Kajian Dampak Perubahan Penutupan Lahan Terhadap Kejadian Banjir Pada Lanskap Das Ciliwung Hilir Dengan Pendekatan Sistem Dinamik
View/ Open
Date
2016Author
Ali, Muhammad
Hadi, Setia
Sulistyantara, Bambang
Metadata
Show full item recordAbstract
Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung memiliki luas 347 km2 dengan
panjang sungai utamanya 117 km. DAS Ciliwung memiliki nilai yang sangat
strategis karena melintasi Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta. Kegiatan
pembangunan di DAS Ciliwung baik hulu hingga hilir berlangsung dengan sangat
cepat. Perkembangan dan kemajuan yang demikian cepat ini menyebabkan
permasalahan, diantaranya dampak banjir yang semakin tinggi dan parah serta
menurunnya kualitas sungai. Hingga saat ini kebijakan pengendalian banjir lebih
didominasi oleh kebijakan struktural (fisik). Kebijakan non-struktural diperlukan
untuk perbaikan dalam jangka panjang. Penataan ruang merupakan salah satu
pendekatan non struktural dalam pengelolaan banjir. Pendekatan yang digunakan
dalam tesis ini adalah dengan menganalisis perubahan penutupan lahan
menggunakan pendekatan sistem dinamik. Konsep pendekatan sistem dinamik
adalah bagaimana semua objek (variabel) dalam suatu sistem berinteraksi satu
dengan lainnya sehingga menghasilkan suatu dinamika kecenderungan di masa
depan. Penelitian ini bertujuan (1) menganalisis pola perubahan dan distribusi
penutupan lahan DAS Ciliwung Hilir, (2) membangun model struktur dinamik
lahan DAS Ciliwung Hilir, dan (3) menyusun perencanaan lanskap DAS Ciliwung
Hilir yang optimal.
Penelitian dilakukan di DAS Ciliwung Hilir pada bulan Desember 2014
sampai bulan Mei 2015 dengan melakukan pengambilan data (primer dan
sekunder) serta pengamatan lapang (ground truth check). Analisa terhadap Citra
Landsat dilakukan dengan penginderaan jauh (remote sensing) yaitu dengan
klasifikasi terbimbing menggunakan Citra Landsat 5 tahun 1990 dan 2000,
Landsat 7 ETM+ tahun 2010 dan Landsat 8 tahun 2014. Analisis dilanjutkan
dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk memperoleh
luasan perubahan tutupan lahan tahun 1990, 2000, 2010, dan 2014.
Tipe penutupan lahan untuk tahun 1990, 2000, 2010 dan 2014
diklasifikasikan menjadi empat tipe penutupan lahan yaitu badan air, lahan
terbangun, ruang terbuka hijau dan lahan terbuka. Analisis terhadap perubahan
penutupan lahan antara tahun 1990 dan 2014 menunjukkan bahwa sejak tahun
1990 penggunaan lahan paling dominan adalah lahan terbangun seluas 5485.71 ha
meningkat menjadi 5587.62 ha pada tahun 2014 atau sebesar 1.86%. Lahan
terbuka juga mengalami peningkatan sebesar 7.09%. Di sisi lain, dalam kurun
waktu tersebut terjadi penurunan luasan pada badan air sebesar 30.19% diikuti
ruang terbuka hijau sebesar 3.72% dari luas total DAS Ciliwung Hilir.
Struktur model yang dibangun pada penelitian ini terbagi menjadi tiga sub
model, yaitu sub model perubahan tutupan lahan, sub model hidrologi dan sub
model penduduk. Selanjutnya dilakukan terhadap skenario yang telah dibuat.
Skenario yang dibuat adalah (1) skenario 1 (skenario eksisting), yaitu penetapan
laju peningkatan area hijau sebesar 0.04%, laju pertumbuhan penduduk sebesar
1.41% dan kebijakan perbaikan badan air sebesar 0.1%, (2) skenario 2, yaitu
penetapan laju peningkatan area hijau sebesar 1%, laju pertumbuhan penduduk
1.2% dan kebijakan perbaikan badan air 0.1%, (3) skenario 3, penetapan laju
peningkatan area hijau sebesar 2%, laju pertumbuhan penduduk 1% dan kebijakan
perbaikan badan air sebesar 0.2%.
Hasil simulasi menunjukkan pada skenario 1 terlihat bahwa lahan terbuka
dan ruang terbuka hijau mengalami pengurangan karena terkonversi menjadi
lahan terbangun dan badan air. Besarnya luasan yang terkonversi adalah 202.30 ha
lahan terbuka dan 112.90 ha ruang terbuka hijau pada akhir simulasi. Konversi ini
dikarenakan kebutuhan akan ruang seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk. Pada skenario 2 terlihat bahwa lahan terbuka mengalami pengurangan
karena terkonversi menjadi badan air, lahan terbangun dan ruang terbuka hijau.
Besarnya luasan yang terkonversi adalah 200.30 ha lahan terbuka pada akhir
simualasi. Pada skenario 3 terlihat bahwa lahan terbuka dan lahan terbangun
mengalami pengurangan karena terkonversi menjadi badan air dan ruang terbuka
hijau. Besarnya luasan yang terkonversi adalah 200.10 ha lahan terbuka dan
102.73 ha lahan terbangun pada akhir simulasi.
Berdasarkan hasil simulasi yang diperoleh, skenario 3 adalah skenario
paling optimal. Pada skenario ini, tinggi muka air sebagai penanda bahaya banjir
berada pada ketinggian 845 cm di tahun 2045 yang berarti daerah hilir berada
pada status siaga 3 dengan komposisi luasan optimal masing-masing penutupan
lahan adalah lahan terbuka 3.81 ha, badan air 275.73 ha, lahan terbangun 5515.81
ha dan ruang terbuka hijau 666.82 ha.
Collections
- MT - Agriculture [3696]