dc.description.abstract | Waduk Cirata yang memiliki fungsi utama sebagai Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA) digunakan pula sebagai lokasi budidaya ikan dengan sistem
Keramba Jaring Apung (KJA). Semakin meningkatnya jumlah KJA setiap
tahunnya dan telah melebihi daya dukung waduk mengakibatkan permasalahan
tersendiri. Kondisi ini menandakan adanya ketidakefektifan kelembagaan dalam
pengelolaan sumberdaya waduk. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan waduk
yang berkelanjutan. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis status keberlanjutan
pengelolaan Waduk Cirata dalam multidimensi keberlanjutan (ekologi, ekonomi,
sosial, teknologi dan kelembagaan) dengan menggunakan metode Rapfish,
menganalisis kegiatan yang paling mengancam terhadap keberlanjutan
pengelolaan Waduk Cirata, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap adanya tindakan kolektif (collective action). Berdasarkan hasil
penelitian, analisis keberlanjutan pengelolaan Waduk Cirata dengan menggunakan
metode Rapfish dari lima dimensi, dimensi keberlanjutan dengan skor paling
rendah adalah dimensi kelembagaan dan ekologi dalam pengelolaan Waduk Cirata
yang termasuk dalam kategori buruk. Kegiatan yang paling mengancam ialah
aktivitas domestik masyarakat dengan skor 42 dilihat dari kegiatan pemanfaatan
waduk. Terdapat kesamaan persepsi antar stakeholder yang sebagian besar
menyatakan keberlanjutan Waduk Cirata tidak berkelanjutan dan pengelolaannya
masih tidak sesuai. Sedangkan, ekspektasi atau harapan dari petani ikan di Waduk
Cirata tingggi karena ketergantungan mereka yang juga tinggi serta tingkat
urgensi baik keberlanjutan dan keberadaan waduk dinilai sangat penting oleh
petani ikan dan juga stakeholder. Belum adanya tindakan bersama yang dilakukan
oleh para stakeholder untuk mempertahankan keberlanjutan Waduk Cirata
dikarenakan masih adanya ego sektoral pada masing-masing stakeholder. | id |