Show simple item record

dc.contributor.advisorRustiadi, Ernan
dc.contributor.advisorMulyanto, Budi
dc.contributor.advisorMurtilaksono, Kukuh
dc.contributor.advisorWidiatmaka
dc.contributor.advisorRachman, Noer Fauzi
dc.contributor.authorSantosa, Sigit
dc.date.accessioned2016-03-08T02:10:28Z
dc.date.available2016-03-08T02:10:28Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/79073
dc.description.abstractIsu ketahanan pangan masih merupakan permasalahan pokok di Indonesia khususnya dalam upaya pengendalian alih fungsi lahan sawah. Alih fungsi sawah banyak terjadi di Pulau Jawa, yaitu di sepanjang pantai utara. Dalam rangka mendukung ketahanan pangan nasional, upaya perlindungan sawah di wilayah selatan Pulau Jawa menjadi sama penting dengan pengendalian alih fungsi sawah wilayah pantai utara Jawa. Hal ini disebabkan wilayah perbukitan selatan telah bersama-sama wilayah pantai utara Jawa menjadi lumbung beras nasional. Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Sukabumi memiliki karakteristik wilayah yang mewakili wilayah pantai utara dan perbukitan selatan Jawa. Faktor-faktor yang berperan dalam alih fungsi sawah di kedua wilayah diyakini berbeda. Keberhasilan pemerintah dalam melindungi sawah-sawah di wilayah tersebut menjadi kunci bagi keberhasilan meningkatkan ketahanan pangan nasional. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk merancang model penetapan lahan sawah berkelanjutan yang berasal dari lahan sawah di Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Sukabumi. Secara spesifik tujuan antara penelitian ini adalah: (1) Mengkaji faktor-faktor alih fungsi sawah di Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Sukabumi; (2) Memprediksi alih fungsi sawah di Kabupaten Bekasi; (3) Menyusun skenario penetapan lahan sawah berkelanjutan di Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Sukabumi; (4) Merumuskan kebijakan perlindungan lahan sawah berkelanjutan. Penelitian menggunakan data primer dan sekunder, yang mencakup lingkungan biofisik, ekonomi dan sosial. Penelitian yang berlangsung dari bulan April 2014 hingga Juni 2015 dimulai dengan pengumpulan dan kompilasi berbagai data primer dan sekunder baik dalam bentuk spasial (peta) maupun nonspasial (data diskriptif) dari instansi-instansi terkait. Pada penelitian ini juga dilakukan wawancara dengan tenaga ahli dari berbagai latar belakang untuk mendapatkan bobot penetapan lahan sawah berkelanjutan. Data yang terkumpul selanjutnya digunakan untuk menganalisis faktor-faktor alih fungsi sawah menggunakan metode regresi logistik. Berdasarkan analisis faktor alih fungsi selanjutnya dilakukan prediksi alih fungsi sawah untuk melihat kecepatan dan pola alih fungsi. Prediksi sawah dilaksanakan menggunakan modul yang didasarkan pada Markov chain matrices dan peta kerentanan transisi yang diperoleh melalui multilayer perceptron. Dari hasil analisis faktor dan prediksi selanjutnya disusun skenario penetapan lahan sawah berkelanjutan dengan metode evaluasi multikriteria. Pembobotan pada evaluasi multikriteria dilakukan dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil dari evaluasi multikriteria selanjutnya diuji dengan analisis Ordered Weighted Average (OWA) dan diperoleh skenario kebijakan perlindungan lahan sawah yaitu standar, protektif atau permisif. Perumusan kebijakan penetapan lahan sawah berkelanjutan harus didasarkan pada kebijakan lahan sawah yang sudah ada. iii Secara terperinci perumusan kebijakan lahan sawah berkelanjutan diterjemahkan dalam tiga hal yaitu dengan analisis RTRW wilayah penelitian baik peta dan perda, komparasi antara hasil pemodelan penetapan lahan sawah dengan RTRW dan simulasi penetapan lahan sawah berkelanjutan skala bidang tanah dengan analisis spasial dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ancaman alih fungsi sawah terbesar berada di pusat-pusat aktivitas ekonomi wilayah di kedua kabupaten. Faktor kesesuaian lahan dan penetapan sawah sebagai kawasan non lahan basah sangat berpengaruh terhadap alih fungsi di kedua kabupaten. Namun demikian, faktor kedekatan menjadi pembeda dimana di Kabupaten Bekasi menunjukkan bahwa kedekatan sawah terhadap permukiman dan ibukota sangat berpengaruh, sedangkan di Kabupaten Sukabumi kedekatan sawah terhadap jalan masih kuat dalam proses alih fungsi sawah. Berdasarkan analisis prediksi, lahan sawah akan musnah di tahun 2100 atau dalam satu generasi dari 2015. Berdasarkan hasil skenario perlindungan lahan sawah, proporsi luas sawah yang harus dilindungi di Kabupaten Bekasi lebih besar daripada Kabupaten Sukabumi. Hal ini menunjukkan besarnya ancaman alih fungsi terhadap sawah di Kabupaten Bekasi dibandingkan di Kabupaten Sukabumi. Di Kabupaten Bekasi, sawah-sawah yang harus dilindungi berada tidak jauh dari tengah memanjang barat timur wilayah kabupaten. Di Kabupaten Sukabumi, sawah-sawah yang menjadi prioritas perlindungan berada tidak jauh dari jalan utama memanjang utara selatan dan sekitar Kota Sukabumi. Berdasarkan analisis kebijakan, Kabupaten Bekasi lebih berorientasi pada pengembangan sektor industri dan permukiman, sedangkan di Kabupaten Sukabumi masih berorientasi pada sektor pertanian agribisnis. Hasil simulasi bidang tanah sawah menunjukkan bahwa sebagian besar sawah-sawah di Kabupaten Bekasi dan di perbatasan Kabupaten Sukabumi dengan Kota Sukabumi dimiliki oleh non petani. Lahan-lahan sawah yang dimiliki petani berada di dalam, jauh dari akses jalan. Sawah-sawah dengan letak strategis di pinggir jalan telah dimiliki oleh non petani. Kebijakan perlindungan lahan sawah berkelanjutan diarahkan kepada sawah-sawah yang berkualitas dengan ancaman alih fungsi tinggi yang tercermin dari hasil pemodelan. Secara regional, sawah-sawah di Kabupaten Bekasi lebih penting untuk dilindungi daripada sawah-sawah di Kabupaten Sukabumi. Secara nasional, program perlindungan lahan sawah nasional seharusnya difokuskan pada kabupaten/kota dengan ancaman alih fungsi tinggi. Hal ini dapat menghemat subsidi dan mempermudah pemantauan. Model yang dibangun dalam penelitian ini melibatkan data-data spasial dan temporal yang dapat diperoleh untuk wilayah lain. Model disusun oleh tahapantahapan yang jelas sehingga sangat memungkinkan untuk diujicobakan di wilayah lain dengan karakteristik berbeda. Model merupakan respon dari karakteristik alih fungsi satu wilayah yang secara umum didominasi faktor ekonomi dengan tetap mempertimbangkan konsep keberlanjutan, yaitu faktor fisik dan sosial. Rasionalitas yang dibangun dalam penelitian ini adalah untuk membentengi sawah-sawah berkualitas dari kekuatan pasar.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcAgricultureid
dc.subject.ddcPaddy fieldid
dc.titlePemodelan Penetapan Lahan Sawah Berkelanjutan (Studi Kasus Kabupaten Bekasi Dan Kabupaten Sukabumi).id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordfaktor alih fungsiid
dc.subject.keywordprediksi alih fungsi sawahid
dc.subject.keywordskenario penetapanid
dc.subject.keywordkebijakan perlindungan lahan sawah berkelanjutanid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record