Kajian Pendugaan Area Kecil Untuk Menduga Jumlah Kematian Bayi Di Jawa Barat
Abstract
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menyediakan sebagian
besar informasi kesehatan di Indonesia. SDKI dilaksanakan setiap lima tahun
sekali sejak tahun 1994. Pendugaan berdasarkan data SDKI hanya dilakukan
untuk skala nasional atau provinsi sedangkan untuk level kabupaten, kecamatan
dan kelurahan/desa masih kurang memadai. Metode pendugaan yang biasa
digunakan adalah metode pendugaan langsung. Namun, pendugaan ini
menghasilkan galat baku penduga besar. Hal ini disebabkan karena teknik
pengambilan contoh yang kompleks dan ukuran contoh yang relatif kecil. Metode
yang digunakan untuk mengatasi ketidakstabilan pendugaan langsung adalah
pendugaan tidak langsung. Beberapa pendugaan tidak langsung adalah pendugaan
tidak langsung berdasarkan model campuran dan pendugaan komposit. Pendugaan
dengan model campuran adalah memodelkan dengan mengabungkan pengaruh
dan pengaruh tetap sedangkan pendugaan komposit adalah pendugaan yang
dilakukan dengan memboboti penduga berdasarkan desain dan model.
Peubah jumlah kejadian yang memiliki peluang yang sangat kecil biasanya
diasumsikan memiliki sebaran Poisson. Sebaran Poisson memiliki asumsi
equidispersi yaitu nilai harapan sama dengan ragam. Berdasarkan kondisi data,
jika ragam amatan lebih besar daripada ragam sebarannya mengindikasikan
adanya overdispersi dan sebaliknya disebut underdispersi. Beberapa metode untuk
menangani overdispersi adalah dengan sebaran binomial negatif, pendekatan
quasi-likelihood dan sebaran Tweedie.
Pada SDKI, terdapat beberapa area yang tidak tersurvei atau disebut
nircontoh. Padahal, area nircontoh sangat penting untuk diduga. Sehingga
diperlukan pendekatan untuk menduga area yang tidak tersurvei. Salah satu
pendekatan yang digunakan adalah mengasumsikan bahwa suatu area memiliki
pola kedekatan hubungan dengan area lain. Pendekatan yang digunakan untuk
menganalisis pola hubungan antar area tersebut adalah dengan teknik
pengerombolan (clustering).
Pada penelitian ini dilakukan pendugaan jumlah kematian bayi untuk
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat dengan membandingkan pendugaan
langsung dan tidak langsung menggunakan data SDKI Provinsi Jawa Barat.
Provinsi Jawa Barat terdiri dari 26 kabupaten/kota, dan diantaranya ada dua area
yang tidak tersurvei yaitu Kota Banjar dan Kota Sukabumi. Hasil analisis pada
kasus kematian bayi di Provinsi Jawa Barat diketahui terdapat masalah
underdispersi pada model linier campuran Poisson. Berdasarkan plot sisaan dan
rasio generalized chi-square dengan derajat bebasnya diketahui model linier
campuran pendekatan quasi-likelihood dan sebaran Tweedie dapat mengatasi
masalah dispersi. Pendugaan model terbaik adalah model linier campuran
pendekatan quasi-likelihood pada pendugaan komposit dilihat dari nilai MAPE,
MSD dan MAD yang paling kecil.