Show simple item record

dc.contributor.advisorSudarsono
dc.contributor.advisorPurwito, Agus
dc.contributor.advisorRubiyo
dc.contributor.authorIbrahim, Meynarti Sari Dewi
dc.date.accessioned2016-03-15T03:34:50Z
dc.date.available2016-03-15T03:34:50Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/79241
dc.description.abstractTanaman kopi (Coffea ssp.) merupakan salah satu bahan minuman penyegar yang paling banyak diminati dan dikomsumsi di dunia. Diantara 103 species kopi, kopi Arabika memiliki kualitas cita rasa yang lebih baik, sehingga dalam dunia perdagangan harganya selalu lebih tinggi. Salah satu kendala dalam tata niaga kopi Arabika adalah produktivitas masih rendah jika dibandingkan dengan negara Brasil dan Vietnam. Beberapa kendala yang dihadapi dalam peningkatan produktivitas tanaman kopi adalah penggunaan bibit asalan, rendahnya kesadaran penggunaan benih unggul, sebagian besar tanaman masih dalam kondisi tua dan rusak, budidaya tanaman yang belum sesuai standar teknis, dan perakitan bibit unggul baru yang lama. Penggunaan bibit asalan pada petani dapat terjadi karena keterbatasan dalam penyediaan bibit unggul. Perbanyakan klon kopi Arabika terkendala dalam ketersediaan tunas autotrof sebagai sumber bahan tanaman yang akan diperbanyak, sementara perakitan genotipe terkendala oleh keragaman genetik yang rendah dan waktu program pemuliaan yang lama. Penggunaaan metode embriogenesis somatik untuk tujuan perbanyakan klonal dengan biaya produksi yang lebih rendah memerlukan penelitian tersendiri, karena keberhasilannya masih tergantung genotipe dan jenis media yang digunakan. Selain untuk perbanyakan tanaman, metode embriogenesis somatik juga dapat digunakan untuk mempercepat perakitan genotipe unggul, salah satunya adalah dengan meningkatkan keragaman genetik melalui mutasi. Selain untuk meningkatkan keragaman genetik (melengkapi plasma nutfah yang sudah ada), mutasi juga dapat digunakan untuk mendapatkan sifat tertentu yang sebelumnya belum ada. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mendapatkan metoda perbanyakan benih embriogenesis somatik kopi Arabika dan meningkatkan keragaman genetik tanaman kopi Arabika melalui induksi keragaman somaklonal menggunakan Ethyl Methane Sulfonate. Berkenaan dengan tujuan tersebut dibuat suatu rangkaian penelitian yang terdiri dari 5 bagian yang mencakup : (1) Induksi Kalus Embriogenik dan Daya Regenerasi Kopi Arabika, (2) Induksi Embriogenesis Somatik Langsung dan Tidak Langsung Menggunakan 2,4-D dan Thidiazuron pada Beberapa Genotipe Kopi Arabika, (3) Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh Alternatif pada Media Induksi Kalus untuk Mendukung Perkembangan Embriogenesis Somatik Primer dan Sekunder Kopi Arabika, (4) Efisiensi Penggunaan Sukrosa dan Phytagel serta Peningkatan Peluang Penggunaan Temporary Immersion System pada Perbanyakan Kopi Arabika, dan (5) Peningkatan Keragaman Genetik Kopi Arabika dengan Ethyl Methane Sulfonate. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kalus embriogenik berhasil diinduksi dari eksplan daun kopi Arabika. Semua perlakuan 2,4-D yang diaplikasikan dengan BA dapat membentuk kalus dengan berat kalus, persentasi kalus embriogenik, dan jumlah pro embrio tertinggi diperoleh pada media kombinasi 2,4-D 8.88 μM dan BAP 4.44 μM. Studi awal menunjukkan bahwa kalus yang mampu beregenerasi hanya berasal dari media kombinasi 2,4-D 4.52 μM dan BAP 8.88 μM dengan persentase yang masih rendah (16,67 %). Penelitian lanjutan menggunakan 2,4-D yang dikombinasikan dengan Thidiazuron menunjukkan bahwa 2,4-D 2.26 μM + Thidiazuron 4.54 μM dan 9.08 μM menghasilkan embriogenesis langsung, sementara 2,4-D 4.52 μM + Thidiazuron 9.08 μM dan 2,4-D 9.04 μM + Thidiazuron 9.08 μM menghasilkan embriogenesis tidak langsung. Persentase eksplan berkalus, berat basah kalus, jumlah embrio globular dan torpedo terbanyak pada kombinasi 2,4-D 9.04 μM + Thidiazuron 9.08 μM. Penelitian yang mengarah pada embriogenesis tidak langsung untuk mendapatkan embrio somatik sekunder diperluas dengan meningkatkan selang konsentrasi Thidiazuron pada beberapa genotipe kopi Arabika. Hasilnya menunjukkan bahwa genotipe dan perlakuan zat pengatur tumbuh memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot basah, jumlah embrio torpedo dan planlet yang dihasilkan, namun tidak berpengaruh nyata terhadap persentase pembentukan kalus. Media induksi kalus terbaik yang dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman tergantung genotipe yang digunakan. Persentase dan jumlah embrio somatik sekunder terbanyak dihasilkan dari perlakuan thidiazuron 9.08 μM. Morphogenesis dan histologi dari embriogenesis somatik kopi Arabika dengan perlakuan 2,4-D dan Thidiazuron terlihat normal dimana embrio globular, torpedo, dan kecambah sesuai dengan perkembangan embriogenesis somatik kopi. Mahalnya harga thidiazuron menjadi suatu alasan untuk mengganti Thidiazuron dengan 2-iP. Sejalan dengan perlakuan 2,4-D dan Thidiazuron di bab sebelumnya, pemberian2,4-D dan 2-iP juga memperlihatkan bahwa media induksi embriogenesis somatik tergantung pada genotipe. Kombinasi media 2,4-D 4.52 μM dan 2-iP 19.72 μM merupakan media terbaik untuk genotipe AS2K, sementara genotipe S-795 dan Sigarar Utang memiliki media terbaik pada 2,4-D 4.52 μM dan 2-iP 14.79 μM. Penambahan BAP 17.76 μM menghasilkan persentase tertinggi jumlah embrio somatik sekunder. Aklimatisasi dilakukan menggunakan beberapa kombinasi komposisi media tanam, dimana hasil terbaik ditemukan pada media tanam yang terdiri dari arang sekam, pupuk kandang dan pasir. Analisis SSR yang dilakukan pada sampel DNA yang berasal dari planlet genotipe AS2K menunjukkan variasi somaklonal tidak ditemukan. Penelitian yang mengkaji kemungkinan penggunaan gula pasir dan agar komersial dalam embiogenesis somatik kopi Arabika, mengindikasikan bahwa dalam pendewasaaan embriogenesis somatik penggunaan sukrosa dan phytagel tidak dapat digantikan gula pasir dan agar komersial. Gula pasir hanya dapat diaplikasikan untuk media perkecambahan dimana hasilnya tidak berbeda dengan sukrosa. Lethal concentration 20 kalus kopi Arabika yang mampu bergenerasi berada pada konsentrasi 0.38%, dan LC 50 pada konsentrasi 0.65%. Pemberian mutagen kimia EMS pada media mempengaruhi proses embriogenesis somatik kopi Arabika, yang berarti bahwa EMS dapat menghasilkan mutan pada kopi Arabika. Ini terlihat pada perubahan pola pita DNA pada ssr CMA 198, ssr M312 dan satu primer EST CS.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcBiotechnologyid
dc.subject.ddcPlant Geneticsid
dc.subject.ddc2015id
dc.titlePengembangan Metode Embriogenesis Somatik, Peningkatan Keragaman Genetik Kopi Arabika Dan Deteksi Dini Keragaman Somaklonal Menggunakan Ssr.id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordCoffea arabicaid
dc.subject.keywordEMSid
dc.subject.keywordmutasiid
dc.subject.keywordperbanyakanid
dc.subject.keywordembrio somatik sekunderid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record