Show simple item record

dc.contributor.advisorHadi, Setia
dc.contributor.advisorSulistyantara, Bambang
dc.contributor.authorAli, Muhammad
dc.date.accessioned2016-06-06T03:20:02Z
dc.date.available2016-06-06T03:20:02Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/81017
dc.description.abstractDaerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung memiliki luas 347 km2 dengan panjang sungai utamanya 117 km. DAS Ciliwung memiliki nilai yang sangat strategis karena melintasi Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta. Kegiatan pembangunan di DAS Ciliwung baik hulu hingga hilir berlangsung dengan sangat cepat. Perkembangan dan kemajuan yang demikian cepat ini menyebabkan permasalahan, diantaranya dampak banjir yang semakin tinggi dan parah serta menurunnya kualitas sungai. Hingga saat ini kebijakan pengendalian banjir lebih didominasi oleh kebijakan struktural (fisik). Kebijakan non-struktural diperlukan untuk perbaikan dalam jangka panjang. Penataan ruang merupakan salah satu pendekatan non struktural dalam pengelolaan banjir. Pendekatan yang digunakan dalam tesis ini adalah dengan menganalisis perubahan penutupan lahan menggunakan pendekatan sistem dinamik. Konsep pendekatan sistem dinamik adalah bagaimana semua objek (variabel) dalam suatu sistem berinteraksi satu dengan lainnya sehingga menghasilkan suatu dinamika kecenderungan di masa depan. Penelitian ini bertujuan (1) menganalisis pola perubahan dan distribusi penutupan lahan DAS Ciliwung Hilir, (2) membangun model struktur dinamik lahan DAS Ciliwung Hilir, dan (3) menyusun perencanaan lanskap DAS Ciliwung Hilir yang optimal. Penelitian dilakukan di DAS Ciliwung Hilir pada bulan Desember 2014 sampai bulan Mei 2015 dengan melakukan pengambilan data (primer dan sekunder) serta pengamatan lapang (ground truth check). Analisa terhadap Citra Landsat dilakukan dengan penginderaan jauh (remote sensing) yaitu dengan klasifikasi terbimbing menggunakan Citra Landsat 5 tahun 1990 dan 2000, Landsat 7 ETM+ tahun 2010 dan Landsat 8 tahun 2014. Analisis dilanjutkan dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk memperoleh luasan perubahan tutupan lahan tahun 1990, 2000, 2010, dan 2014. Tipe penutupan lahan untuk tahun 1990, 2000, 2010 dan 2014 diklasifikasikan menjadi empat tipe penutupan lahan yaitu badan air, lahan terbangun, ruang terbuka hijau dan lahan terbuka. Analisis terhadap perubahan penutupan lahan antara tahun 1990 dan 2014 menunjukkan bahwa sejak tahun 1990 penggunaan lahan paling dominan adalah lahan terbangun seluas 5485.71 ha meningkat menjadi 5587.62 ha pada tahun 2014 atau sebesar 1.86%. Lahan terbuka juga mengalami peningkatan sebesar 7.09%. Di sisi lain, dalam kurun waktu tersebut terjadi penurunan luasan pada badan air sebesar 30.19% diikuti ruang terbuka hijau sebesar 3.72% dari luas total DAS Ciliwung Hilir. Struktur model yang dibangun pada penelitian ini terbagi menjadi tiga sub model, yaitu sub model perubahan tutupan lahan, sub model hidrologi dan sub model penduduk. Selanjutnya dilakukan terhadap skenario yang telah dibuat. Skenario yang dibuat adalah (1) skenario 1 (skenario eksisting), yaitu penetapan laju peningkatan area hijau sebesar 0.04%, laju pertumbuhan penduduk sebesar 1.41% dan kebijakan perbaikan badan air sebesar 0.1%, (2) skenario 2, yaitu penetapan laju peningkatan area hijau sebesar 1%, laju pertumbuhan penduduk 1.2% dan kebijakan perbaikan badan air 0.1%, (3) skenario 3, penetapan laju peningkatan area hijau sebesar 2%, laju pertumbuhan penduduk 1% dan kebijakan perbaikan badan air sebesar 0.2%. Hasil simulasi menunjukkan pada skenario 1 terlihat bahwa lahan terbuka dan ruang terbuka hijau mengalami pengurangan karena terkonversi menjadi lahan terbangun dan badan air. Besarnya luasan yang terkonversi adalah 202.30 ha lahan terbuka dan 112.90 ha ruang terbuka hijau pada akhir simulasi. Konversi ini dikarenakan kebutuhan akan ruang seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Pada skenario 2 terlihat bahwa lahan terbuka mengalami pengurangan karena terkonversi menjadi badan air, lahan terbangun dan ruang terbuka hijau. Besarnya luasan yang terkonversi adalah 200.30 ha lahan terbuka pada akhir simualasi. Pada skenario 3 terlihat bahwa lahan terbuka dan lahan terbangun mengalami pengurangan karena terkonversi menjadi badan air dan ruang terbuka hijau. Besarnya luasan yang terkonversi adalah 200.10 ha lahan terbuka dan 102.73 ha lahan terbangun pada akhir simulasi. Berdasarkan hasil simulasi yang diperoleh, skenario 3 adalah skenario paling optimal. Pada skenario ini, tinggi muka air sebagai penanda bahaya banjir berada pada ketinggian 845 cm di tahun 2045 yang berarti daerah hilir berada pada status siaga 3 dengan komposisi luasan optimal masing-masing penutupan lahan adalah lahan terbuka 3.81 ha, badan air 275.73 ha, lahan terbangun 5515.81 ha dan ruang terbuka hijau 666.82 ha.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcLanscape planningid
dc.subject.ddcLand coverid
dc.subject.ddc2015id
dc.titleKajian Dampak Perubahan Penutupan Lahan Terhadap Kejadian Banjir Pada Lanskap Das Ciliwung Hilir Dengan Pendekatan Sistem Dinamikid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordbanjirid
dc.subject.keyworddaerah aliran sungaiid
dc.subject.keywordpendekatan sistem dinamikid
dc.subject.keywordperubahan penutupan lahanid
dc.subject.keywordSIGid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record