Show simple item record

dc.contributor.advisorAdiwibowo, Soeryo
dc.contributor.advisorSaharuddin
dc.contributor.authorJunita, Risma
dc.date.accessioned2016-04-27T04:49:21Z
dc.date.available2016-04-27T04:49:21Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/80138
dc.description.abstractSumberdaya alam memiliki peranan tersendiri dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Diantara sumberdaya alam yang tersedia di Indonesia, sumberdaya pertanian dan kegiatan berupa pengelolaan sumberdaya tersebut masih berada pada skala prioritas utama. Hal ini mengingat bahwa sebagian besar penduduk di Indonesia masih menggantungkan hidupnya pada pertanian. Salah satu wilayah di Indonesia yang sebagian besar penduduknya masih bergantung pada sektor pertanian adalah Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat. Masyarakat di Daerah Mamasa, yang jumlahnya sekitar seratus ribu jiwa pada tahun 2000, sebagian besar menyandarkan nafkahnya pada budidaya padi, hortikultura, dan kopi. Di pedalaman Kabupaten Mamasa, ekosistem sawah merupakan aset penting jika dibandingkan dengan lahan kering, baik dilihat dari dimensi ekonomi maupun sosial. Di beberapa desa yang masih kaya dengan ekosistem sawah atau litak basah, berbagai ritual, tradisi-tradisi khusus, dan kearifan lokal, masih melekat dengan budidaya pertanian lahan basah. Seluruh tradisi, ritual, kearifan, norma-norma, dan tata kelakuan yang melekat dengan budidaya pertanian sawah ini terhimpun dalam kelembagaan lokal yang dikenal sebagai pa’totiboyongan. Di beberapa desa atau kelurahan di Mamasa, pa’totiboyongan sudah tidak lagi berjalan sebagaimana yang dituturkan dan diwariskan nenek moyang. Pa’totiboyongan telah mengalami transformasi dan kini hanya sebatas simbolik belaka. Sementara di beberapa desa lain, pa’totiboyongan masih eksis dan dipelihara sesuai ajaran leluhur. Salah satu desa yang ditengarai masih memelihara pa’totiboyongan adalah Desa Ballatumuka, Kecamatan Balla. Sehingga menarik untuk dikaji apakah memang tatanan pa’totiboyongan di Desa Ballatumuka, masih tetap dipelihara sebagaimana yang banyak dibicarakan warga Mamasa? Atau sudah bertransformasi sehingga pa’totiboyongan hanya simbolik belaka? Apa yang menyebabkan pa’totiboyongan masih dapat bertahan di Ballatumuka atau sebaliknya? Pa’totiboyongan memiliki tatanan struktur adat dan dipimpin oleh seseorang yang disebut sebagai so’bok. Pasang surut pa’totiboyongan pada kenyataannya tidak hanya ditentukan oleh so’bok, tetapi juga dipengaruhi oleh aktor lain yaitu pemerintah desa (dalam hal ini kepala desa) dan majelis gereja. Masing-masing aktor memiliki peran, kuasa, dan pengaruh tersendiri terhadap kelembagaan pa’totiboyongan. Apakah karena pengaruh kekuatan eksternal dari pemerintah kabupaten/desa dan institusi gereja yang lebih lemah dibanding pengaruh internal (misal, faktor kepemimpinan pemuka pa’totiboyongan, kohesivitas komunitas) sehingga pa’totiboyongan dapat bertahan di Desa Ballatumuka? Lebih jauh lagi, bila ternyata pa’totiboyongan di Ballatumuka pada kenyataannya banyak yang bersifat simbolik belaka, maka sejauhmana perubahan tersebut berpengaruh secara langsung atau tidak langsung dengan pelapisan sosial dan sistem tenurial? Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yang didukung oleh data-data kuantitatif. Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder, yang dihimpun dengan menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi (pengamatan), dan studi dokumen/literatur. Penelitian mengenai dinamika kelembagaan padi sawah pa’totiboyongan, dilakukan di Desa Ballatumuka, Kecamatan Balla, Kabupaten Mamasa. Studi lapang dilaksanakan dalam kurun waktu September hingga Oktober 2014. Hasil studi menunjukkan bahwa, pengelolaan padi sawah di Desa Ballatumuka masih berbasiskan pada tatanan nilai dan norma atau aturan lokal yang ada dalam kelembagaan pa’totiboyongan. Dinamika sosial yang mewarnai pelaksanaan kelembagaan lokal pa’totiboyongan di Desa Ballatumuka ditandai dengan adanya relasi-relasi sosial yang terbangun diantara masyarakat Ballatumuka, so’bok, kepala desa dan jajarannya, serta majelis gereja. Pola-pola relasi sosial diantara para pihak tersebut cenderung mengarah pada pola relasi yang berbentuk cooperation atau kerjasama dan differentiation (diferensiasi). Pada perkembangannya, pa’totiboyongan yang berisi nilai-nilai serta aturan-aturan dalam mengelola pertanian lahan basah (sawah) di Desa Ballatumuka, mengalami transformasi sosial atau perubahan secara ‘kasat mata’ dalam beberapa aktivitas atau ritual-ritualnya. Transformasi tersebut dimungkinkan karena adanya keterbukaan masyarakat Ballatumuka pada pengaruh luar, adanya tuntutan modernisasi pertanian, masuk dan menguatnya pengaruh ajaran agama Kristen, serta adanya penerapan sistem pemerintahan formal. Dinamika sosial yang terjadi dalam pengelolaan pertanian lahan basah berbasis kelembagaan lokal pa’totiboyongan di Desa Ballatumuka memberikan gambaran bahwa struktur sosial masyarakat Ballatumuka yang terdiri dari kelas-kelas berpengaruh pada peranan dan tanggungjawab yang diemban masing-masing pihak/aktor. So’bok sebagai imam padi atau pemimpin pelaksanaan pa’totiboyongan, serta kepala desa merupakan sosok yang jelas berasal dari golongan ada’ atau tana’ bulawan. Sementara itu, majelis gereja yang juga turut serta dalam mendampingi so’bok merupakan sosok yang berasal dari keturunan tana’ bassi, golongan yang memang berperan mendampingi para pemangku adat. Seiring perkembangan waktu, posisi sosial masyarakat Ballatumuka dapat mengalami gerak sosial secara vertikal jika masyarakat tersebut memilih keluar desa dan menjalani strategi nafkah lain selain di bidang pertanian. Secara ekonomi, posisi sosial masyarakat tersebut akan mengalami peningkatan. Namun, secara tatanan nilai-nilai adat yang berlaku, masyarakat tersebut tetaplah sama. Hal ini berarti bahwa, gerak sosial dalam masyarakat Ballatumuka hanya berlaku untuk hal-hal yang berhubungan dengan tingkat ekonomi atau pendapatan saja. Gerak sosial tersebut sulit terjadi jika dikaitkan dengan posisi masyarakat dalam tata aturan dan kegiatan adat.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcSociologyid
dc.subject.ddcSosial groupid
dc.subject.ddc2014id
dc.subject.ddcMamasaid
dc.titleDinamika Kelembagaan Padi Sawah Pa’totiboyongan, Desa Ballatumuka, Kabupaten Mamasa.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keyworddinamika kelembagaanid
dc.subject.keywordkelembagaan lokalid
dc.subject.keywordpa’totiboyonganid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record