dc.description.abstract | Rendahnya produktivitas kentang (Solanum tuberosum L) di Indonesia salah
satunya dikarenakan oleh keterbatasan tempat yang memiliki suhu dan
kelembapan sesuai untuk pertanaman kentang. Kultivar adaptif pada suhu tinggi
diperlukan untuk memperluas daerah penanaman kentang di dataran medium.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi pertumbuhan dan produksi
umbi mikro klon-klon tanaman kentang pada dua suhu yang berbeda yaitu suhu
tinggi (29-31 oC) dan suhu rendah (23-25 oC). Penelitian dilaksanakan pada bulan
Maret sampai Agustus 2015 di Laboratorium Kultur Jaringan, Pusat Kajian
Hortikultura Tropika (PKHT), Institut Pertanian Bogor, Baranang Siang. Induksi
umbi mikro kentang dilakukan dengan dua belas klon (IPB-K1, IPB-K2, IPB-K3,
IPB-K4, IPB-K5, IPB-K6, IPB-K7, IPB-K9, IPB-K10, IPB-K12, IPB-K13, dan
kultivar Granola). Penelitian disusun dalam rancangan kelompok lengkap teracak
(RKLT) dengan sepuluh ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan respons ketahanan klon kentang terhadap suhu tinggi pada
pertumbuhan vegetatif dan pengumbian mikro. Interaksi antara suhu dan klon
berpengaruh sangat nyata (p<0.01) terhadap peubah yang diamati pada fase
pertumbuhan dan pengumbian. Klon IPB-K6 dan IPB-K13 bersifat toleran
terhadap suhu tinggi. Toleran terhadap suhu tinggi dapat dilihat dari perbedaan
daya adaptasi berdasarkan kecilnya perubahan persentase kontaminasi akibat suhu
tinggi. Tahap produksi umbi pada klon IPB-K2, IPB-K3, dan IPB-K10 memiliki
respons yang tidak berbeda nyata (p>0.05) pada suhu tinggi dan suhu rendah.
Klon-klon tersebut dapat dijadikan sebagai calon kultivar kentang yang adaptif
pada suhu tinggi. | id |