahan androgen menjadi estrogen. Aktivitas enzim aromatase terbatas pada daerah dengan target estradiol dan berfungsi untuk mengatur jenis kelamin, reproduksi dan tingkah laku. Aktivitas enzim aromatase berkorelasi dengan struktur gonad, yakni pada larva dengan ekspresi gen aromatase rendah mengarah pada terbentuknya testis, sedangkan ekspresi gen dengan aktivitas aromatase tinggi akan mengarah pada terbentuknya ovari. Analisis ekspresi gen aromatase dapat menjelaskan mekanisme diferensiasi kelamin dan maskulinisasi pada ikan. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) menganalisis ekspresi gen aromatase tipe otak pada ikan nila yang direndam hormon MT pada suhu 36 °C, 2) Mengevaluasi nisbah kelamin jantan, laju pertumbuhan spesifik, kelangsungan hidup dan biomassa ikan nila setelah direndam satu dan dua kali perendaman hormon MT dosis 2 mg/L selama 4 jam pada suhu 36 °C. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap terdiri atas perlakuan dosis MT 2 mg/L pada suhu 36 °C dengan satu kali perendaman (larva umur 10 hari) dan dua kali perendaman (larva umur 10 dan 13 hari) dibandingkan dengan kontrol tanpa MT pada suhu ruang (24-26 °C). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Perendaman dilakukan selama 4 jam pada larva umur 10 hari setelah penetasan (perendaman ke-1) dan pada hari ke-13 setelah penetasan (perendaman ke-2) dengan kepadatan 250 ekor/L per ulangan perlakuan. Selanjutnya ikan dipelihara selama dua bulan, pada bulan pertama ikan dipelihara di akuarium dan bulan kedua dalam hapa (2x1x1 m3) di kolam tanah. Pakan dengan kadar protein 40% diberikan tiga kali dalam sehari secara at satiation. Pergantian air akuarium dilakukan setiap 2 hari sebanyak 80%. Pengukuran bobot tubuh dilakukan setiap dua minggu sekali, dan pada akhir pemeliharaan dilakukan pengamatan gonad dengan metode histologi menggunakan pewarnaan hematoxilin-eosin. Pengamatan fenotipe kelamin jantan, kelangsungan hidup, dan biomassa ikan dilakukan pada akhir pemeliharaan. Analisis ekspresi gen aromatase dilakukan sebelum perendaman, pascarendam satu kali (larva umur 10 hari), pascarendam dua kali (larva umur 13 hari), dan ikan umur 60 hari. Jaringan yang dianalisis pada larva adalah bagian kepala hingga setengah tubuh, sedangkan pada ikan umur 60 hari adalah jaringan gonad. Ekspresi gen aromatase dianalisis menggunakan metode PCR semikuantitatif (sqRT-PCR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman satu kali MT dosis 2 mg/L selama 4 jam pada suhu 36 °C menghasilkan lebih banyak ikan nila jantan. Tingkat ekspresi gen aromatase tipe otak pada perendaman satu kali adalah lebih rendah pada umur 10 hari, dan meningkat secara signifikan pada hari ke-13 dibandingkan dengan kontrol (perendaman pada suhu ruang tanpa MT). Perendaman larva menggunakan MT dan suhu tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup. Ikan nila hasil perendaman larva menggunakan MT pada suhu 36 °C memiliki laju pertumbuhan spesifik dan biomassa lebih tinggi dibandingkan kontrol. Dengan demikian, pengarahan kelamin jantan ikan nila efektif dapat dilakukan dengan perendaman satu kali selama 4 jam pada larva yang belum terdiferensiasi menggunakan MT dosis 2 mg/L pada suhu 36 °C. Perbedaan ekspresi gen aromatase mengindikasikan peran gen tersebut dalam maskulinisasi ikan nila. Selanjutnya, jumlah ikan jantan yang lebih banyak pada perlakuan MT terbukti meningkatkan produksi (biomassa).id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcFisheriesid
dc.subject.ddcNile Tilapiaid
dc.subject.ddc2015id
dc.subject.ddcBogor-JABARid
dc.titleEkspresi Gen Aromatase, Nisbah Kelamin Jantan, Dan Kinerja Budidaya Ikan Nila Yang Direndam Hormon 17α-Metiltestosteron Pada Suhu 36 °Cid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordekspresi gen aromataseid
dc.subject.keywordOreochromis niloticusid
dc.subject.keywordmaskulinisasiid
dc.subject.keywordsuhuid
dc.subject.keyword17α-metiltestosteronid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record