Analisis Reflektansi Spektral Lamun Dari Hasil Pengukuran In Situ Menggunakan Spektrometer Dan Citra Satelit Worldview-2 Di Pulau Tunda Serang, Banten
View/ Open
Date
2016Author
Aziizah, Nunung Noer
Siregar, Vincentius Paulus
Agus, Syamsul Bahri
Metadata
Show full item recordAbstract
Pemanfaatan teknologi satelit penginderaan jauh (remote sensing) sangat berkembang untuk identifikasi dan memantau sumberdaya alam wilayah pesisir, seperti lamun. Terdapat kesulitan dan permasalahan khusus dalam pemanfaatan teknologi penginderaan jauh untuk klasifikasi habitat perairan laut, yaitu pengaruh permukaan dan kolom perairan terhadap reflektansi dasar. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis panjang gelombang penciri dalam spektrum elektromagnetik yang dapat digunakan untuk membedakan jenis lamun yang berbeda; (2) menganalisis panjang gelombang penciri untuk membedakan jenis lamun yang berbeda; (3) memisahkan kelas bentik habitat dengan algoritma Support Vector Machine (SVM), dan mengelompokkan lamun berdasarkan pustaka spektral untuk menghasilkan kelas lamun hingga tingkat spesies menggunakan algoritma Spectral Angle Mapper (SAM).
Penelitian dilaksanakan di ekosistem lamun Pulau Tunda, Banten pada bulan Agustus 2014 dan dilanjutkan bulan Maret 2015. Akuisisi citra WorldView-2 pada tanggal 25 Agustus 2013. Reflektansi spektral lamun diukur menggunakan spektrometer USB4000. Citra satelit di koreksi atmosferik dan dilakukan transformasi menggunakan Normalized Difference Vegetation Index (NDVI), Normalized Difference Water Index (NDWI), dan Depth Invariant Index (DII). Algoritma klasifikasi berbasis piksel yang digunakan adalah SVM untuk kelas lamun dan non-lamun, SAM dengan penerapan pustaka spektral untuk menghasilkan kelas lamun hingga tingkat spesies.
Terdapat lima jenis lamun di Pulau Tunda yakni Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Thalassia hemprichi, dan Halophila ovalis. Hasil pengukuran reflektansi lamun menggunakan spektrometer menunjukkan dua puncak di panjang gelombang 500-650 nm (saluran hijau) dan 700-750 nm (merah tepi) dengan nilai tertinggi 22% di puncak pertama dan 14% di puncak kedua, dan berbeda secara signifikan antar jenis lamun. Panjang gelombang penciri yang dapat dikembangkan untuk identifikasi spesies lamun yaitu hijau, kuning, merah tepi, dan NIR-2. Akurasi pemetaan lamun berbeda untuk setiap proses klasifikasi, dimana kombinasi NDVI dengan SVM menunjukkan akurasi terendah (35.09%) sedangkan DII dengan SVM menghasilkan akurasi tertinggi (76.4%). Penggunaan algoritma klasifikasi SAM dengan pustaka spektral dari citra 8 dan 4 saluran menghasilkan akurasi 35.6% dan 41.86%. Hasil analisis Kappa yang membandingkan matriks kesalahan tidak terdapat perbedaan signifikan. Pemetaan spesies lamun menggunakan Worldview-2 masih membutuhkan studi dan pengembangan lebih lanjut karena beberapa kombinasi algoritma yang dikembangkan dalam penelitian ini menunjukkan hasil yang signifikasn dan akurasi yang rendah.
Collections
- MT - Fisheries [3016]