Show simple item record

dc.contributor.advisorSoewardi, Kadarwan
dc.contributor.advisorYulianda, Fredinan
dc.contributor.authorMontolure, Andrat Yani
dc.date.accessioned2016-05-19T04:33:29Z
dc.date.available2016-05-19T04:33:29Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/80464
dc.description.abstractTambak tradisional di Kabupaten Buol dikelola secara individu dan merupakan aktivitas budidaya skala kecil. Karakteristik ini merupakan hal yang umum pada tambak tradisional di Indonesia. Tambak tradisional memiliki potensi degradasi lingkungan sekaligus potensi pengembangan bagi kesejahteraan masyarakat. Fakta bahwa tambak tradisional yang luas di kawasan Asia telah digunakan untuk budidaya udang dan ikan selama beberapa abad membuktikan potensi keberlanjutannya. Pengembangan budidaya tambak tradisional akan mencakup perluasan area budidaya, peningkatan instalasi sarana prasarana, serta peningkatan penggunaan lahan dan air. Karena tambak tradisional adalah kegiatan berbasis sumber daya, maka perkembangannya bisa memiliki dampak negatif pada sektor lain seperti perikanan, pertanian dan pariwisata. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengoptimalkan tambak tradisional melalui pengembangan kawasan pesisir berdasarkan pendekatan ekologi. Penelitian ini memiliki tiga tujuan yaitu: (1) mengindentifikasi dan menguraikan kapasitas pengembangan berdasarkan aspek ekobioteknik; (2) mengestimasi kontribusi nutrien mangrove dan daya dukung produksi tambak tradisional; dan (3) melakukan analisis keberlanjutan dan pengembangan manajemen kolektif tambak tradisional berbasis sumberdaya pesisir. Lokasi penelitian berada di Desa Kantanan, Negeri Lama, dan Kodolagon, Kecamatan Bokat, Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data dianalisis menggunakan analisis spasial, Ocean Data View (ODV), daya dukung produksi, perhitungan rasio tambak dan mangrove, dan Rapid Appraisal Technique for Extensive Brackishwater Pond (RAP-EBP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air dan tutupan mangrove di pesisir Bokat mendukung kegiatan tambak tradisional dengan luas total tambak 126 ha dan mangrove 303,5 ha. Selanjutnya, kondisi tutupan mangrove di muara Sungai Bokat sangat kritis dan erosi pantai memberikan ancaman terhadap akses transportasi masyarakat. Kapasitas pengembangan tambak tradisional dibatasi oleh kualitas sumberdaya petambak, sebaliknya kondisi ekologi lingkungan sesuai untuk pengembangan tambak tradisional. Nilai salinitas air payau berkisar diantara 5 dan 32 ppt, dan kualitas air lainnya seperti suhu, pH, DO, dan TSS tidak melebihi nilai ambang batas budidaya. Teknik budidaya yang dilakukan masih banyak kekurangan sehingga hasil produksi tidak maksimal. Beberapa perbaikan dan peningkatan perlu dilakukan sehingga hasil produksi dan pendapatan bertambah. Kawasan mangrove di kawasan tambak mampu menghasilkan C sebesar 659,13 ton / tahun, N sebesar 2,85-12,57 ton / tahun dan P sebesar 0,12-0,54 ton / tahun. Daya dukung produksi di tambak tradisional Kecamatan Bokat adalah 79,8 ton / tahun sedangkan nilai aktual produksi sebesar 52,92 ton/thn. Tingkat produksi aktual tambak tradisional tidak melebihi daya dukung sehingga optimasi dapat dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan petambak. Selanjutnya, berdasarkan produksi nutrien kawasan mangrove, rasio luas tambak tradisional dan luas mangrove sebesar 1:2. Artinya, apabila terdapat 1 ha tambak tradisional tanpa pakan maka kontribusi makanan alami didalam tambak dapat disediakan oleh 2 ha mangrove. Karena produktifitas tambak yang kecil, pembukaan mangrove untuk memperluas tambak tidak disarankan. Solusi yang tepat adalah meningkatkan produksi tambak aktual melalui perbaikan manajemen budidaya dengan penerapan better management practices (BMP). Keberlanjutan pengelolaan tambak tradisional menunjukkan status cukup berkelanjutan dengan indeks keberlanjutan multi dimensi sebesar 69,61. Nilai indeks terendah terlihat pada dimensi teknologi sebesar 52,36 sebaliknya nilai tertinggi terllihat pada dimensi ekonomi sebesar 73,47. Status keberlanjutan dimensi teknologi adalah yang terendah dibandingkan dengan dimensi lainnya. Indikator yang paling sensitif adalah penggunaan pestisida dan obat-obatan. Beberapa strategi pengelolaan tambak tradisional secara berkelanjutan diuraikan dengan tiga garis besar pengelolaan yaitu: (1) penentuan klaster tambak tradisional berdasarkan sumber air untuk mengubah aktivitas individu menjadi kolektif untuk perbaikan dan manfaat bersama; (2) penerapan BMP dengan pilot testing untuk mengoptimalkan produksi aktual; dan (3) membangun sistem koordinasi efektif dan diskusi bersama untuk membangun rasa saling percaya di antara petani tradisional.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcFisheriesid
dc.subject.ddcFish breedingid
dc.subject.ddc2015id
dc.subject.ddcBuol-Sulawesi Tengahid
dc.titlePengelolaan Kawasan Pesisir Dengan Pendekatan Ekologi Untuk Optimasi Tambak Tradisional (Studi Kasus Kecamatan Bokat, Kabupaten Buol)id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordPendekatan ekologiid
dc.subject.keywordtambakid
dc.subject.keywordmangroveid
dc.subject.keyworddaya dukungid
dc.subject.keywordstatus keberlanjutanid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record