Pengaruh Pangan Fungsional Yang Ditambahkan Minyak Sawit Merah (Msm) Terhadap Penurunan Risiko Aterosklerosis Pada Kelinci Percobaan Hiperkolesterolemia
Abstract
Penyakit Kardiovaskuler (PKV) merupakan salah satu penyakit yang menjadi penyebab meningkatnya angka kesakitan dan kematian di Indonesia. Hiperkolesterolemia dan aterosklerosis merupakan faktor risiko terjadinya PKV. Pengendalian PKV melalui pencegahan timbulnya aterosklerosis sangat penting dilakukan. Konsumsi pangan tinggi antioksidan seperti β-karoten yang terkandung dalam Minyak Sawit Merah (MSM) merupakan upaya untuk mengatasi ketidakseimbangan stres oksidatif yang dapat berlanjut menjadi aterosklerosis. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian pangan fungsional yang ditambahkan MSM terhadap penurunan risiko aterosklerosis pada kelinci percobaan (New Zealand White) hiperkolesterolemia.
Penelitian yang menggunakan desain experimental di laboratorium dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) ini dilakukan pada bulan Agustus hingga Desember 2015. Sebanyak 25 hewan coba kelinci New Zealand White berumur 6 – 7 bulan dengan bobot badan 2.9 – 4.1 kg (awal penelitian) dikelompokkan menjadi 5 kelompok intervensi. Kelompok 0 (K0/kontrol negatif) diberi pakan standar sebanyak 150 g, kelompok 1 (K1/kontrol positif) diberi 75 g pakan tinggi kolesterol (0.2%)+75 g pakan standar, kelompok 2 (K2) diberi 75 g pakan tinggi kolesterol (0.2%)+2 g MSM murni (setara dengan AKG β-karoten bagi manusia)+73 g pakan standar, kelompok 3 (K3) diberi 75 g pakan tinggi kolesterol (0.2%)+5 g MSM murni (setara dengan ½ NOAEL β-karoten bagi manusia)+70 g pakan standar, dan kelompok 4 (K4) diberi 90 g pakan tinggi kolesterol (0.2%) yang dicampur bagelen+60 g pakan standar. Seluruh pakan dibagi menjadi 2 kali pemberian dalam sehari. Sumber diet tinggi kolesterol (0.2%) berasal dari 15.08 g/100 g tepung kuning telur.
Intervensi dilakukan selama 8 minggu ditambah dengan masa adaptasi sebelum intervensi dilakukan selama ±4 minggu. Data yang dikumpulkan selama penelitian adalah bobot badan kelinci, konsumsi pakan, kandungan energi dan nutrisi pakan (asam lemak, protein, lemak, serat, kolesterol, dan β-karoten), profil lipid serum darah (kolesterol total, trigliserida, kolesterol HDL dan LDL), CRP serum, tebal plaque aterosklerosis dan perubahan sel hati.
Total jumlah kelinci yang dapat dianalisis datanya secara lengkap di akhir masa intervensi adalah 23 (4 ekor K0, 4 ekor K1, 5 ekor K2, 5 ekor K3, dan 5 ekor K4). Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh pakan yang dibuat dapat diterima dan dikonsumsi oleh kelinci percobaan dalam penelitian ini dengan kisaran rata-rata konsumsi 49.94±21.29 – 108.30±21.15 g/hari. Selama intervensi, asupan kolesterol kelinci sangat tinggi sehingga seluruh kelinci menjadi hiperkolesterolemia. Perlakuan jenis ransum berpengaruh secara nyata (p<0.05) terhadap kadar kolesterol total serum darah setelah 8 minggu intervensi, tetapi tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap kadar trigliserida serum darah setelah 8 minggu intervensi. Intervensi pada K2, K3, dan K4 dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL secara perlahan seiring dengan lamanya intervensi pada kelinci.
Perbedaan yang nyata (p<0.05) tidak terlihat pada perubahan kadar CRP serum darah kelinci seiring dengan lamanya waktu intervensi kecuali K2. MSM dan pangan fungsional sejenis bagelen yang ditambahkan MSM tidak dapat menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan CRP serum kelinci, tetapi meningkatkan kolesterol HDL.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pada aorta kelinci K0 (n=3) tidak terbentuk plaque aterosklerosis, sedangkan pada kelinci K1, K2, K3, dan K4 mengalami penebalan plaque aterosklerosis. Terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05) antara tebal plaque aterosklerosis pada kelinci K0 dan K1 dengan kelinci K2, K3, dan K4. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jenis pakan berpengaruh secara nyata (p<0.05) terhadap kelainan histopatologi sel hati.
Collections
- MT - Human Ecology [2190]