dc.description.abstract | Owa jawa merupakan salah satu spesies yang terancam punah (endangered)
dan endemik di Pulau Jawa. TNGHS merupakan salah satu kawasan hutan yang
cukup aman bagi populasi owa jawa. Namun, di kawasan tersebut telah terjadi
gangguan dalam skala kecil seperti penebangan pohon dan suara motor dari area
kebun teh. Meskipun demikian, ancaman terhadap populasi owa jawa perlu
diantisipasi secara berkelanjutan. Aktivitas konversi mengakibatkan habitat
terfragmentasi. Anatomi alat gerak owa jawa tidak mampu menjangkau habitat lain
yang terpisah. Mereka membutuhkan tajuk yang tertutup dan menyambung. Hal
inilah yang mengakibatkan terjadinya metapopulasi yang memungkinkan terjadi
fenomena kawin kerabat (inbreeding) yang menurunkan kualitas populasi tersebut.
Oleh karena itu informasi tentang karakteristik habitat dan wilayah jelajah penting
dipelajari.
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan dan menganalisis karakteristik
habitat di wilayah jelajah, daerah inti, areal tumpang tindih dan daerah teritori pada
tiga kelompok owa jawa yang terhabituasi (A, B dan S) di Taman Nasional Gunung
Halimun-Salak dari bulan Maret-Juli 2015. Pengetahuan tentang wilayah jelajah
akan mendukung dalam manajemen konservasi owa jawa. Pemetaan daerah
tersebut diperoleh dengan mengikuti kelompok owa jawa dengan metode minimum
convex polygon dan karakteristik habitat dihitung melalui analisis vegetasi. Rerata
luas jelajah harian dan wilayah jelajah owa jawa adalah 12.19 ha/hari dan 33.41 ha.
Adapun rerata luas daerah inti owa jawa adalah 3.02 ha; luas daerah teritori adalah
0.57 ha; luas areal tumpang tindih adalah 2.31 ha. Keberadaan daerah teritori
dipengaruhi oleh kerapatan pohon pakan yang lebih besar (116.7 ind/ha)
dibandingkan wilayah jelajah (76.7 ind/ha). Owa jawa di Resor Cikaniki rerata
sering memanfaatkan pohon dengan selang ketinggian 21-30 m dan memilih lokasi
3B (tepi bagian tengah tajuk) dalam strata pohon untuk melakukan aktivitas
hariannya. Jenis pohon yang dominan pada ketinggian tersebut dengan persentase
lebih dari 5% adalah pasang (Quercus oidocarpa), puspa (Schima wallichii) dan
rasamala (Altingia excelsa). | id |