Karakter Biologi Benalu Pada Jati Di Kebun Benih Klonal (Kbk) Padangan, Perum Perhutani
View/ Open
Date
2016Author
Muttaqin, Zainal
Budi R, Sri Wilarso
Wasis, Basuki
Siregar, Iskandar Z.
Corryanti
Metadata
Show full item recordAbstract
Benalu atau mistletoe merupakan tumbuhan makroparasit yang bersifat
hemiparasit pada tanaman inang dan termasuk aerial weeds. Sampai saat ini di
wilayah Perum Perhutani serangan benalu pada tegakan jati telah meluas dalam
skala luasan areal dan sebaran. Khususnya dikaitkan dengan fungsi Kebun Benih
Klonal (KBK) jati sebagai suplai benih jati, maka adanya gangguan benalu
diperkirakan menyebabkan penurunan buah dan benih. Program pengendalian
benalu di Perum Perhutani mengalami kendala tersedianya data dasar yang
memadai mengenai hasil investigasi detil tingkat serangan benalu pada jati dan
penelitian aspek karakter dasar antara lain tentang karakter biologi benalu pada
jati.
Tujuan penelitian ini ialah untuk 1) mengidentifikasi jenis, analisis DNA
barcode dari jenis benalu pada jati dan tingkat keragaman genetik (RAPD) dari
jenis benalu pada jati yang dominan; 2) menaksir intensitas serangan, pola
serangan benalu, pola parasit, dan menelaah status hara makro tapak jati yang
diinfeksi benalu; 3) menguji perkecambahan biji benalu pada jati berkaitan
dengan sifat parasitisme; 4) menganalisis perilaku burung sebagai vektor benalu
yang menginfeksi tegakan jati. Rancangan penelitian berupa unit Petak Contoh
Pengamatan (PCP) (n=4) dikelompokan pada tingkat serangan rendah, sedang,
tinggi, dan kontrol, dan pada setiap unit PCP dibuat PUP (n=4) berukuran 50 m x
50 m, selanjutnya dalam setiap PUP dibuat sub PUP-sub PUP berukuran 10 m x
10 m (n= 5) yang diseleksi secara random.
Hasil penelitian “Identifikasi jenis benalu, analisis DNA barcode dan
keragaman genetik (RAPD) benalu yang menginfeksi tegakan jati”, ditemukan 3
(tiga) jenis benalu ialah Dendrophthoe pentandra (L.) Miq. dan Macrosolen
tetragonus (Blume) Miq., keduanya termasuk famili Loranthaceae; dan Viscum
articulatum Burm.f. termasuk famili Santalacea. Konfirmasi/autentik jenis benalu
melalui DNA barcode mampu membedakan ketiga jenis benalu tersebut pada
tingkat spesies dan genus dengan ketepatan identifikasi barcode 99-100%.
Melalui analisis barcoding gap pada dua lokus gen (matK dan rbcL) diperoleh
nilai rata-rata jarak interspesifik lebih besar dari intraspesifik, dan nilai minimum
jarak interspesifik lebih besar dari maksimum intraspesifik, sehingga kedua lokus
tersebut dijadikan kandidat barcode untuk jenis benalu. Khusus untuk sampel M.
tetragonus dapat mengajukan data sekuen ke pangkalan data GenBank maupun
BOLD system sebagai referensi. Aplikasi praktis identifikasi jenis benalu yang
mempunyai kemiripan morfologi daun, menggunakan beberapa karakter kunci
morfologi meliputi panjang petiole, lebar daun terlebar, jumlah tulang daun
sekunder, bentuk dasar daun, aspec ratio (AR), form factor (FF), perimeter ratio
of diameter (PR), dan dilengkapi Instruksi Kerja (IK).
Adapun keragaman genetik D. pentandra, munggunakan marka RAPD (5
primer) menunjukkan adanya pita yang polimorfik. Keragaman genetik tertinggi
diperoleh pada tipe tajuk atas sub bagian tengah (AT) (He=0.2551) dan keragaman
genetik terendah ialah tipe tajuk bawah (BW) (He=0.1135). Jarak genetik pada
lima tipe (bagian tajuk) berkisar 0.0375–0.1310 yang menunjukkan jarak
kekerabatan antar tipe. Analisis klaster (dendrogram) menunjukkan
pengelompokkan 2 klaster yang berbeda; klaster pertama (tipe AT, AA, T, AB)
dan klaster kedua (tipe BW).
Hasil penelitian “Intensitas serangan benalu pada jati” di KBK Padangan,
menunjukkan secara umum intensitas serangan benalu di KBK Padangan menurut
TMR (True mistletoe rating) berkisar 0.86-3.78 (ringan-sedang) dan belum
mencapai tingkat serangan berat (TMR>5), tetapi prevalensi serangan pada PCP
yang tergolong sedang dan berat lebih besar dari 50%. Pola penyebaran benalu
antar pohon inang jati cenderung mengelompok sehingga memudahkan pada
tindakan pengendalian. Metode penaksiran intensitas serangan dapat
menggunakan 2 parameter ialah nilai Prevalensi dan TMR dimodifikasi (8-kelas
rating). Aplikasi praktis dengan cara penentuan TMR dimodifikasi berdasar satu
rating (jumlah benalu/pohon inang), dilengkapi Instruksi Kerja (IK). Adapun hal
berkaitan dengan status kesuburan (fisik dan kimia) tapak jati yang diinfeksi
benalu, diperoleh bahwa hanya konsentrasi K tersedia (dimensi tapak) dan K total
(dimensi hara daun) berbeda nyata antar perlakuan intensitas serangan (rendah,
sedang, tinggi).
Hasil penelitian “Uji perkecambahan biji benalu pada jati berkaitan dengan
sifat parasitisme”, menunjukkan bahwa pola perkecambahan D. pentandra
berbeda dengan M. tetragonus. Proses perkecambahan D. pentandra
menunjukkan perkembangan morfologi perkecambahan tidak lengkap ditandai
tidak berkembang/tumbuhnya hypocotyl dan kotiledon yang berfungsi sebagai
organ cadangan makanan dan prafotosintesis, sebaliknya perkecambahan M.
tetragonus menunjukkan berkembang/tumbuhnya hypocotyl dan kotiledon.
Diduga ada korelasi kemudahan berkecambah dengan sifat parasitisme, sehingga
dianggap karakter parasitisme D. pentandra lebih sempurna/menonjol daripada M.
tetragonus pada inang jati. Sifat parasitisme lebih dominan pada D. pentandra
didukung pula oleh rata-rata hari berkecambah (RH) di batang semai jati, relatif
lebih cepat (17.54±2.77 hari) daripada M. tetragonus (35.13±1.76 hari), tetapi
mortality kecambah D. pentandra cukup tinggi (±34%) daripada M. tetragonus
sangat rendah (±3%) berarti life cycle pada M. tetragonus lebih lama daripada D.
pentandra. Pada perlakuan tempelan biji di cabang/ranting pohon, menunjukkan
persentase kecambah (%K) D. pentandra (38.5%) lebih tinggi daripada M.
tetragonus (11.1%). Dibandingkan perkecambahan biji D. pentandra dari kotoran
burung menunjukkan %K (46.4%) lebih tinggi daripada biji yang ditempel di
cabang/ranting pohon termasuk M. tetragonus.
Hasil penelitian “Perilaku burung sebagai vektor penyebaran benalu pada
jati”, menunjukkan tingkat peranan burung sebagai vektor penyebaran benalu di
KBK Padangan, dikelompokkan menjadi 3 peranan frugivor ialah 1) specialist
frugivor terdiri atas penting utama/primer (primary dispersers) ialah cabai jawa,
cabai polos, cabai gunung, dan penting tambahan (secondary dispersers) pada
kutilang; 2) generalist frugivor/occasional dispersers ialah madu sriganti, madu
jawa, cinenen pisang; 3) opportunistic frugivor atau berkaitan tidak langsung
sebagai penyebar pada 13 jenis burung lainnya.
Collections
- DT - Forestry [343]