Analisis Model Sistem Penyelenggaraan Makanan Dan Kualitas Menu Makan Siang Di Sekolah Dasar
View/ Open
Date
2016Author
Ronitawati, Putri
Setiawan, Budi
Sinaga, Tiurma
Metadata
Show full item recordAbstract
Progam pemberian makanan di sekolah dilakukan untuk mengatasi
kelaparan jangka pendek, serta menjadi salah satu tujuan dari MDGs di tahun
2015 dalam rangka menurunkan kemiskinan menjadi separuhnya (Rosso et al.
2009). Berbagai penelitian di beberapa negara menunjukkan bahwa pemberian
makanan di sekolah dapat meningkatkan prestasi akademik, perbaikan status gizi,
kehadiran siswa meningkat, serta kualitas konsumsi pangan yang lebih baik
(Acham et al. 2012; Nkhoma et al. 2013; Uwameiye 2013; Nurdiani 2011).
Progam penyelenggaraan makanan di sekolah diharapkan dapat meningkatkan
promosi kesehatan. Anak-anak dapat menerapkan konsumsi makanan yang sehat
dan menerapkan kebiasaan makan yang baik di dalam keluarga melalui pemberian
makanan di sekolah dan pendidikan gizi yang diberikan. Peran seorang ahli gizi
dalam suatu kegiatan penyelenggaraan makanan menjadi penting dalam hal
tersedianya makanan di sekolah yang disertai oleh adanya pendidikan gizi (Ishida
H 2015; Woo 2015).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis model sistem penyelenggaraan
makanan dan kualitas menu makan siang di sekolah dasar. Secara khusus
penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis perbedaan input, proses dan
output dalam penyelenggaraan makanan di sekolah dasar dengan model on-site
dan off-site, (2) menganalisis perbedaan kualitas menu makan siang, tingkat
kesukaan dan daya terima siswa (output) yang disajikan oleh katering sekolah di
sekolah dasar dengan model on-site dan off-site, (3) menganalisis perbedaan
tingkat kecukupan dan status gizi siswa di sekolah dasar dengan model on-site
dan off-site
Desain penelitian ini menggunakan cross sectional study yang dilaksanakan
di Yayasan Al-Muslim Tambun Cibitung Bekasi, yaitu sekolah dengan
penyelenggaraan makanan yang tempat produksi dilaksanakan di dalam
lingkungan sekolah dan mempekerjakan ahli gizi, dan SDIT Al Hidayah Cibinong
Bogor yaitu sekolah dengan penyelenggaraan makanan yang tempat produksi
makanan dilaksanakan di luar lingkungan sekolah (disediakan oleh katering
dengan sistem outsourcing). Pemilihan sekolah yang menjadi lokasi penelitian
dilakukan secara purposive dengan pertimbangan sekolah dengan
penyelenggaraan makanan dan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2015. Data yang
dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer meliputi karateristik
subjek, tingkat kesukaan subjek, daya terima subjek, konsumsi pangan, dan
manajemen sistem penyelenggaraan makanan yang diperoleh melalui wawancara
secara langsung, kuesioner dan observasi. Data sekunder meliputi karateristik
sekolah yang ditelusuri melalui situs resmi SDI Al Muslim dan SDIT Al Hidayah.
Analisis statistik dilakukan menggunakan SPSS for Windows versi 22.0.
Analisis deskriptif menggambarkan sebaran variabel yang diteliti berdasarkan
persen dan rataan. Analisis uji t-test digunakan untuk menganalisis perbedaan
tingkat kecukupan dan status gizi pada kedua sekolah dasar tersebut.
Berdasarkan fasilitas yang ada di sekolah dan lingkungan yang berada di
sekitar sekolah, kantin SDI Al Muslim merupakan model penyiapan makanan
yang bahan pangannya diperoleh dari pasar di sekitar sekolah, memiliki lahan
dapur, fasilitas dapur sekolah, adanya tenaga penjamah makanan sendiri, dapat
menyajikan makanan secara lengkap dan berasal dari keluarga mampu. Katering
Dawiyah merupakan model penyelenggaraan makanan yang dilakukan di luar
sekolah dan tenaga penjamah makanan yang berasal dari katering.
Kantin Al Muslim sudah memenuhi standar/persyaratan yang ditentukan
yaitu 1) ketenagaan yang memadai dan adanya ahli gizi dalam membuat
perencanaan menu berdasarkan umur, dan jenis kelamin siswa, 2) sudah
memadainya fasilitas, 3) baiknya higiene dan sanitasi pengolahan dan karyawan,
4) adanya pengetahuan karyawan mengenai peraturan/ ketentuan usaha jasa boga,
5) cara penyajian yang efisien. Katering Dawiyah belum memenuhi
standar/persyaratan yang ditentukan yaitu 1) ketenagaan yang belum memadai dan
belum adanya ahli gizi, 2) sudah memadainya fasilitas walaupun fasilitas rumah
tangga, 3) higiene dan sanitasi pengolahan dan karyawan yang masih rendah, 4)
kurangnya pengetahuan karyawan mengenai peraturan/ ketentuan usaha jasa boga,
5) cara penyajian yang efisien tetapi tidak memperhatikan sanitasi makanan.
Input, proses dan output penyelenggaraan makanan di SDI Al Muslim lebih baik
dibandingkan dengan di SDIT Al Hidayah.
Kualitas menu makan siang di SDI Al Muslim lebih baik dibandingkan
dengan SDIT Al Hidayah berdasarkan kandungan zat gizi, keanekaragaman
makanan dan standar porsi makanan yang diberikan. Tingkat kesukaan menu
makan siang pada gambar 4 di SDI Al Muslim berturut-turut adalah nasi
(95.30%), lauk hewani (95.30%), lauk nabati (90.70%), sayuran (86.0%) dan buah
(88.40%). SDIT Al Hidayah memiliki tingkat kesukaan yang lebih rendah pada
nasi (95.20%), lauk hewani (92.90%), lauk nabati (92.90%), sayuran (80.90%)
dan buah (88.30%). Daya terima terhadap menu makan siang di SDI Al Muslim
berturut-turut adalah nasi (86.00%), lauk hewani (79.10%), lauk nabati (67.40%),
sayuran (58.10%) dan buah (60.50%). SDIT Al Hidayah memiliki daya terima
terhadap menu makan siang yang lebih tinggi pada nasi (78.60%), lauk hewani
(80.90%), lauk nabati (78.60%), sayuran (66.70%) dan buah (78.60%). Daya
terima siswa terhadap sayur dan buah di kedua sekolah masih rendah dan
berbanding terbalik terhadap tingkat kesukaan siswa.
Adanya perbedaan pada tingkat kecukupan protein, kalsium dan zat besi di
kedua sekolah. Tingkat kecukupan protein, kalsium dan zat besi siswa SDIT Al
Hidayah lebih tinggi (p<0.05) dibandingkan dengan SDI Al Muslim. Status gizi di
SDI Al Muslim dan SDIT Al Hidayah tidak memiliki perbedaan yang signifikan
(p>0.05). Status gizi siswa Al Muslim berdasarkan IMT/U (WHO 2007) termasuk
dalam kategori gemuk (23.2%) dan kategori obesitas (16.3%). Siswa Al Hidayah
yang termasuk dalam kategori gemuk (28.6%) dan kategori obesitas (26.2%).
Perlu adanya ahli gizi atau konsultan gizi dalam penentuan standar menu
pada saat perencanaan menu yang disertai dengan pendidikan gizi bagi para siswa
pada saat makan dan juga di dalam kelas di SDIT Al Hidayah. Peran ahli gizi di
SDI Al Muslim terutama dalam hal pendidikan gizi perlu ditingkatkan kembali
dalam hal penyuluhan secara rutin baik pada saat makan maupun di dalam kelas.
Collections
- MT - Human Ecology [2243]