Show simple item record

dc.contributor.advisorCarman, Odang
dc.contributor.advisorWidanarni
dc.contributor.advisorHarris, Enang
dc.contributor.authorNadio, Hassane
dc.date.accessioned2016-03-10T02:52:17Z
dc.date.available2016-03-10T02:52:17Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/79122
dc.description.abstractIkan lele merupakan salah satu jenis ikan yang banyak dibudidayakan di dunia. Namun, proses reproduksinya masih bergantung terhadap musim. Fokus utama dari setiap pembenihan ikan lele adalah bagaimana menghasilkan jumlah telur yang banyak dan benih yang berkualitas serta berkelanjutan sepanjang tahun. Salah satu aspek penting yang berkaitan dengan proses reproduksi adalah rematurasi. Pada saat musim hujan periode rematurasi pada ikan lele betina berkisar antara 6 minggu, sedangkan pada musim kemarau berkisar antara 10-14 minggu (FAO, 2008). Oleh karena itu, periode rematurasi ikan lele betina sangat bervariasi dan menjadi faktor pembatas pada produksi benih skala besar sepanjang tahun. Biofloc technology (BFT) merupakan salah satu sistem budidaya ikan yang inovatif. Menurut Avnimelech (2009) pergantian air pada sistem ini dapat dilakukan secara terbatas atau bahkan tanpa pergantian air. Teknologi ini pertama kali dikembangkan sebagai alternatif untuk menjawab biosekuritas serta masalah nutrisi yang mungkin terjadi di kolam. Selain biosekuritas dan aspek nutrisi, teknologi ini juga terbukti memiliki dampak menguntungkan pada kinerja reproduksi ikan (termasuk udang). Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efek dari teknologi bioflok terhadap kinerja reproduksi ikan lele betina, terutama selama periode rematurasi. Penelitian ini berlangsung selama 7 minggu yang bertempat di Kolam Percobaan Babakan, Laboratorium Nutrisi Ikan, dan Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Ikan lele betina yang digunakan berbobot 1000±200 gram, dengan jumlah 5 ekor betina per perlakuan. Penelitian ini terdiri dari 4 perlakuan yaitu perlakuan 1 sebagai kontrol tanpa sistem bioflok (CW+suhu 25 oC); perlakuan 2 (BFT+suhu 25 oC); perlakuan 3 (BFT+suhu 28 oC); dan perlakuan 4 (BFT+suhu 31 oC). Hasil yang terbaik terdapat pada perlakuan 4 dengan indeks kehamilan (IK ≥ 0,48), fekunditas sebanyak 127×103 butir/kg, periode rematurasi pendek (mencapai 80% ikan betina matang gonad pada minggu ke-3), dan indeks gonadosomatik yang tinggi (GSI ≥ 19%). Sementara hasil yang terendah terdapat pada perlakuan 1 dengan indeks kehamilan (IK ≤ 0,40), fekunditas sebanyak 57,3×103 butir, periode rematurasi yang lebih lama (mencapai 20% ikan betina matang gonad pada minggu ke-6) dan GSI yang terendah (GSI ≥ 10%). Dari hasil penelitian diperoleh hasil berbeda nyata antara perlakuan bioflok dan kontrol. Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan (p>0,05) diantara semua perlakuan bioflok. Kinerja reproduksi yang lebih baik ditunjukkan oleh ikan betina yang dipelihara dengan menggunakan sistem BFT dan disarankan teknologi BFT ini dapat diterapkan pada sistem manajemen induk ikan lele.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcAquaciltureid
dc.subject.ddcCatfishid
dc.subject.ddc2015id
dc.titleTeknologi Bioflok (Bft) Pada Ikan Lele Betina (Clarias Gariepinus) Selama Periode Rematurasi: Pengaruh Suhu Dan Flok Terhadap Kinerja Reproduksi.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordTeknologi Bioflok (BFT)id
dc.subject.keywordIkan lele betinaid
dc.subject.keywordReproduksiid
dc.subject.keywordRe-maturasiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record