Induksi Maturasi Ikan Ringau Datnioides Microlepis Secara Hormonal
View/ Open
Date
2016Author
Nur, Bastiar
Sudrajat, Agus Oman
Fahmi, Melta Rini
Metadata
Show full item recordAbstract
Ikan ringau (Datnioides microlepis) merupakan salah satu spesies ikan dari
famili Datnioididae yang hidup di perairan sungai dan danau di daerah Sumatera
dan Kalimantan (Kottelat et al. 1993). Ikan ini memiliki potensi untuk
dikembangkan karena merupakan salah satu ikan hias endemik komoditas ekspor
yang memiliki harga yang tinggi. Pemenuhan kebutuhan ekspor masih
mengandalkan dari hasil tangkapan alam sehingga menyebabkan ketersediaannya
di alam menurun. Kegiatan budidaya ikan ringau dapat mengatasi kelangkaan dan
menjaga kelestarian populasinya dalam jangka panjang, namun terkendala oleh
ketersediaan induk matang gonad dari hasil penangkaran.
Aktivitas reproduksi ikan dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan dikontrol
oleh sistem endokrin reproduksi melalui jalur hipotalamus, kelenjar pituitari dan
gonad. Perlakuan hormon menjadi salah satu solusi untuk induk ikan yang sulit
matang gonad dalam lingkungan budidaya seperti halnya yang terjadi pada ikan
ringau. Kombinasi hormon Pregnant Mare Serum Gonadotropin (PMSG) dan
antidopamin (AD) atau Oodev telah diketahui dapat menginduksi kematangan
gonad ikan-ikan tropis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
penggunaan serotonin (5-HT) dalam formulasi hormon Pregnant Mare Serum
Gonadotropin (PMSG) dan antidopamin (AD) terhadap perkembangan gonad ikan
ringau.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan
penyuntikan hormon per kg bobot tubuh yaitu: (P1) 1 ml NaCl 0,9% (kontrol); (P2)
20 IU PMSG + 0.01 mg AD; (P3) 20 IU PMSG + 0,01 mg AD + 0,2 mg 5-HT; (P4)
20 IU PMSG + 0,01 mg AD + 2 mg 5-HT; dan (P5) 20 IU PMSG + 0,01 mg AD +
4 mg 5-HT. Setiap perlakuan diujikan pada lima ekor ikan sebagai ulangan individu.
Ikan yang digunakan merupakan hasil tangkapan alam dengan ukuran panjang total
17,5-33,0 cm dan bobot tubuh 118-926 g. Penyuntikan hormon dilakukan setiap 10
hari dengan lama penelitian 60 hari. Hormon disuntikkan secara intramuskular pada
bagian bawah sirip punggung ikan uji. Selama penelitian, ikan uji dipelihara dalam
bak beton dan diberi pakan berupa udang dan ikan-ikan kecil (hidup) dua kali sehari
secara satiasi (pukul 08.00 dan 16.00). Pengambilan sampel darah untuk mengukur
konsentrasi hormon estradiol-17β (E2) dalam plasma darah dilakukan setiap 10 hari
sebelum penyuntikan hormon perlakuan. Pada akhir penelitian dilakukan
pembedahan ikan uji untuk mengetahui indeks gonadosomatik (IGS), indeks
hepatosomatik (IHS) dan tingkat kematangan gonad berdasarkan morfologi dan
histologi gonadnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penyuntikan hormon dapat
merangsang perkembangan gonad ikan ringau, meningkatkan nilai IGS dan IHS
serta mempengaruhi konsentrasi hormon E2 dalam darah. Nilai IGS yang diperoleh
pada masing-masing perlakuan sebesar 0,76±0,09% (P1); 1,41±0,05% (P2);
1,62±0,04% (P3); 2,38±0,06% (P4); dan 1,70±0,05% (P5), nilai IGS perlakuan P4
berbeda nyata (p<0.05) dengan perlakuan lainnya. Sedangkan nilai IHS yang
diperoleh pada masing-masing perlakuan sebesar 1,51±0,09% (P1); 1,77±0,11%
(P2); 2,15±0,08% (P3); 3,09±0,12% (P4); dan 1,63±0,15% (P5), nilai IHS
perlakuan P4 berbeda nyata (p<0.05) dengan perlakuan lainnya. Konsentrasi E2
plasma pada semua perlakuan meningkat pada akhir penelitian, konsentrasi E2 pada
perlakuan P4 meningkat dua kali lebih besar dibandingkan sebelum penyuntikan
hormon dan berbeda nyata (p<0.05) dengan perlakuan lainnya. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah penambahan serotonin (5-HT) sebanyak 2 mg ke dalam
kombinasi hormon Pregnant Mare Serum Gonadotropin sebanyak 20 IU dan
antidopamin 0,01 mg dapat lebih meningkatkan efektivitasnya dalam menginduksi
pematangan gonad ikan ringau. Dosis 5-HT tersebut dapat meningkatkan nilai IGS
dari 0,76±0,09% (kontrol) menjadi 2,38±0,06%, meningkatkan nilai IHS dari
1,51±0,09% (kontrol) menjadi 3,09±0,12%, dan meningkatkan konsentrasi
estradiol-17β (E2) dari 17,70±3,99 ρg/ml sebelum penyuntikan (awal penelitian)
menjadi 37,14±2,99 ρg/ml, serta dapat menstimulasi perkembangan gonad ikan
ringau hingga mencapai TKG III. Peningkatan dosis serotonin menjadi 4 mg dalam
kombinasi hormon perlakuan ternyata memberikan efek negatif terhadap
perkembangan gonad ikan ringau.
Collections
- MT - Fisheries [2934]