Show simple item record

dc.contributor.advisorCarman, Odang
dc.contributor.advisorAlimuddin
dc.contributor.advisorJunior, Muhammad Zairin
dc.contributor.authorMukti, Akhmad Taufiq
dc.date.accessioned2016-04-07T03:47:22Z
dc.date.available2016-04-07T03:47:22Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/79892
dc.description.abstractIkan nila Oreochromis niloticus merupakan salah satu komoditas akuakultur untuk konsumsi dalam negeri dan ekspor. Pengembangan dan peningkatan produksi budidaya ikan nila sangat penting perannya dalam upaya memenuhi permintaan ikan konsumsi. Alternatif pengembangan dan peningkatan produksi budidaya ikan nila dapat dilakukan melalui aplikasi kombinasi peran manipulasi set kromosom dan dimorfisme seks yang terkait dengan pertumbuhan pada ikan nila. Triploidisasi merupakan satu strategi manipulasi set kromosom yang dapat membuat ikan steril dan bermanfaat dalam meningkatkan pertumbuhan ikan nila dengan kuantitas dan kandungan protein daging yang tinggi. Sisi lainnya, ikan nila seks jantan memiliki pertumbuhan yang lebih cepat daripada seks betina. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji: a) model dan suhu air inkubasi telur ikan nila secara buatan, b) triploidisasi pada ikan nila melalui perlakuan umur embrio dan lama kejut panas, c) metode cepat, mudah dan akurat untuk identifikasi tingkat ploidi pada ikan nila, d) performa reproduksi ikan nila triploid jantan dan betina, e) performa produksi budidaya ikan nila triploid dengan model budidaya berbeda dan f) kombinasi triploidisasi dan maskulinisasi pada ikan nila terhadap performa produksi budidaya. Penelitian ini dilakukan melalui metode eksperimen dengan enam tahap. Tahap I: Perlakuan model dan suhu air inkubasi telur ikan nila secara buatan yang terbaik untuk mendukung keberhasilan triploidisasi pada ikan nila; Tahap II: Triploidisasi pada ikan nila melalui perlakuan umur embrio dan lama kejut panas; Tahap III: Analisis metode cepat, mudah dan akurat untuk identifikasi ploidi pada ikan nila; Tahap IV: Analisis performa reproduksi ikan nila triploid jantan dan betina; Tahap V: Perlakuan model budidaya ikan nila triploid (monoseks dan campuran); Tahap VI: Perlakuan kombinasi triploidisasi dan maskulinisasi pada ikan nila. Hasil penelitian tahap I menunjukkan bahwa model air sirkulasi menggunakan sistem resirkulasi air tertutup merupakan model terbaik untuk inkubasi telur ikan nila secara buatan dan menghasilkan penetasan dan performa larva yang lebih baik (P<0,01) daripada model air stagnan, sedangkan suhu air media inkubasi telur 29 dan 30 oC memberikan hasil terbaik (P<0,01) terhadap penetasan dan performa larva ikan nila dibandingkan dengan suhu 28 oC. Pada penelitian tahap II, perlakuan kejut suhu panas 41 oC selama 4,0 menit pada umur embrio 4 menit setelah fertilisasi merupakan perlakuan terbaik yang dapat menghasilkan persentase induksi triploidi dan produksi triploid tertinggi, masing-masing adalah 93,0 dan 30,4% dengan kelangsungan hidup larva 100% dan persentase seks jantan sekitar 76%. Pada penelitian tahap III, identifikasi ploidi pada ikan nila secara akurat dilakukan melalui pengamatan sebaran kromosom dan penghitungan jumlah kromosom, terutama jumlah kromosom penanda atau giant chromosome. Umumnya, sebaran kromosom yang baik dapat dihasilkan melalui penggunaan bahan penghambat metafase, seperti kolkisin atau kolsemid serta mematikan ikan uji saat preparasi kromosom. Akan tetapi, preparasi kromosom dapat dilakukan secara cepat dan mudah tanpa menggunakan penghambat metafase dan ikan uji tetap hidup. Ikan umur 1 dan 2 vi bulan dapat menghasilkan indeks mitotik yang tinggi (P<0,05) bila dibandingkan dengan ikan umur tiga bulan dengan sebaran kromosom yang lebih banyak dari hasil preparasi kromosom ikan nila menggunakan jaringan sirip ekor tanpa perlakuan bahan penghambat metafase. Hasil penelitian tahap IV membuktikan bahwa secara umum, ikan nila triploid mengalami keterlambatan perkembangan dan pertumbuhan gonad bila dibandingkan dengan ikan nila diploid, baik sebelum maupun selama periode maturasi. Ikan nila triploid betina memiliki indeks hepatosomatik lebih rendah daripada ikan nila diploid betina, sedangkan ikan nila triploid jantan memiliki indeks hepatosomatik yang sama dengan ikan nila diploid jantan. Ikan nila triploid jantan dan betina memiliki indeks gonadosomatik lebih rendah daripada ikan nila diploid jantan dan betina pada setiap periode umur 3, 4, 5 dan 6 bulan. Berdasarkan ukuran dan histologi gonad, ikan nila triploid jantan dan betina menunjukkan karakteristik steril dengan terhambatnya gametogenesis. Selanjutnya, pada penelitian tahap V terlihat bahwa model budidaya ikan nila triploid secara monoseks jantan menghasilkan performa produksi budidaya yang terbaik (P<0,05). Ikan nila triploid monoseks jantan memiliki performa pertumbuhan tertinggi, yaitu pertambahan bobot biomassa 7.778,1±404,3 g dengan persentase relatif pertambahan biomassa 31,3%, pertambahan bobot individu 388,9±20,2 g dengan persentase relatif pertambahan bobot individu 26,8%, pertambahan panjang tubuh sebesar 175,7±2,1 mm dengan persentase relatif pertambahan panjang tubuh individu sebesar 14,3% dan kecepatan pertumbuhan absolut tertinggi (3,2±0,2 g/hari). Ikan nila triploid monoseks jantan juga memiliki bobot tubuh dan panjang tubuh bulanan serta kecepatan pertumbuhan spesifik yang konsisten tertinggi, baik sebelum maupun selama periode maturasi, diikuti oleh ikan nila triploid yang dibudidayakan secara campuran. Sebaliknya, ikan nila diploid monoseks betina menghasilkan performa produksi budidaya yang terendah (P<0,05), baik sebelum maupun selama periode maturasi. Ikan nila triploid cenderung memiliki rasio konversi pakan rendah dan kelangsungan hidup tinggi mencapai 100%. Ikan nila triploid menghasilkan persentase dressing dan filet serta kandungan protein daging tertinggi dengan kandungan lemak dan abu terendah. Pada penelitian tahap VI terbukti bahwa ikan nila triploid hasil maskulinisasi memiliki performa produksi budidaya tertinggi bila dibandingkan dengan ikan nila diploid hasil maskulinisasi. Pertambahan biomassa dan bobot individu, pertambahan panjang tubuh serta kecepatan pertumbuhan absolut dan spesifik ikan nila triploid hasil maskulinisasi lebih tinggi dengan rasio konversi pakan lebih rendah daripada ikan nila diploid hasil maskulinisasi. Persentase dressing dan filet ikan nila triploid hasil maskulinisasi juga lebih tinggi daripada ikan nila diploid hasil maskulinisasi. Ikan nila triploid hasil maskulinisasi melalui oral memiliki performa produksi budidaya tertinggi dibandingkan dengan kelompok yang lain. Kombinasi peran triploidi dan dimorfisme seks yang terkait pertumbuhan memberikan kontribusi sangat baik terhadap performa produksi pada budidaya ikan nila. Budidaya ikan nila monoseks jantan sangat prospektif untuk dikembangkan. Di masa mendatang, aplikasi metode untuk memproduksi benih ikan nila triploid monoseks jantan sangat penting dipertimbangkan dalam upaya peningkatan produksi budidaya ikan nila. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah bagaimana memproduksi ikan tetraploid maupun tetraploid jantan super sebagai stok induk dalam upaya memproduksi benih ikan nila triploid monoseks jantan secara massal.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcFisheriesid
dc.titleTriploidi Dan Dimorfisme Seks, Performa Reproduksi Dan Produksinya Pada Ikan Nila Oreochromis Niloticusid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keyworddimorfisme seksid
dc.subject.keywordikan nilaid
dc.subject.keywordperforma produksi budidayaid
dc.subject.keywordsterilitasid
dc.subject.keywordtriploid dan diploidid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record