Induksi Mutasi Dengan Sinar Gamma Pada Populasi Kalus Embriogenik Jeruk Keprok Soe Untuk Ketahanan Terhadap Penyakit Huanglongbing
View/ Open
Date
2016Author
Husain, Indriati
Purwito, Agus
Susanto, Slamet
Mutaqin, Kikin Hamzah
Husni, Ali
Metadata
Show full item recordAbstract
Jeruk keprok (Citrus reticulata Blanco) varietas SoE berasal dari
Pegunungan Mutis, Kecamatan SoE, Kabupaten Timur Tengah Selatan (TTS),
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Salah satu masalah yang dihadapi dalam
proses budidaya tanaman jeruk di berbagai wilayah dunia adalah penyakit
Huanglongbing, yang di Indonesia dikenal juga sebagai citrus vein phloem
degeneration (CVPD). Sifat ketahanan tanaman terhadap penyakit merupakan
alternatif solusi yang tepat untuk mengatasi masalah penyakit tersebut. Metode
kultur dan bahan eksplan yang tepat untuk mendapatkan kalus embriogenik,
regenerasi tanaman melalui proses embriogenesis somatik, dan mutasi induksi
(buatan) untuk meningkatkan keragaman genetik tanaman adalah metode-metode
yang diharapkan dapat menghasilkan jeruk keprok SoE yang tahan terhadap
penyakit Huanglongbing.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah memperoleh mutan harapan jeruk
keprok SoE kandidat tahan terhadap penyakit Huanglongbing melalui induksi
mutasi dengan sinar gamma pada populasi sel-sel kalus embriogenik. Untuk
mencapai hal tersebut disusun beberapa tujuan khusus, yaitu: (1) Memperoleh
kalus embriogenik jeruk keprok SoE dan pembentukan planlet melalui sistem
regenerasi embriogenesis somatik; (2) Memperoleh individu mutan harapan dan
evaluasi jeruk keprok SoE yang tahan terhadap penyakit Huanglongbing.
Kalus embriogenik diinduksi dari eksplan biji matang jeruk (mature seed)
keprok SoE dengan percobaan penambahan 2.4-D taraf 0, 0.1, 0.3 dan 0.5 mg L-1
yang dikombinasikan dengan BAP 3 mg L-1 dalam media MW. Percobaan
pendewasaan kalus embriogenik membentuk embrio somatik matang dengan
penambahan ABA taraf konsentrasi 0, 0.5, 1, 2 dan 4 mg L-1 dan air kelapa
dengan konsentrasi 0, 5, 10, 15 dan 20% dalam media MW. Percobaan
perkecambahan embrio somatik dewasa membentuk kecambah dengan
penambahan GA3 dengan konsentrasi taraf 0, 0.5, 1, 2 dan 4 mg L-1 dan air kelapa
dengan konsentrasi 0, 5, 10, 15 dan 20% dalam media MW. Peningkatan
keragaman genetik jeruk keprok SoE dilakukan dengan sinar gamma dosis LD50
75 Gy dan dua dosis tambahan 65 dan 85 Gy yang dipaparkan pada kalus
embriogenik. Keragaman genetik yang terbentuk dideteksi berdasarkan penanda
morfologi dan molekuler ISSR dan RAPD. Individu mutan harapan hasil
regenerasi melalui embriogenesis somatik, setelah diaklimatisasi, dilakukan
pengujian dan evaluasi ketahanan tanaman terhadap penyakit Huanglongbing.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kalus embriogenik jeruk keprok SoE
dapat diinduksi dari biji matang (mature seed) dengan penambahan BAP
konsentrasi 3 mg L-1 dalam medium MW. Penambahan ABA hingga 0 – 4 mg L-1
tidak menunjukkan pengaruh yang nyata pada proses proliferasi dan sinkronisasi
kalus embriogenik membentuk embrio somatik fase globular transisi.
Penambahan air kelapa menunjukkan pengaruh yang nyata pada proses
sinkronisasi kalus embriogenik membentuk embrio somatik fase globular transisi.
Penambahan ABA 1 mg L-1 dapat meningkatkan pendewasaan embrio somatik
sebesar 98.5% dari kontrol, sedangkan penambahan air kelapa belum dapat
meningkatkan pendewasaan embrio somatik melebihi perlakuan kontrol.
Penambahan GA3 dan air kelapa tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda pada
perkecambahan embrio somatik membentuk kecambah. Embrio somatik berawal
dari individu sel yang kompeten yang membelah membentuk pro-embrio (PEM)
fase tetrad, kuadran, oktan, dan fase globular muda; fase globular transisi dengan
ciri bipolar; embrio somatik fase jantung dan torpedo; dan embrio dewasa fase
kotiledon. Analisis keragaman genetik 16 individu sampel berdasarkan pola pitapola
pita DNA dengan penanda ISSR dan RAPD memperlihatkan pola-pola pita
yang polimorfik. Individu-individu mutan diperoleh dari sampel perlakuan dosis
sinar gamma 75 Gy. Individu-individu tanaman sampel yang diuji tidak
menampakkan gejala eksternal penyakit HLB pada daun; hasil uji pati-yodium
tidak mempelihatkan perubahan warna hitam total pada bagian berkas pembuluh
angkut floem; analisis histopatologi tidak memperlihatkan pelebaran ukuran
jaringan floem dan mendorong jaringan xilem ke arah sisi atas daun; dan deteksi
dengan penanda spesifik penyakit Huanglongbing OI1 dan OI2c tidak terbaca
adanya pita. Populasi serangga D. citri vektor bakteri penyebab penyakit
Huanglongbing tidak mengalami pertambahan jumlah serangga selama proses uji
ketahanan penyakit karena rendahnya daya hidup selama uji penularan.
Collections
- DT - Agriculture [712]