Strategi Pengembangan Wisata Alam Penyu Berbasis Masyarakat Lokal Di Pantai Temajuk Kabupaten Sambas Kalimantan Barat
Abstract
Kabupaten Sambas merupakan salah satu wilayah perbatasan yang masih
jauh dari pembangunan. Kondisi tersebut berdampak pada perekonomian
masyarakat daerah tersebut. Masyarakat lokal yang hidup kekurangan dari segi
ekonomi cenderung melakukan kegiatan ilegal, yaitu menjual telur penyu untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini melanggar peraturan yang ada karena
telur penyu yang dijual merupakan spesies yang dilindungi. Kegiatan ini dapat
mengancam populasi penyu. WWF-Indonesia (2012) menyatakan bahwa periode
tahun 2009–2011 sebanyak 50.92 persen sarang penyu di Pantai Paloh dalam
kondisi terancam, 48 persen tidak dapat diselamatkan dan hanya 1.08 persen yang
mampu diselamatkan.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka diperlukan penerapan suatu kebijakan
yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan secara bersamaan usaha
perlindungan penyu dapat dilakukan. Penelitian ini bertujuan: (1) mengkaji
kesediaan membayar (WTP) pengunjung jika diadakan wisata alam penyu di
Pantai Temajuk; (2) mengkaji persepsi kesediaan masyarakat lokal untuk
mengubah pola mencari nafkah dari penjual telur penyu ke usaha di bidang wisata
di Desa Temajuk; (3) mengkaji pendapatan masyarakat lokal dari hasil menjual
telur penyu dan pendapatan dari usaha di bidang wisata di Desa Temajuk; (4)
merumuskan strategi pengembangan wisata alam penyu berbasis masyarakat lokal
di Pantai Temajuk.
Metode penelitian yang digunakan adalah analisis willingness to pay (WTP),
skala likert dengan teknik skoring, analisis pendapatan dan analisis SWOT.
Analisis WTP dilakukan untuk menentukan estimasi tarif tiket wisata alam penyu
yang merupakan nilai WTP pengunjung. Nilai WTP diperoleh melalui tiga
tahapan analisis, yaitu: pembuatan hipotesis pasar, penentuan nilai lelang dengan
metode bidding game dan penghitungan rataan WTP. Kesediaan masyarakat lokal
untuk mengubah pola mencari nafkah dari penjual telur penyu ke usaha di bidang
wisata dianalisis menggunakan skala likert. Analisis pendapatan dilakukan untuk
mengetahui pendapatan masyarakat lokal yang menjual telur penyu dan yang
bekerja di bidang wisata. Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui kondisi
wisata saat ini dan merumuskan strategi pengembangan wisata alam penyu.
Analisis ini mencakup empat tahapan, antara lain: analisis matriks IFAS, matriks
EFAS, matriks IE dan matriks SWOT.
Pengunjung yang menyatakan bersedia membayar untuk tarif tiket wisata
alam penyu sebanyak 90 persen yang berpotensi mempengaruhi penerimaan
wisata tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pengunjung Desa Temajuk memiliki
kecenderungan mendukung pengembangan wisata alam penyu dengan nilai WTP
Rp15 000 per tiket per orang. Masyarakat lokal memberikan respon yang baik
terhadap wisata ini yang ditunjukkan dari hasil penelitian yaitu 40 persen
masyarakat menyatakan sangat bersedia mengubah pola mencari nafkah dari
penjual telur penyu ke usaha di bidang wisata dan kebanyakan memilih sebagai
penjual makanan dan minuman. Pendapatan masyarakat lokal yang bekerja di
bidang wisata lebih tinggi dari hasil menjual telur penyu dengan selisih Rp12 670
350 per tahun per orang. Hasil tersebut berpotensi memberikan motivasi bagi
masyarakat lokal untuk bekerja di bidang wisata. Adapun strategi yang dapat
diterapkan antara lain: (1) pemanfaatan keberadaan aktivitas penyu sebagai salah
satu objek wisata alam yang melibatkan masyarakat dan digabungkan dengan
objek wisata lainnya, (2) penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung
wisata dan konservasi penyu, (3) pelatihan untuk masyarakat lokal di bidang
wisata, (4) pemberdayaan masyarakat lokal sebagai pengefektifan peraturan
perlindungan penyu, (5) sosialisasi terhadap pengunjung berkaitan dengan usaha
pelestarian dan potensi penyu sebagai objek wisata, dan (6) pemberdayaan
masyarakat lokal di bidang wisata sebagai usaha peningkatan kualitas SDM
pengelola wisata.