Show simple item record

dc.contributor.advisorRachman, Latief Mahir
dc.contributor.advisorBaskoro, Dwi Putro Tejo
dc.contributor.authorNuraida
dc.date.accessioned2016-12-28T03:04:34Z
dc.date.available2016-12-28T03:04:34Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/82311
dc.description.abstractPerubahan penggunaan lahan hutan menjadi lahan terbangun dalam suatu kawasan daerah aliran sungai (DAS) mengakibatkan berbagai dampak seperti menurunnya fungsi-fungsi hidrologi. Hal ini ditandai dengan meningkatnya erosi tanah, longsor, banjir, kekeringan serta kebakaran hutan. Tingginya tingkat kerusakan lingkungan yang timbul akibat pengelolaan kawasan hutan yang tidak berkelanjutan, mengindikasikan perlunya suatu tindakan untuk mengurangi permasalahan tersebut. Tindakan tersebut dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, menilai dan memetakan kawasan hutan yang memiliki nilai konservasi tinggi (HCV) dan dianggap penting di luar kawasan lindung. Konsep HCV menjadi unsur penting dalam pengelolaan hutan berkelanjutan dan pemantauan kawasan hutan bernilai konservasi tinggi. Identifikasi kawasan HCV berguna dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah kawasan hutan untuk pemanfaatan kawasan hutan sesuai dengan fungsinya sehingga memberikan keseimbangan antara manfaat ekologis, ekonomi dan budaya. Penelitian ini dilakukan di DAS Ciliwung Hulu pada bulan Mei sampai November 2015 dan bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi aspek jasa lingkungan pengendali erosi dan sedimentasi (HCV 4.2), (2) Menganalisis konsistensi HCV 4.2 berdasarkan kemampuan lahan dan PP No. 26 Tahun 2008, (3) Menyusun arahan pengelolaan DAS untuk mengendalikan perubahan penggunaan lahan di kawasan HCV 4.2. Prediksi erosi potensial DAS dilakukan menggunakan kriteria HCV Toolkit untuk menentukan tingkat bahaya erosi. Area HCV 4.2 merupakan area dengan tingkat erosi berat dan sangat berat. Analisis kemampuan lahan menggunakan metode yang dideskripsikan dalam Klingibel dan Montgomary. Kelas kemampuan lahan ditentukan berdasarkan 2 parameter yaitu erosi dan kemiringan lereng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 13 630 ha (90%) dari total luas DAS Ciliwung Hulu teridentifikasi sebagai daerah HCV 4.2, yang ditandai dengan potensi erosi berat dan sangat berat. Analisis kemampuan lahan menunjukkan bahwa di DAS Ciliwung Hulu terdapat 7 kelas kemampuan lahan (kelas I, II, III, IV, VI, VII, dan VIII) di mana kelas IV (3 915 ha) dan VIII (3 960 ha) mendominasi daerah penelitian. Dari analisis konsistensi, diketahui bahwa 75% (10 236 ha) dari wilayah HCV 4.2 tidak konsisten dengan kelas kemampuan lahan dan PP No. 26 tahun 2008, sedangkan yang konsisten sebesar 25% (3 394 ha). Arahan pengelolaan DAS disusun berdasarkan kemampuan lahan dan PP No.26 Tahun 2008 adalah adalah 1). Peningkatan Luasan Hutan sesuai dengan Fungsi Kawasan mampu menurunkan aliran permukaan serta meningkatkan aliran dasar dan aliran lateral, 2). Penerapan agroteknologi pada lahan kering di luar kawasan hutan mampu menurunkan overlanflow dan meningkatkan baseflow, aliran lateral serta storage.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcHydrologyid
dc.subject.ddcWater sheedid
dc.subject.ddc2015id
dc.subject.ddcBogor-Jawa Baratid
dc.titleAnalisis Spasial Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi Aspek Jasa Lingkungan Pengendali Erosi Dan Sedimentasi (Hcv 4.2) Di Das Ciliwung Huluid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordKawasan bernilai konservasi tinggiid
dc.subject.keywordjasa lingkunganid
dc.subject.keyworderosi dan sedimentasiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record