Peningkatan Daya Adaptasi Beberapa Genotipe Kedelai Hitam (Glycine Soja) Dengan Pemberian Amelioran Air Pada Tanah Mineral Bergambut Lahan Pasang Surut
View/ Open
Date
2016Author
Pujiwati, Hesti
Ghulamahdi, Munif
Yahya, Sudirman
Aziz, Sandra Arifin
Haridjaja, Oteng
Metadata
Show full item recordAbstract
Pengembangan kedelai hitam di lahan pasang surut dihadapkan pada
kendala tingginya cekaman Al dan Fe yang dapat mengganggu pertumbuhan dan
hasil tanaman. Penelitian secara umum bertujuan untuk mendapatkan mekanisme
toleransi kedelai hitam pada kondisi cekaman Al dan Fe serta mendapatkan
amelioran yang tepat dalam upaya pengembangan kedelai hitam di tanah mineral
bergambut pasang surut pada budidaya jenuh air (BJA).
Penelitian ini difokuskan pada studi fisiologi mekanisme toleransi kedelai
hitam terhadap cekaman Al dan Fe yang umum terjadi di lahan pasang surut.
Percobaan 1 merupakan percobaan kultur hara untuk mendapatkan mekanisme
adaptasi kedelai hitam terhadap Al dan Fe sebagai acuan ilmiah informasi strategi
tanaman untuk dapat bertahan pada lahan mineral bergambut. Percobaan 2
merupakan percobaan di rumah kaca untuk mendapatkan jenis amelioran yang
tepat dalam mengurangi cekaman Al dan Fe. Selanjutnya penelitian 3 merupakan
percobaan lapangan untuk mendapatkan produktivitas kedelai di tanah mineral
bergambut tipe luapan B yang dibandingkan dengan tanah mineral tipe luapan B
dan C.
Penentuan genotipe kedelai yang toleran dan peka terhadap cekaman Al dan
Fe ditentukan oleh indeks sensitifitas panjang akar. Berdasarkan indeks
sensitifitas panjang akar menunjukkan bahwa cekaman Fe menyebabkan
Tanggamus dan Cikuray menjadi genotipe yang toleran (0.2 dan 0.1 mM Fe),
Lokal Malang, Ceneng, Detam 1 menjadi genotipe moderat (0.1 mM Fe), Malika
dan Detam 2 menjadi genotipe yang peka (0.1 mM Fe). Cekaman Al genotipe
Tanggamus, Cikuray, Lokal Malang menjadi genotipe toleran (0.5 mM Al),
Ceneng, Malika, Detam 1, Detam 2 menjadi genotipe peka (0.5 mM Al).
Cekaman Al + Fe menyebabkan Tanggamus dan Cikuray menjadi genotipe
toleran (0.5 mM Al + 0.1 mM Fe), Lokal Malang merupakan genotipe moderat
(0.5 mM Al + 0.1 mM Fe), Ceneng, Malika, Detam 1, Detam 2 menjadi goenotipe
peka (0.5 mM Al + 0.1 mM Fe). Mekanisme adaptasi terhadap cekaman Al dan
Fe melalui pengamatan akumulasi asam organik pada genotipe toleran dan peka.
Genotipe toleran (Cikuray) mengakumulasi asam sitrat dan asam malat yang nyata
lebih tinggi pada cekaman 0.5 mM Al + 0.1 mM Fe dibandingkan kontrol.
Cekaman ganda Al + Fe menyebabkan penghambatan pertumbuhan yang lebih
tinggi dan kerusakan akar yang lebih besar dibandingkan cekaman tunggalnya.
Teknologi BJA mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai hitam
dibandingkan dengan budidaya kering. BJA nyata meningkatkan tinggi tanaman,
jumlah daun, jumlah cabang, panjang akar, bobot kering tajuk, jumlah polong dan
bobot biji per tanaman dibandingkan dengan budidaya kering. Amelioran air
gambut nyata meningkatkan jumlah polong dan bobot biji per tanaman.
Teknologi produksi tanaman melalui BJA dan pemberian amelioran
mempengaruhi pertumbuhan dan hasil kedelai hitam di tanah mineral bergambut
tipe luapan B yang memiliki cekaman Fe yang tinggi. Terdapat interaksi antara
kedalaman muka air dan genotipe. Kedalaman muka air 20 cm dengan genotipe
Ceneng nyata meningkatkan produktivitas kedelai di tanah mineral bergambut tipe
luapan B dan perlakuan amelioran tidak berbeda nyata.
Penerapan BJA dan pemberian amelioran pada tanah mineral tipe luapan B
yang memiliki cekaman ganda Al dan Fe menunjukkan bahwa tidak terdapat
interaksi antara kedalaman muka air, amelioran dan genotipe. Tingginya cekaman
Al dan Fe pada tanah mineral tipe luapan B menyebabkan pengaruh pengaturan
kedalaman muka air 10 dan 20 cm belum dapat meningkatkan produksi. Air
gambut mampu meningkatkan bobot biji per tanaman dan bobot biji petak panen.
Kandungan asam humat dan asam fulfat pada air gambut dapat mengurangi
cekaman Al dan Fe. Asam-asam organik tersebut dapat membentuk ikatan
kompleks dengan Al dan Fe.
Pertumbuhan dan hasil kedelai terbaik berturut-turut pada tanah mineral tipe
luapan C, mineral bergambut tipe luapan B dan tanah mineral tipe luapan B
dengan produktivitas masing-masing sebesar 4.60, 3.65 dan 0.32 ton ha-1.
Perbedaan pertumbuhan dan hasil pada ketiga kondisi lahan disebabkan oleh
faktor pembatas yang berbeda. Semakin banyak cekaman lingkungan
menyebabkan penghambatan pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih besar.
Collections
- DT - Agriculture [728]