Analisis Spasial Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi Aspek Jasa Lingkungan Pengendali Erosi Dan Sedimentasi (Hcv 4.2) Di Das Ciliwung Hulu
View/ Open
Date
2016Author
Nuraida
Rachman, Latief Mahir
Baskoro, Dwi Putro Tejo
Metadata
Show full item recordAbstract
Perubahan penggunaan lahan hutan menjadi lahan terbangun dalam suatu
kawasan daerah aliran sungai (DAS) mengakibatkan berbagai dampak seperti
menurunnya fungsi-fungsi hidrologi. Hal ini ditandai dengan meningkatnya erosi
tanah, longsor, banjir, kekeringan serta kebakaran hutan. Tingginya tingkat
kerusakan lingkungan yang timbul akibat pengelolaan kawasan hutan yang tidak
berkelanjutan, mengindikasikan perlunya suatu tindakan untuk mengurangi
permasalahan tersebut. Tindakan tersebut dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi, menilai dan memetakan kawasan hutan yang memiliki nilai
konservasi tinggi (HCV) dan dianggap penting di luar kawasan lindung. Konsep
HCV menjadi unsur penting dalam pengelolaan hutan berkelanjutan dan
pemantauan kawasan hutan bernilai konservasi tinggi. Identifikasi kawasan HCV
berguna dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah kawasan hutan untuk
pemanfaatan kawasan hutan sesuai dengan fungsinya sehingga memberikan
keseimbangan antara manfaat ekologis, ekonomi dan budaya.
Penelitian ini dilakukan di DAS Ciliwung Hulu pada bulan Mei sampai
November 2015 dan bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi Kawasan Bernilai
Konservasi Tinggi aspek jasa lingkungan pengendali erosi dan sedimentasi (HCV
4.2), (2) Menganalisis konsistensi HCV 4.2 berdasarkan kemampuan lahan dan
PP No. 26 Tahun 2008, (3) Menyusun arahan pengelolaan DAS untuk
mengendalikan perubahan penggunaan lahan di kawasan HCV 4.2. Prediksi erosi
potensial DAS dilakukan menggunakan kriteria HCV Toolkit untuk menentukan
tingkat bahaya erosi. Area HCV 4.2 merupakan area dengan tingkat erosi berat
dan sangat berat. Analisis kemampuan lahan menggunakan metode yang
dideskripsikan dalam Klingibel dan Montgomary. Kelas kemampuan lahan
ditentukan berdasarkan 2 parameter yaitu erosi dan kemiringan lereng.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 13 630 ha (90%) dari total
luas DAS Ciliwung Hulu teridentifikasi sebagai daerah HCV 4.2, yang ditandai
dengan potensi erosi berat dan sangat berat. Analisis kemampuan lahan
menunjukkan bahwa di DAS Ciliwung Hulu terdapat 7 kelas kemampuan lahan
(kelas I, II, III, IV, VI, VII, dan VIII) di mana kelas IV (3 915 ha) dan VIII (3 960
ha) mendominasi daerah penelitian. Dari analisis konsistensi, diketahui bahwa
75% (10 236 ha) dari wilayah HCV 4.2 tidak konsisten dengan kelas kemampuan
lahan dan PP No. 26 tahun 2008, sedangkan yang konsisten sebesar 25% (3 394
ha). Arahan pengelolaan DAS disusun berdasarkan kemampuan lahan dan PP
No.26 Tahun 2008 adalah adalah 1). Peningkatan Luasan Hutan sesuai dengan
Fungsi Kawasan mampu menurunkan aliran permukaan serta meningkatkan aliran
dasar dan aliran lateral, 2). Penerapan agroteknologi pada lahan kering di luar
kawasan hutan mampu menurunkan overlanflow dan meningkatkan baseflow,
aliran lateral serta storage.
Collections
- MT - Agriculture [3780]