Show simple item record

dc.contributor.advisorPrasetyo, Lilik Budi
dc.contributor.advisorRushayati, Siti Badriyah
dc.contributor.authorHumaida, Nida
dc.date.accessioned2016-04-27T03:38:23Z
dc.date.available2016-04-27T03:38:23Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/80037
dc.description.abstractEfek rumah kaca yang terjadi di kawasan perkotaan dan menyebabkan suhu udara di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan kawasan sekitarnya disebut fenomena pulau bahang kota. Salah satu solusi untuk menurunkan suhu udara perkotaan akibat pulau bahang kota adalah dengan pengadaan ruang terbuka hijau. Namun metode penyediaan ruang terbuka hijau di Indonesia pada umumnya hanya mengukur luasan yang diperlukan, bukan lokasi yang pasti dimana ruang terbuka hijau harus dikembangkan agar berfungsi secara optimal dalam menurunkan suhu udara perkotaan. Tujuan dari penelitian ini adalah merumuskan metode penentuan prioritas ruang terbuka hijau berdasarkan karakteristik biologi, fisik, sosial, dan ekonomi wilayah. Tahapan penelitian meliputi pengumpulan data, pembentukan data spasial, dan analisis penentuan prioritas ruang terbuka hijau. Data yang dikumpulkan meliputi citra Landsat 8 dan beberapa data statistik dari instansi-instansi terkait (suhu udara dan kelembaban udara relatif, data kependudukan, dan nilai tanah). Pembentukan data spasial meliputi analisis tipe penutupan lahan (land cover), indeks kerapatan vegetasi (NDVI) dan indeks kenyamanan (THI), kepadatan penduduk, dan nilai tanah menjadi data vektor. Analisis penentuan prioritas ruang terbuka hijau. meliputi tumpang tindih (overlay) semua data vektor dan pembobotan dimana daerah yang memiliki kerapatan vegetasi jarang, nilai THI tinggi, jumlah penduduk padat, dengan harga tanah yang lebih rendah menjadi lokasi prioritas pengembangan RTH untuk menambah proporsi ruang terbuka hijau wilayah perkotaan. Studi perbandingan dengan metode-metode yang telah ada dalam penyediaan ruang terbuka hijau di Kota Banjarbaru terbukti memberikan output rekomendasi luasan ruang terbuka hijau yang berbeda dan tidak dapat menentukan lokasi-lokasi mana yang paling memerlukan tambahan ruang terbuka hijau. Penerapan metode ini di Kota Banjarbaru diperoleh lokasi-lokasi prioritas untuk pengembangan ruang terbuka hijau baru yaitu meliputi sekitar wilayah lahan terbangun di Kelurahan Sungai Besar, Komet, Mentaos, dan Sungai Ulin, lahan bekas galian tambang di Kelurahan Cempaka, wilayah lahan basah di Kelurahan Landasan Ulin Utara, lahan bekas galian tambang di Kelurahan Cempaka dan wilayah Bandara Syamsudin Noor. Metode ini dapat diterapkan di kota-kota tropis lainnya karena kriteria yang dipakai sudah sesuai dengan karakteristik kotakota tropis khususnya kriteria THI dan kriteria NDVI, sementara kriteria kepadatan penduduk dan nilai tanah disesuaikan dengan karakteristik daerah masing-masing.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcEnvironmental scienceid
dc.subject.ddcGreen issuesid
dc.subject.ddc2015id
dc.subject.ddcBanjarbaru-Kalimantan Selatanid
dc.titleMetode Penentuan Prioritas Ruang Terbuka Hijau Di Kota Banjarbaru Kalimantan Selatanid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordBanjarbaruid
dc.subject.keywordindeks kenyamananid
dc.subject.keywordpenginderaan jauhid
dc.subject.keywordpulau bahang kotaid
dc.subject.keywordruang terbuka hijauid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record