dc.description.abstract | Diplazium esculentum (Retz.) Sw. yang dikenal dengan pakis sayur adalah
tumbuhan hutan yang banyak dimanfaatkan masyarakat sejak dahulu sebagai
sayur mayur. Potensi tesebut mampu menjadikan pakis sayur sebagai alternatif
budidaya untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi namun budidaya tersebut belum
dilakukan oleh masyarakat. Pemanfaatan yang dilakukan masyarakat dengan
mengambilnya langsung daari hutan tidak sejalan dengan Undang-Undang.
Konsep yang disertakan Tri Stimulus Amar mampu menjadikan pembentuk sikap
masyarakat terhadap aksi konservasi pakis sayur. Aksi konservasi dibentuk
dengan memberikan isu-isu lingkungan terhadap masyarakat sehingga tujuan ideal
taman nasional dengan peran serta masyarakat dapat terbantuk. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui sikap konservasi masyarakat terhadap pakis
sayur, untuk menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi stimulus rela
untuk mewujudkan aksi konservasi terhadap pakis sayur, dan untuk
mendeskripsikan aksi konservasi yang sudah dilakukan oleh masyarakat.
Penelitian ini dirancang dengan menggunakan metode deskriptif
kuantitatif. Metode deskriptif kuantitatif, yaitu menjelaskan hubungan antar
variabel dengan menganalisis data numerik (angka) menggunakan metode statistik
melalui uji hipotesis. Tahapan penelitian ini meliputi pembuatan kuesioner
stimulus alamiah, stimulus manfaat, dan stimulus rela pakis sayur. Melakukan uji
valditas dan reliabilitas dengan menggunakan korelasi Product Moment Person
dan Cronbach Alpha. Wawancara kepada 25 orang responden yang dilakukan
secara Snowball sampling dengan kriteria masyarakat yang memanfaatkan atau
mengkonsumsi pakis sayur kurun waktu 3 bulan. Pengolahan dan analisis data
dengan menentukan persentase jawaban dan menentukan ambang stimulus. Serta
menjelaskan secara naratif deskriptif hasil yang telah didapat.
Sikap konservasi masyarakat terhadap pakis sayur belum terwujud karena
terjadi bias pada stimulus alamiah, stimulus manfaat, dan stimulus rela. Stimulus
alamiah mengenai lama pertumbuhannya berkisar dua minggu masyarakat tidak
mengetahui secara pasti karena tidak setiap waktu masyarakat mengamati
pertumbuhan pakis sayur secara langsung. Bias stimulus manfaat yang belum
terbentuk yakni pada pengetahuan masyarakat mengenai pakis sayur sebagai
alternatif tumbuhan obat yang mampu menyembuhkan diare dan asma. Bias
tersebut terjadi karena masyarakat tidak memperoleh pengetahuan kandungan gizi
yang terdapat pada pakis sayur. Bias stimulus rela terjadi pada kerelaan menanam
kembali pakis sayur di hutan, menanam kembali untuk dikonsumsi di lahan
pribadi, menanam kembali untuk mencegah longsor dan memanen pakis sayur
secara selektif dan sebagian. Bias tersebut terjadi karena ketersediaan pakis sayur
di hutan yang melimpah, ketidakpahaman dan keterampilan masyarakat dalam
membudidayakan pakis sayur di hutan. Jaminan akses yang diberikan untuk
masyarakat menanam dan memanen hasil yang telah ditanam untuk
diperjualbelikan.
Faktor yang mempengaruhi kerelaan masyarakat untuk mewujudkan aksi
konservasi yakni memberikan pengetahuan mengenai potensi pakis sayur sebagai
alternatif budidaya dan manfaat sebagai tumbuhan obat serta memberikan
keterampilan teknologi budidaya pakis sayur, kemudahan memperoleh pakis sayur
dan hasil produksi pakis sayur yang baik pada masyarakat lokal. Dan memberikan
jaminan akses dan pemahaman secara terperinci dan jelas mengenai kebijakan
kebijakan yang berlaku untuk mewujudkan peran serta masyarakat agar terwujud
tujuan yang ideal bagi taman nasional. Aksi merupakan bentuk nyata dari sikap
masyarakat terhadap konservasi pakis sayur. Aksi masyarakat tersebut belum
terbentuk secara nyata terkait dengan tidak melakukan penyebaran spora di areal
hutan oleh masyarakat dan penanaman kembali pakis sayur di areal lahan milik
pribadi. | id |