dc.description.abstract | Bandung sebagai salah satu kota metropolitan yang berkembang di
Indonesia tidak luput dari permasalahan permukiman kumuh. Permasalahan
permukiman kumuh ditandai dengan penurunan kondisi lingkungan seperti
kurangnya ketersediaan air baku serta pencemaran. Selain itu menurut Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
salah satu tanda permukiman kumuh adalah kualitas bangunan serta sarana dan
prasarana yang tidak memenuhi syarat. Penelitian ini bertujuan untuk (1)
menghitung kesenjangan sumberdaya ditinjau dari kuantitas dan kualitas air dan
lahan bagi penduduk di wilayah/kawasan permukiman kumuh Kota Bandung
dihitung berdasarkan standar pelayanan minimal dan standar kualitas baku mutu,
serta (2) menentukan bentuk infrastruktur dasar sebagai bentuk subtitusi
penyediaan sumber daya air dan lahan yang paling tepat. Penelitian dilakukan di
tiga kelurahan yang mewakili tiga tipologi permukiman kumuh yaitu berat adalah
Kelurahan Tamansari, sedang adalah Kelurahan Babakan Ciamis, dan ringan
adalah Kelurahan Cihargeulis berdasarkan peraturan pemerintah Kota Bandung.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dan data primer. Data
sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen tertulis baik berupa tulisan ilmiah
maupun dokumen resmi dari instansi terkait. Data primer didapatkan dari
pengamatan langsung pada lokasi penelitian, observasi, serta wawancara dengan
pegawai pemerintahan di lokasi studi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuantitas kebutuhan air pada ketiga
kelurahan tersebut terpenuhi dari sumber air PDAM dan sumur baik pompa
maupun gali. Sedangkan untuk lahan maka luas lahan eksisting untuk perumahan
pada ketiga kelurahan relatif mencukupiAdapun kualitas air pada ketiga kelurahan
terlihat bahwa kualitas air dari sumber PDAM telah memenuhi syarat namun
untuk kualitas air sumur di Kelurahan Tamansari, Kelurahan Babakan Ciamis, dan
Kelurahan Cihargeulis masih melebihi ambang batas yang disyaratkan.
Kemudian untuk kualitas tanah menunjukkan bahwa Kelurahan Tamansari
memiliki kualitas yang paling rendah, Kelurahan Cihargeulis memiliki kualitas
paling tinggi.
Bentuk infrastruktur yang menjadi prioritas bentuk penyediaan di
Kelurahan Tamansari sebagai permukiman kumuh berat untuk air minum adalah
perpipaan dari PDAM dan pengolahan air permukaan setempat, untuk air limbah
adalah MCK Komunal dan Instalasi Pengolah Air Limbah Skala lingkungan,
untuk persampahan adalah Komposting untuk sampah organik dan Bank Sampah
untuk sampah anorganik, dan untuk rumah adalah rumah susun. Bentuk
penyediaan infrastruktur di Kelurahan Babakan Ciamis sebagai permukiman
kumuh sedang untuk air minum adalah perpipaan PDAM, untuk air limbah adalah
MCK Komunal dan Instalasi Pengolah Air Limbah Skala lingkungan, untuk
persampahan adalah Komposting untuk sampah organik dan Bank Sampah untuk
sampah anorganik, dan untuk rumah adalah rumah susun. Sedangkan bentuk
penyediaan infrastruktur di Kelurahan Cihargeulis sebagai permukiman kumuh
ringan untuk air minum adalah perpipaan dari PDAM, air limbah adalah
pengolahan limbah tinja dan limbah domestik terpusat skala kota di Instalasi
Pengolahan Air Limbah Bojonsoang, persampahan adalah Komposting untuk
sampah organik dan Bank Sampah untuk sampah anorganik, dan rumah adalah
rumah tidak bersusun.
Berdasarkan kajian lebih lanjut dukungan untuk bentuk penyediaan supaya
dapat memenuhi kebutuhan penduduk di tiga kelurahan tersebut adalah mengatasi
kebocoran air dari PDAM, penyediaan lahan untuk membangun instalasi
pengolahan air limbah komunal, penetapan target yang konsisten untuk mengolah
sampah hingga 100%, serta penertiban dan penataan pembangunan rumah di lahan
yang boleh dibangun atau tidak. | id |